Semua berkas dan dokumen serta bukti sudah kuajukan di pengadilan. Setelah menyadari perbuatannya sudah diketahui olehku, Nayla tak berhenti memohon agar aku tak menjebloskannya ke dalam penjara. Di mana keberaniannya selama ini? Bukankah jika berhadapan denganku dia begitu angkuh dan sombong? Kemana semua itu? Kenapa malah jinak di hadapanku?"Mbak, aku mau ngomong," ucapnya tanpa basa-basi. Aku yang sedang mempersiapkan diri hanya diam tak ada niat untuk sekedar merespon. "Mbak, tolonglah, jangan laporin aku ke polisi. Iya, aku akui, sudah salah sama mbak. Sudah merebut Mas Rasha, bahkan lancang memakai barang-barangnya mbak tanpa ijin dulu. Tapi, tolonglah, Mbak, toh barangnya.masih utuh dan aku nggak jual."Kata-katanya membuatku sontak berhenti lalu mentapnya dengan ekspresi datar. Sumpah kali ini aku jengkel, dia mengatakan semua itu dengan entengnya tanpa ada rasa bersalah sama sekali. Seolah-oleh mewajarkan sesuatu yang salah dengan da
Read more