Home / Romansa / WANITA SIMPANAN / 34. Bangkai yag Tercium

Share

34. Bangkai yag Tercium

Author: Zee Zee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ya, Nayla adalah mantan istriku."

Kembali Raffa menegaskan pengakuannya yang membuatku tak bisa berkata-kata. 

"Dan aku kenal siapa suamimu. Dulu, kami satu kampus hanya beda fakultas. Aku pikir mereka adalah sahabat, ternyata diam-diam Rasha menaruh hati pada Nayla."

"Aku tidak tahu apa-apa saat itu menjalin hubungan dengan Nayla. Andai aku tahu Rasha saat itu juga suka, aku tidak akan merebut Nayla darinya."

"Kami menjalin hubungan cukup lama tiba-tiba aku mendapat kabar bahwa Nayla dijodohkan. Itu penuturannya. Tanpa mau mencari tahu, aku menyetujui ide Nayla untuk membawanya pergi. Dan akhirnya menikah."

Aku jadi teringat akan cerita mama. Ternyata yang membawanya pergi adalah Raffa. 

Aku dan Sinta terus menyimak cerita Raffa hingga tak sadar pesanan kami sudah tiba. Aku bersyukur Nino dan Naura tidak rewel. Justru mereka sibuk berceloteh bersama.

"Dan akhirnya dia hadir di kehidupanku," ucapku getir. 

Sinta

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • WANITA SIMPANAN   35. Hamil Palsu

    "Jadi, Nayla .... ""Ya. Dia berhasil membohongi kalian."Aku membekap mulutku tak percaya. Begitu obsesinya kah dia hingga membuat pernyataan palsu?Sedikit demi sedikit aku bisa menarik kesimpulan saat ini. Dia meninggalkan Raffa demi mendapatkan uang yang lebih banyak, lalu saat dia dicampakkan oleh orang itu, dia berteku Rasha lalu menjebaknya hingga mereka melakukan kesalahan terbesar. Semua demi uang. Agar dia bisa tetap hidup enak.Dia rela menjadi wanita simpanan selama bertahun-tahun, lalu datang menghancurkan rumah tanggaku. Dia saat ini pasti memiliki rencana untuk segera menyingkirkanku."Mas Rasha harus tahu ini," putusku."Jangan!" cegat Raffa."Mengapa? Bukankah dia harus tahu kenyataannya? Aku sangat ingin melihat reaksinya.""Jangan gegabah! Kamu harus mengatur strategi untuk menghancurkan Nayla. Bukankah itu yang kamu mau?"Aku mengangguk setuju dengan saran dari Raffa. Benar, Nayla adalah w

  • WANITA SIMPANAN   36. Kehancurna Nayla

    "Mas, dia tadi menyerangku secara brutal!" adu Nayla disertai tangis yang penuh drama. "Bagaimana dengan anak kita?" tanyanya khawatir. Ada sedikit rasa sakit kala suamiku khawatir pada gundik itu. Dia belum tahu, perut yang membuncit itu bukan karena hamil. Aku memulai dramaku dengan berpura-pura panik. "Mas, bagaimana kalau kita periksa di dokter kandungan saja?" usulku. Tampak wajah Nayla berubah pias. "Kalau begitu bantu Mas ya, Dek." "Jangan!" Aku dan Mas Rasha kompak mengalihkan pandangan ke arahnya setelah kami sobuk mempersiapkan diri untuk membawanya periksa kandungan. "Kenapa?" "Aku tidak apa-apa." "Loh, kita habis bertengkar, bukan hanya aku saja yang brutal, kamu lah yang lebih dulu menyerangku. Apa kamu tidak khwatir dengan kandunganmu?" Nayla semakin gelagapan apalagi sorot tajam Mas Rasha mengarah padanya. Aku tak ingin tinggal diam. "Mas, usia kandungan Nayla harusnya sering dipantau. Mas nggak ingat dulu aku sering memeriksakan kandungan tiap bulan?" M

