Home / Pernikahan / Yang Ternoda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Yang Ternoda: Chapter 71 - Chapter 80

131 Chapters

Bab 71

 Perdebatannya dengan Tante Rossa membuat kerongkongannya terasa kering. Perlahan diraihnya gelas berisi minuman yang tadi diantar oleh pelayan kemudian meminumnya dalam sekejap. Gilang sedikit heran ketika melihat Tante Rossa tersenyum tipis padanya, sementara Claudia masih seperti tadi, tak begitu mempedulikan perdebatannya dengan Tante Rossa. Gilang memilih berdiri dari duduknya dan hendak beranjak pergi dari sana. “Kenapa buru-buru, Gilang?” tanya Tante Rossa masih dengan senyum tipis di bibirnya.“Saya sudah tak punya urusan lagi disini. Saya harap Tante menyimak dengan baik apa yang saya ucapkan tadi. Saya benar-benar tidak akan tinggal diam jika Tante berani menyentuh istri saya. Saya permisi!” ucap Gilang.Namun tiba-tiba dia merasa sempoyongan dan kepalanya sedikit berat. Dengan susah payah Gilang menguatkan kembali tubuhnya, berkali-kali pria itu mengerjap-ngerjapkan matanya yang tiba-tiba saj
Read more

Bab 72

Gilang terperanjat ketika terbangun dan mendapati dirinya dalam keadaan bugil dan bukan di dalam kamarnya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah keberadaan Claudia di sampingnya yang juga dalam keadaan polos. Buru-buru Gilang bangun dan meraih pakaiannya yang tergeletak berserakan di lantai kamar. Kepalanya masih terasa pusing, namun Gilang memaksakan tubuhnya untuk berdiri sambil berusaha mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padanya.Dengan langkah sempoyongan Gilang keluar dari kamar dan membiarkan Claudia yang masih berada di sana. Menyadari bahwa dirinya tengah berada di rumah mewah Alex membuat Gilang meradang menahan amarahnya. Gilang tau, dia pasti sudah dijebak oleh seseorang. Gilang berusaha mengumpulkan ingatannya. Dia ingat, sebelumnya dia memang sedang berkunjung di rumah Tante Rossa untuk meluruskan beberapa hal. Dan setelah itu, Gilang sudah tak ingat apa-apa lagi hingga terbangun dan mendapati dirinya sudah berada dalam satu selimut dengan Claudia dalam k
Read more

Bab 73

“Papa!” Gilang berteriak sekuat tenaganya. Beberapa karyawan di rumah besar itu berdatangan mendengar keributan yang terjadi.“Maria, cepat panggilkan mang satpam di depan!” seru Gilang.“Baik, Tuan!” Maria buru-buru melaksanakan apa yang diperintahkan Gilang.Semua karyawan Irawan terlihat panik melihat Tuan Besar mereka ambruk tak sadarkan diri.“Angkat Papa ke mobilku. Aku harus segera membawanya ke rumah sakit. Salah satu dari kalian ikutlah bersamaku.” Gilang memberi perintah dengan tegas kepada beberapa karyawan Irawan yang mengenakan pakaian security.Gilang melirik sebentar sebelum menuju ke mobilnya. Dilihatnya ponsel Zafira yang tadi di perlihatkannya pada Irawan tergeletak di lantai. Dengan kasar Gilang meraih ponsel Zafira dan berjalan cepat menuju mobilnya. Pikiran Gilang sangat kalut. Di satu sisi, dia harus segera mencari istrinya dan menjelaskan kesalahpahaman mereka akibat jebakan Tan
Read more

Bab 74

Air mata Zafira tak dapat dibendungnya lagi ketika membuka pesan yang dikirimkan oleh seseorang di ponselnya. Di foto itu terlihat suaminya tengah tidur dengan Claudia dalam keadaan polos. Salah satu dari foto tersebut bahkan memperlihatkan dengan sempurna bagaimana tubuh polos suaminya memeluk tubuh Claudia yang juga dalam keadaan polos.Zafira bukanlah gadis bodoh, dia tau bisa saja suaminya dijebak oleh seseorang, apalagi Zafira masih ingat dengan ancaman Tante Rossa sewaktu mereka bertemu di Mall. Sebenarnya yang terlintas dalam benak Zafira adalah suaminya sedang dijebak oleh Tante Rossa, sebab foto-foto yang dikirim oleh seseorang di ponselnya hanya memperlihatkan foto Gilang dan Claudia dalam kondisi sama-sama tertidur. Namun melihat tubuh polos suaminya bersama wanita lain tetap saja membuat dada Zafira sesak, hati kecilnya tak sanggup menerimanya.Pagi-pagi buta, Zafira memilih meninggalkan rumah besar Irawan dengan meminta salah satu supir untuk mengantarkann
Read more

Bab 75

“Sudah melamunnya?” Suara berat seseorang dari arah belakangnya membuat Zafira menoleh.“Felix!” pikik Zafira merasa heran sekaligus senang ketika menemukan orang yang dikenalnya.“Ngapain pagi-pagi melamun di taman, Fira?” tanya Felix.“Kenapa kamu bisa berada di sini?” Zafira balik bertanya.“Aku mencarimu. Kamu nggak masuk kantor, ditelpon nggak diangkat, dicari ke rumah orangtuamu nggak ada.”“Maaf, sepertinya saya sudah terlalu sering mengabaikan perkerjaan saya. Saya siap menerima segala konsenkuensinya.”“Kamu kenapa jadi formal gini ngomongnya, Fira?”Zafira hanya tersenyum tipis.“Aku mencarimu bukan karena urusan pekerjaan, Fira. Entah mengapa perasaanku merasa nggak enak ketika kamu tak membalas pesan dan tak mengangkat telpon. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi padamu. Jadi aku memutuskan untuk mencarimu ke rumah orangtuamu me
Read more

