Beranda / Pernikahan / Yang Ternoda / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Yang Ternoda: Bab 81 - Bab 90

131 Bab

Bab 81

 “Fira?” Gilang mengeryitkan keningnya melihat Zafira berdiri di samping mobilnya. Lelaki itu membuka kaca mobilnya.“Aku ikut pulang,” ucap Zafira datar.Gilang kembali tersenyum senang.“Dengan senang hati, Permaisuriku,” ucap Gilang sambil membukakan pintu untuk Zafira.“Kamu kelihatan kacau, Mas,” ucap Zafira saat mereka sudah dalam perjalanan pulang.“Setidaknya aku bisa sedikit lebih lega karena kamu ada di sampingku dan menemaniku,” ujar Gilang.“Maafkan aku, Mas. Sebenarnya aku sudah menduga Tante Rossa akan melakukan hal ini ketika aku bertemu dengannya di Mall. Tapi aku tak menduga mereka akan senekat ini menjebakmu.”“Tak perlu meminta maaf, Sayang. Kamu nggak salah, aku lah yang salah.”“Maukah berjanji satu hal padaku, Mas?”“Apa itu, Fira?”“Kita jangan membahas hal ini lagi,
Baca selengkapnya

Bab 82

 Gilang mengusap wajahnya kasar kemudian menoleh ke arah Zafira. Gilang terkejut ketika mendapati mata Zafira sudah basah dengan air mata. Zafira memilih berdiri sambil berpegangan pada ujung sofa yang ada di ruang tengah.“Fira, jangan percaya padanya! Dia pasti sedang berbohong dan ingin menghancurkan hubungan kita. Aku nggak mungkin melakukan itu, Sayang,” ucap Gilang panik.“Kamu mengira aku berbohong, Gilang? Baiklah, aku akan memberi buktinya padamu.” Claudia membuka tas nya dan mencari-cari sesuatu dari dalam sana. “Ini! Apa hasil USG ini masih belum cukup untuk membuktikannya? Lihat ini baik-baik! Ini hasil USG yang menyatakan aku sedang mengandung benihmu, Gilang Febrian!” bentak Claudia sambil melemparkan selembar foto hitam putih dan sebuah buku kecil berlogo rumah sakit pada Gilang.Gilang meraih selembar foto yang dilemparkan Claudia. Dengan tangan gemetar Gilang membaca beberapa tuli
Baca selengkapnya

Bab 83

 “Izinkan aku pergi untuk sementara, Mas. Aku akan terus tersakiti jika berada di sini.”“Aku janji akan membicarakan ini dengan Cla, aku akan membiayai semua kebutuhannya dan bayinya. Aku akan membujuknya untuk kembali ke Paris.”“Jangan egois, Mas. Jika benar Cla sedang mengandung anakmu. Dia pasti membutuhkan kehadiranmu sebagai ayah dari bayinya. Dia butuh status untuk bayi yang dikandungnya.”“Apa kamu sedang menyuruhku untuk menikahinya, Fira?” tanya Gilang.“Aku tak berhak untuk menyuruhmu ataupun melarangmu, Mas. Pikirkanlah matang-matang langkah apa yang akan Mas Gilang ambil ke depan. Insya Allah aku siap menerima apapun keputusanmu. Sebaiknya kita berangkat sekarang, Mas. Bukankah Mas Gilang ada meeting penting hari ini? Akupun harus kerja,” ucap Zafira berusaha tersenyum.Gilang menatapa tajam mata Zafira.“Jangan pergi jauh dan jangan
Baca selengkapnya

Bab 84

“Apa Gilang menyakitimu, Fira?”“Jangan ikut campur terlalu jauh, Fe. Itu bukan urusanmu!”“Itu akan menjadi urusanku jika dia menyakitimu, Fira. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakitimu, meskipun orang itu berstatus suamimu!” Felix menatap tajam mata Zafira.Zafira mengeryitkan keningnya mendengar ucapan Felix.“Untuk apa kamu mencampuri urusanku, Felix?”“Karena aku menyukaimu, Fira! Aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu denganmu saat kita bertabrakan di klinik!” ucap Felix mantap, sementara Zafira menatapnya tak percaya.“Aku mulai menepis perasaanku saat mengatahui jika kamu adalah wanita yang sudah bersuami, namun aku akan kembali memupuk rasaku jika melihatmu disakiti seperti ini. Aku berjanji akan merebutmu darinya jika dia terus menyakitimu! Apa kamu menikah karena dipaksa?”Zafira menarik nafas panjang.“Semua tidak seperti yang kamu
Baca selengkapnya

Bab 85

 “Astaghfirullahaladzim!” pekik Juan ketika melihat Gilang datang ke toko sembakonya dengan wajah yang babak belur penuh luka lebam.“Ada apa, Nak? Kenapa wajahmu seperti ini?”“Gilang nggak apa-apa, Yah. Apa Ayah tau di mana Fira? Tadi Gilang ke rumah Ayah, tapi rumah dalam keadaaan kosong, makanya Gilang menutuskan kemari.”“Duduklah dulu, Nak. Ayah akan memanggil Ibu untuk mengobati lukamu.”“Nggak, Yah! Gilang nggak apa-apa. Gilang hanya mau ketemu Fira,” ujar Gilang menatap Juan penuh harap.Juan menarik nafas panjang.“Ayah tidak tau di mana Fira, Nak. Tadi siang dia hanya menelpon Ayah dan meminta izin untuk pergi sementara waktu. Fira hanya meminta agar Ayah dan Ibu mendoakannya. Sebenarnya Ayah pun bingung, namun Fira menyakinkan Ayah bahwa dia baik-baik saja, hanya perlu waktu untuk menyendiri katanya. Sebenarnya apa yang terjadi, Nak?&r
Baca selengkapnya