  • WANITA SIMPANAN   37. Kerjasama

    "Kamu benar-benar licik!" umpat Mas Rasha.Aku hanya duduk menikmati drama yang sedang terjadi.Sepulangnya kami dari klinik kandungan, tak berhenti Mas Rasha meluapkan amarahnya pada Nayla. Aku yakin dia begitu syok dengan kenyataan yang ada. Nayla terus menangis dan memohon untuk diampuni.Naura yang saat itu belum tahu akan situasi yang terjadi hanya bisa memelukku erat. Aku tahu Naura begitu ketakutan melihat ayahnya murka.Saat ini Naura tertidur di kamar. Mas Rasha melanjutkan amarahnya dan ingin menyelesaikan semuanya."Kamu tega, Nay," lirihnya.Nayla bersimpuh di kakinya menangis dan terus memohon ampunan."Maaf, Sha. Aku melakukan semua ini karena aku nggak mau kehilangan kamu.""Kamu licik! Gara-gara kebohongan kamu, aku harus menanggung beban itu. Keluargaku ikut hancur!"Aku tersenyum sinis. Kenapa baru menyadari sekarang, Mas?"Aku ingin mengurus perceraian kita!"

  • WANITA SIMPANAN   38. Pengajuan Gugatan Cerai

    Dua hari berlalu setelah keribuatan itu. Aku bersiap-siap menemui Sinta dan Raffa di kafe seperti biasa.Mas Rasha seperti biasa sudah berangkat ke kantor sejak pagi. Wanita itu? Aku tak tahu dia sedang apa, yang jelas Mas Rasha mulai mendiamkannya dan tidur di ruang keluarga.Aku memesan taksi online seperti biasa lalu meluncur ke TKP. Selang beberapa lama aku sudah tiba di tujuan. Tampak Sinta dan Raffa sedang terlibat obrolan serius."Maaf aku telat," ucapku setelah mengucapkan salam."Santai aja," jawab Sinta.Aku duduk di samping Sinta seperti biasa. Sedangkan Naura dan Nino kembali bermain bersama."Jadi, kapan kamu rencana mengajukan gugatan cerai?" tanya Raffa."Secepatnya.""Semua butuh proses, Ainun, dan pastinya akan memakan waktu.""Jadi, bagaimana caranya agar proses perceraian cepat?" timpal Sinta."Ikuti saja prosedurnya. Jika si tergugat tidak hadir hingga tiga kali sidang,

  • WANITA SIMPANAN   39. Tak Ingin Pisah

    "Aku mengurus surat gugatan cerai kita, Mas," jawabku tanpa menoleh ke arahnya. "Apa? Kamu jangan bercanda!""Aku serius."Mas Rasha memijit pelipisnya. Berulang kali terdengar suara embusan napas yang berat. Aku memilih diam. Aku tahu mas rasanya pasti sakit dan begitu berat mengakhiri hubungan kita. Tapi, bukankah ini.yang terbaik? Bukankah demua ini terjadi karena ulahmu?Rasa sakit dan berat untuk melepas juga sama kurasakan mas. Tapi, aku rasa ini yang terbaik untuk kita. Perlahan namun pasti aku harus bisa hidup tanpa kamu. "Dek, apa harus pisah?" tanyanya dengan raut wajah begitu terluka. Aku mengangguk mantap. Perlahan tangan Mas Rasha meraih lalu menggenggam tanganku begitu erat. "Kenapa harus dengan jalan pisah?" lirihnya yang terdengar begitu terluka. "Jawab, Dek! Jangan diam saja. Apa harus jalan  ini?"Kembali aku mengangguk sebagai tanda jawaban bahwa tak ada lagi jalan lain

  • WANITA SIMPANAN   40. Tak Ingin Pisah

    "Ayah, Bunda, jangan pisah ....."Tangis Naura pecah. Aku tak mampu untuk sekedar memeluk demi menenangkannya. Mas Rasha memeluk putri kesayangannya begitu erat. Ya Allah, kenapa begitu sakit?Naura terus memukul dada bidang Mas Rasha. Putri kecil kami terus memberontak. Tak kuasa rasanya melihatnya seperti ini. Tapi, ini sudah jalannya.Aku ikut mendekatkan diri. Naura masih saja terus menangis di dalam pelukan ayahnya. Tanganku perlahan mengelus rambut panjangnya. Air mata ini tak berhenti mengalir."Maafkan, bunda, Sayang."*Nauraku tertidur pulas setelah mengeluarkan segala uneg-unegnya.Kupandangi wajah putriku. Rasa sakit melihatnya seperti ini melebihi rasa sakit karena pengkhianatan. Di usianya yang masih belia, Naura harus merasakan sakitnya karena perpisahan.Aku mengembuskan napas kasar menatap langit-langit kamar. Tak pernah terlintas di pikiranku, nasib pernikahanku akan berakhir seperti ini.