Bab 76

 “Tapi ada hikmahnya sih kamu nggak bawa ponselmu, Fira,” ucap Felix mengikuti langkah Zafira.“Kenapa?”“Aku jadi punya waktu mengobrol denganmu. Biasanya kamu nggak akan pernah mau menumpang di mobilku kecuali dengan Mila.”“Itu tadi keadaannya mendesak,” ucap Zafira tersipu malu mengingat beberapa kali dia menolak ikut di mobil Felix jika hanya berdua dengan Felix, meskipun dalam urusan pekerjaan. Namun hari ini dia malah merasa sangat senang ketika tadi mendapati keberadaan Felix di taman disaat Zafira kebingungan mencari bantuan. “Oiya, terima kasih sudah memberiku tumpangan.”“Sama-sama Tuan Putri. Jangan sungkan jika Anda memerlukan bantuan hamba,” ucap Felix bercanda.Zafira kembali tersipu mendengar candaan Felix. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang tengah duduk di kursi teras di depan rumah ayahnya.“Mas Gilan
Read more

Bab 77

“Astaghfirullahaladzim.” Tak henti-hentinya Juan dan Sinta mencucapkan istighfar saat dia meminta penjelasan pada putrinya tentang apa yang didengarnya tadi. Sedangkan Zafira menceritakan dengan rinci semua yang terjadi diiringi isak tangisnya. Berkali-kali gadis itu berhenti ketika menahan sesak yang menghimpit dadanya.Gilang yang duduk tepat di depan Zafira hanya terdiam, matanya terus menatap tajam pada Zafira ketika istrinya itu dengan terbata-bata mengadukan masalah yang sedang mereka hadapi pada kedua orang tuanya.“Jadi apa benar, Tuan Irawan pingsan karena melihat foto-foto itu, Nak Gilang?” tanya Juan lembut.Meskipun pria paruh baya itu merasa sangat kecewa mendengar betapa menantunya itu kembali menyakiti hati putrinya.“Iya, Yah. Papa pingsan setelah Gilang menjelaskan dan memperlihatkan foto-foto itu pada Papa. Tapi itu bukan satu-satunya penyebabnya, menurut dokter, kondisi Papa yang semalam begadang juga menja
Read more

Bab 78

 “Astaghfirullah, jangan berkata seperti itu, Nak. Kita tidak berhak menilai baik buruknya manusia, itu hak Allah. Hanya Allah yang berhak menilai seberapa baik dan seberapa buruknya kita. Apa yang terlihat baik dimata manusia belum tentu baik dimata Allah, begitupun sebaliknya,” ucap Juan.Sementara Zafira hanya terdiam dan merasa tertohok dengan ucapan Gilang padanya. ‘Pria kotor dan penuh dosa ini mencintaimu dengan tulus, Fira.’ Entah mengapa kalimat terakhir Gilang membuat hatinya merasa teriris sembilu.Pria berkuasa itu rela merendahkan dirinya sendiri hanya untuk mengungkapkan tulusnya perasaannya. Ingin rasanya Zafira berlari ke hadapan suaminya, memeluknya dan melupakan semua foto-foto tak senonoh itu, toh Zafira sendiri sudah tau bahwa Tante Rossa memang berniat untuk menjebak Gilang. Namun tubuhnya terasa berat, berat oleh tangisan dan airmata yang terus saja mengalir tanpa henti dari kelopak matanya.
Read more

Bab 79

Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit kemudian turun dan membukakan pintu mobil untuk Zafira.“Nggak usah dibukain, Mas. Aku bisa buka sendiri!” sewot Zafira.“Wah, aku suka kalau kamu buka sendiri, Sayang. Tapi jangan di sini ya, ntar aja di kamar!” sahut Gilang asal.Zafira melotot protes mendengar jawaban asal dari suaminya.“Dasar mesum!”“Tapi mesumnya cuma sama kamu kok, Sayang.”Zafira menepis tangan Gilang ketika lelaki itu berniat menggandeng tangannya. Gilang menatap kecewa saat tangannya ditepis kasar oleh Zafira.“Kamu masih marah?”“Menurut Mas?”Gilang menghela nafas kasar.“Jangan pernah memegang tangan wanita lain jika Mas masih ingin memegang tanganku. Jangan pernah menyentuh wanita lain jika Mas masih ingin menyentuhku.” Zafira memilih melangkah mendahului Gilang.“Kamu mau ke mana?&rdqu
Read more

Bab 80

Felix hanya menautkan alisnya mendengar penuturan panjang lebar dari sahabatnya sesama dokter itu, sedangkan Gilang semakin terlihat gusar mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh dr. Hadi. Gilang kemudian memilih menarik tangan Zafira dan berlalu dari sana menuju ruang VVIP di mana Irawan dirawat.“Kamu kenal mereka?” tanya dr. Hadi.Felix tersenyum.“Kamu benar, Di. Aku memutuskan untuk tidak kembali ke Jerman karena ingin mengejar jodohku. Sayangnya wanita yang kusukai sudah jadi milik orang lain.”Dr. Hadi mengeryitkan keningnya dan menghubungkan dengan perdebatan antara Felix dan Gilang tadi.“Kamu menyukai istrinya Pak Gilang?” tanya Hadi ragu.“Iya, betul. Apa semudah itu menebakku?”“Gila lu Fel! Nggak ada wanita lain apa? Itu istri orang woi!” seru Hadi“Ya mau gimana lagi,” jawab Felix santai. “Jadi pasien pertamaku di rumah sakit ini aya
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status