Bab 86

 “Benar kata dr. Felix, Pak Gilang. Sebaiknya Anda membersihkan luka di wajah Anda dulu. Selain untuk kenyamanan ruangan pasien, juga untuk penanganan agar luka di wajah Anda tidak infeksi.” Dr. Hadi memberi saran.“Muka lo kenapa?” tanya dr. Hadi ketika Gilang sudah keluar dari kamar perawatan. “Jangan bilang lo berantem sama Pak Gilang!”“Ya emang gue berantem sama si brengsek itu. Giman hasil karya gue tadi di wajahnya? Keren kan? Sampai bonyok gitu mukanya?” Felix terkekeh namun segera meringis ketika merasakan perih di wajahnya saat dia mencoba tertawa.“Yeile, sama aja. Tuh muka lo juga bonyok, cuma bedanya lo udah dapat perawatan aja sedang dia belum. Kalian berdua berantem kenapa? Gara-gara istrinya? Lo nekat amat sih mau ngerebut bini orang, Fe.”“Gue nggak akan berniat merebut istrinya kalau suaminya menjaganya dengan baik, Di. Dia itu laki-laki breng
Baca selengkapnya

Bab 87

“Bangunlah, Kawan! Bukankah masih banyak hal yang ingin kita lakukan bersama,” ucap Alex.Tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Irawan. Gilang merasa terharu melihat ketulusan dari sorot mata Alex.“Terima kasih atas perhatian Om Alex pada papa.”“Dia sahabat terbaikku, Gilang. Apapun yang terjadi antara kamu dan putriku tidak akan merubah persahabatanku dengannya.”“Apa Om Alex sudah tau apa yang terjadi pada Cla?”“Ya, Om sudah tau. Cla dan Maminya sudah menceritakannya ketika aku tiba tadi sore.”“Maafkan aku, Om. Aku sudah menodai Cla.”Alex menoleh dan menatap Gilang sambil tersenyum.“Kamu bisa menceritakan semua padaku. Aku baru mendengar cerita dari sisi istri dan putriku. Sejujurnya aku merasa ada sesuatu yang mengganjal, jadi aku ingin kau pun menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi menurut versimu.”“Terima kasih, Om
Baca selengkapnya

Bab 88

“Masuklah ke mobilku. Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Gilang lembut pada Claudia.“Kamu nggak ke kantor, Gilang? Aku bisa pulang bareng asisten papi kok. Tadi ke sini juga bareng papi dan asistennya,” ujar Claudia.“Om Alex ada di sini?” tanya Gilang.“Iya, tapi tadi Papi langsung pamit ke ruangan Om Irawan setelah tiba di rumah sakit,” jawab Claudia. Gadis itu merogoh tas nya ketika mendengar ponselnya berbunyi. Claudia kemudian menjawab teleponnya.“Udah selesai.”“Udah. Ada kok foto USG nya. Kondisinya baik dan sehat.”“Ini udah di parkiran mau pulang diantar Gilang.”Gilang hanya terdiam kalimat-kalimat pendek Claudia yang sedang berbicara di telpon dengan seseorang.“Telpon dari Om Alex?” tanya Gilang.“Bukan, dari Toni.”“Toni?”“Oh. Itu asisten Papi,” jawab Claudia.
Baca selengkapnya

Bab 89

 “Maafkan saya, Tuan. Saya sudah melakukan kesalahan besar pada Nona Cla. Saya ... sayalah yang telah menghamili Nona  Claudia. Saya siap menerima hukuman apapun dari Tuan akibat perbuatan saya,” ucap Toni dengan wajah menahan ketakutan.“APA KATAMU???” seru Alex terkejut mendengar pengakuan asistennya.“Kamu? Kamu yang menghamili Claudia? Kenapa bisa kamu yang menghamili Caludia?” seru Alex tak percaya.“Maafkan saya, Tuan. Sekali lagi saya benar-benar minta maaf. Waktu itu saya diminta Non Claudia untuk mengantarnya ke pub saat di Paris. Waktu itu Nona Cla sedang sedih-sedihnya karena hubungannya dengan Gilang kandas. Saya menemani Non Cla dan menunggunya di sana. Tapi, Non Cla kemudian menawarkan minuman pada saya dan membuat kami berdua mabuk saat itu. Saya tak ingat bagaimana kejadiannya, tiba-tiba saja saya dan Cla sudah berada dalam satu kamar hotel yang berada di sebelah Pub. Dan malam itu, saya
Baca selengkapnya

Bab 90

 Sudah 2 hari ini Zafira pergi dari rumah, pergi tanpa memberitahu siapapun kemana dia pergi. Meskipun gadis itu tau, Ayah dan Ibunya pasti bisa menebak dia ke mana. Zafira memang selalu mendatangi tempat ini jika sedang ada masalah atau jika sedang ingin meneyendiri. Ya, dia memilih menepi sementara dari hiruk pikuk kota, melupakan sejenak semua masalah yang menghimpit dada. Rumah Pamannya di daerah puncak menjadi pilihan Zafira untuk menenangkan diri untuk sementara. Paman Edy, kakak kandung ayah Zafira mempunyai usaha perkebunan teh di daerah puncak. Suasana puncak dan hamparan kebun teh selalu membuat hati Zafira tenang, meskipun di kala sendiri, dia tetap tak bisa menahan deraian air matanya mengingat peliknya masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Suaminya akan mempunyai anak dari wanita lain! Mengingat hal itu selalu membuat hati Zafira menangis meski dia terus berusaha untuk tetap tersenyum.Senja ini, Zafira kembali meneteskan air mata ketika dia seda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status