  • WANITA SIMPANAN   41. Kunjungan Mertua

    Pagi ini seperti biasa aku bergelut di dapur menyiapkan sarapan untuk keluargaku. Sudah beberapa hari terakhir Nayla tidak berani muncul di hadapanku. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi di antara mereka.Naura dan Mas Rasha sedang asyik menonton dfilm kartun kesukaannya. Seperti kebiasaan mereka, jika hari libur tiba, mereka menghabiskan waktu bersama.Ah, pemandangan ini mengingatkanku saat kondisi keluarga kami baik-baik saja. Bagaimana jika kami benar-benar berpisah?"Ayah, kenapa patrick begitu menjengkelkan? Dia selalu saja membuat spongebob kesusahan," protes putriku."Itulah persahabatan, Sayang. Tidak ada keduanya yang sempurna. Pasti masing-masing memiliki kekurangan. Nah, tugas kita adalah mau dan sama-sama menerima kekurangan masing-masing."Naura mengangguk lalu kembali fokus pada layar televisi."Lalu, bagaimana dengan squ .... Squit ... "Mas Rasha menahan tawa saat Naura tidak bisa menyebut nam

  • WANITA SIMPANAN   42. Lara Hati Mertua

    Seperti biasa, Naura punya kebiasaan tidur siang. Itu adalah kesempatan kami untuk berbincang tentang masalah keluarga ini. Papa, mama, mas Rasha dan aku berkumpul di ruang keluarga. Aku tak pernah melihat ekspresi datar tapi penuh amarah dari wajah papa. Hari ini tampak begitu menegangkan. "Rasha," ucap Papa setelah lama kami saling memilih diam. "I-iya, Pa," jawab Mas Rasha penuh rasa takut. "Bisakah papa bilang, kali ini kamu sangat melukai papa?" Hening tak ada yang berani menyahut. "Kamu tahu, papa dan mama sudah puluhan tahun bersama. Tentunya banyak drama yang kami lalui bersama. Tapi, satu hal yang sangat papa hindari. Pengkhianatan." Papa menjeda ucapannya. Berulang kali papa memegang dadanya. Aku sangat takut jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Mengingat papa memiliki riwayat penyakit jantung. Aku salut pada mama. Di saat seperti ini, tangannya tak berhenti mengelus lembut tangan papa. Memberikan kekuatan dan kelembutan. "Abahmu adalah sahabat kec

Latest chapter

  • WANITA SIMPANAN   133. Akhir Cerita

    Waktu berlalu begitu cepat. Hingga tak terasa Naura mengandung anak keduanya. Anak pertama diberi nama Muhammad Abhyzar Wicaksono. Kini, kandungan Naura memasuki usia tujuh bulan. Seperti sebelumnya, kedua belah pihak keluarga mengadakan acara tujuh bulanan. Awalnya semua berjalan dengan baik, hingga Nayla yangbsedang sibuk di dapur terjatuh begitu saja. Mwreka yang sedang berada di dalam rumah, gegas menghampiri Nayla lalu mengangkatnya. "Ibu Nayla pingsang!" pekik mereka. Suasana menjadi semakin gaduh. Arkan langsung memanggil Fariz untuk memberitahunya. "Papa, Mama Nayla pingsang!"Fariz segera berdiri lalu berbisik di telinga Rasha. Prosesi masih berjalan. Fariz langsung menggantikan posisi Rasha. Rasha berlari sekuat yang dia mampu kemudian mencari istrinya di antara kerumunan. "Nay!" pekiknya begjtu melihat istrinya lemah tak berdaya. "Arkan, hubungi ambu

  • WANITA SIMPANAN   132. Hari Peenikahan

    "Naura, aku ingin bertemu sebentar," ucap Nino melalui sambungan telepon. Naura yang baru saja lepas dinas hanya bisa mengembuskan napas pelan. Dia begitu tahu bagaimana perasaan Nino saat ini. Namun, bagaimanapun, Naura sudah menerima cinta Arif. Sosok lelaki yang selama ini diam-diam menaruh hati padanya. "Naura, bisa kan?" "Kita ketemu di rumah saja.""Tidak. Aku sudah ada di rumah sakit untuk menjemputmu."Naura memijit pelipisnya. Dia tahu bahwa Nino itu orang yang sangat nekat. Seperti saat ini. Nino sudah tahu Naura telah memantapkan hati untuk siapa."Naura, please! Untuk kali terakhir."Naura menerawang. Dia.dilanda kecemasan. Dia begitu menjaga perasaan Arif calon suaminya. "Arif harus tahu.""Tidak pelu. Aku kan sahabatmu."Naura mengalah. Akhirnya dia memilih untuk mengikuti keinginan Nino. "Baiklah, tunggu aku di sana!"Naura bergegas menu

  • WANITA SIMPANAN   131. Naura dan Arif

    Pagi ini Naura disibukkan oleh pasien yang tiba-tiba membludak di poli umum.Suster Lisa yang membantu ikut kerepotan hingga dia berinisiatif memanggil Manda-rekan profesinya. Waktu berlalu begitu cepat hingga akhirnya pasien terakhir masuk. Naura yang sedang meluruskan tangannya tiba-tiba berhenti sejenak saat menyadari siapa yang tengah duduk di depannya. "Nino?" ucapnya sedikit ragu. Sosok yang ada di depannya mengulas senyum tipis tanpa membalas ucapan Naura. Naura berusaha bersikap normal. Matanya mulai berkaca. Ingin sekali dia menumpahkan segala kekesalan yang ada pada dirinya. Namun, Naura urung melakukannya. Selain karena masih di lingkungan kerja, dia juga tak ingin terlihat lemah di depan orang yang masih mengisi hatinya. "Pagi, Dokter Naura!" sapa Nino yang menyadarkan Naura dari lamunannya. "Hai, Nin!"Hanya itu yang bisa diucapkan saat ini. Naira sedang berperang dengan ak

  • WANITA SIMPANAN   126. Sesurga Bersamamu

    Setahun sudah pernikahan kami. Suatu kesyukuran dari pernikahan kami lahirlah seorang putra yang kami beri nama Muhamma Arkan Hafiz. Berharap kelak Arkan akan menjadi anak sholeh dan penghafal Al Qur'an. Aa Fariz melantunkan adzan di telinga bayi kami. Suara merdunya membuatku menitikkan air mata. "Pa, ini adek Naura kan?" tanya putri kami. "Iya, Sayang. Nanti dia yang akan menjaga Naura dari orang jahat."Mata Naura berbinar. "Naura punya teman main dong, Bunda?""Iya, Sayang," jawabku. Arkan lahir melalui operasi sesar. Ketuban pecah dini dan semakin berkurangnya air ketuban membuatku harus menjalani operasi itu. Operasi sesar yang menurut orang di luar sana begitu mengerikan. Kuakui memang. Tapi, apapun itu, aku menikmati semuanya. Bagiku, yang penting bayiku lahir dengan selamat. "Assalamu'alaikum," sapa Sinta. "Wa'alaikumussalam."Ternyata Sinta tidak sendiri. Ada Mas Yuda, Nino, dan juga Raffa. "Wah si ganteng. Mirip pap

  • WANITA SIMPANAN   130. Kedatangan Arif

    "Papa, Bunda, Naura ingin bicara," ucap Naura pada kedua orangtuanya saat mereka sedang duduk santai di teras rumah. "Soal apa, Sayang?" tanya Fariz. Naura memilin ujung jilbabnya. Berulang kali dia menggingit bibir bawahnya. Fariz dan Ainun saling memandang satu sama lain. Mereka masih menunggu putrinya angkat bicara. "Naura?" tanya Ainun. "Pa, Bunda, eum itu. A-arif katanya mau datang ke rumah.""Oh, ya? Kapan?" tanya Ainun. Fariz menoleh ke arah istrinya. Dahinya mengernyit karena maaih belum mengerti tentang apa yang dikatakan istrinya."Papa masih belum ngerti, Bun."Ainun menoleh ke arah suaminya dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya. Ainun meraih tangan suaminya lalu mengelus punggung tangannya. "Itu loh, si Arif-temannya Naura mau datang ke rumah.""Iya, Papa juga dengar tadi. Cuma, dalam rangka apa?"Ainun gemas mendengar penuturan suaminya yan

  • WANITA SIMPANAN   129. Berusaha Merebut Hati Naura

    "Sha, aku sudah siapkan makan malam buat kita.""Iya."Selalu saja seperti itu. Dia tidak pernah sedikitpun bersikap manis padaku. Kecuali jika ada Ainun. Rasha selalu saja bersikap dingin. Aku hanya bisa menangis dalam hati saat diperlakukan seperti ini. Kembali ku langkahkan kaki ini menuju meja makan. Aku menunggu dia yang masih betah memandangi wajah mantan istrinya. Jangan tanya sakitku seperti apa. Tentu kamu tahu rasanya di posisi ini. Ibarat lagi Armada, 'Aku punya ragamu tapi tidak hatimu.' Menyesakkan bukan?Waktu berlalu dan aku masih betah menunggunya di sini. Di meja makan. Aku sudah memoersiapkan semuanya. Makan malam dengan masakan kesukaannya. Bahkan aku meminta resep pada Ainun. Nyatanya, itu lebih memyakitkan. "Ainun kirim makanan?" tanyanya saat beberapa sendok kiah soto Betawi masuk ke dalam mulutnya. "Ainun?" Dia mengangguk. "Masakan ini Ainun yang buat kan

  • WANITA SIMPANAN   128. Suara Hati Sang Pelakor

    "Pov Nayla."Naura, mama ingin bicara," ucapku saat Naura tengah duduk di taman bunga milik Ainun. Naura tak menyahut. Hal itu membuat hatiku sedikit menciut. Dia sejak dulu sudah membenciku. Di awal pertemuan kami aku telah menciptakan rasa benci untukku hingga dia pendam sampai kini. Bukan salah Naura jika dia membenciku begitu sangat. Ini memang salahku yang hadir menjadi penghancur istana yang susah payah mereka bangung. Hanya demi sebuah ambisi yang tak masuk akal, aku sudah menghancurkan hati banyak orang. Termasuk Naura. "Mama minta maaf sama kamu, Sayang," ucapku tulus. Namun, lagi dan lagi Naura tak menggubrisku. Aku paham akan itu semua. Jika aku berada di posisinya. Aku akan melakukan hal yang sama. "Mama sudah menghancurkan kebahagiaan kalian.""Sudahlah, Ma. Naura malas buat bahas masa lalu," ucapnya dingin. "Meskipun begitu, mama masih merasa bersalah.""Telat."

  • WANITA SIMPANAN   127. Kegelisahan Hati Naura

    Lima belas tahun berlalu. Waktu berlalu begitu cepat. Kini aku menyaksikan putriku-Naura memakai jas berwarna putih.Suatu kebanggan bagi kami para orangtuanya. Cita-cita yang didambakan sejak dulu kini sudah menjadi nyata. "Dokter Naura!" sapaku lembut. Dia tersipu malu. "Ah, Bunda bisa aja."Naura telah menyelesaikan pendidikan profesi dokternya dan kini bekerja di salah satu instansi di Jakarta.Naura dikenal sebagai salah satu dokter yang berdedikasi tinggi. "Papa mana, Bun?" tanyanya sambil celingukan."Papa manti nyusul bareng Ayah dan Mama Nay."Naura memeluk tubuhku dengan sayang. Sejak dulu Naura seperti ini. Tak pernah berubah. "Bunda, Naura mau tanya sesuatu."Aku menoleh ke arahnya. "Iya, Sayang?""Sebenarnya ada yang ingin melamar Naura," ucapnya. Aku merasa bahagia. Senyum di wajahku tergambar begitu jelas. Dia gadis kecilku yang kini berusia dua p

  • WANITA SIMPANAN   125. Hari Bahagia

    "Bagaimana para saksi? Sah?""SAH!""SAH!"Suara menggema di segala sudut ruangan. Di sini, sebuah gedung dengan dekorasi nuansa putih dan pink yang memperindah tempatku melangsungkan pernikahan.Fariz melalui arahan dari penghulu nikah menyentuh ubun-ubunku seraya membacakan doa yang kuaminkan.Air mata perlahan metes kala sebuh sentuhan hangat mendarat di keningku. Tanganku kemudian meraih tangannya kemudian mencium punggung tangan sosok yang kini menjadi suamiku.Aku telah resmi menjadi istri seorang Muhammad Alfariz. Tangannya perlahan menyematkan cincin di jari manis sebelah kananku. Pandangan kami bertemu. Ada rasa getar cinta yang terasa begitu kuat. "Terimakasih sudah menerimaku, Ai," bisiknya. Aku mengangguk seraya mengulum senyum ini.Dari jauh kulihat Raffa dan Rasha memandangku dengan pandangan yang berbeda. Tak ada senyum darinya. Wajahnya begitu terlihat mendung. "Bunda!" pekik Naura saat kami selesai melak

DMCA.com Protection Status