Home / Pernikahan / Yang Ternoda / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Yang Ternoda: Chapter 91 - Chapter 100

131 Chapters

Bab 91

 “Nak Fira, di luar ada tamu mencari Nak Fira,” Zafira terkejut ketika Bi Aish mengetuk pintu kamarnya pagi-pagi.“Tamu? Siapa Bi? Pagi-pagi begini?” tanya Zafira heran.“Bibi belum sempat menanyakan namanya, Nak. Orangnya ganteng, lagi ngobrol di depan sama pamanmu.”“Laki-laki, Bi?”“Iya, Nak. Tapi sepertinya bukan suamimu. Bibi masih ingat wajah suamimu sewaktu resepsi pernikahan kalian waktu itu. Temuin dulu sana, bibi mau ke dapur dulu,” ujar Bi Asih.Zafira meraih jilbab instannya yang digantungkannya di belakang pintu kamar, kemudian melangkah ke ruang tamu dengan rasa penasaran.“Felix?” pekiknya ketika melihat siapa yang sedang mengobrol dengan Pamannya. “Bagaimana bisa kamu sampai kemari?”Felix menoleh dan tersenyum ketika mendengar Zafira memanggil namanya.“Aku sempat nyasar beberapa kali sebelum
Read more

Bab 92

 [Maaf aku belum bisa mencarimu dan menemukanmu. Begitu banyak hal yang harus kuurus di perusahaan. Tetaplah di tempatmu, aku pasti datang menjemputmu. Beberapa hari ini aku akan berada di Singapura mengurus beberapa kontak kerja dengan relasi di sana. Aku akan segera mencarimu ketika aku kembali. Aku mencintaimu, Istriku!]Tak terasa air mata Zafira menetes membaca pesan dari Gilang. Dicobanya untuk melakukan panggilan ke nomor Gilang namun ternyata ponsel Gilang tidak aktif. Dengan perasaan gundah Zafira kembali ke ruang tamu.“Bu Fauzia?” sapanya ketika melihat di sana ada Bu Fauzia menemani Felix.“Apa kabar Nak Fira,” sapa Bu Fauzia.“Ibu ini tadi yang nunjukin rumah ini, Fir.” Felix menyela sebelum Zafira menjawab.“Maaf Nak Fira, sebenarnya Ibu kemari mau minta tolong pada Nak Fira.”“Ada apa, Bu?”“Tiga hari kedepan Ibu ada sedikit
Read more

Bab 93

 Zafira melangkahkan kakinya kembali ke rumah pamannya melewati sela-sela pohon teh yang mulai diselimuti oleh kabut tipis. Ketika memasuki pekarangan rumah pamannya Zafira sayup-sayup mendengar suara dua orang yang sedang bercakap-cakap dari dalam rumah pamannya.Hatinya berdebar kencang ketika meletakkan sendalnya di pelataran rumah dan melihat sepasang sepatu yang tergeletak rapi di sana. Itu sepatu Gilang! Dengan hati yang membuncah Zafira mendekati pintu rumah.“Assalamualaikum,” sapanya.“Walaikumsalam.” Suara jawaban dari dalam rumah.Benar saja, matanya langsung bersitatap dengan mata elang Gilang saat Zafira melangkah ke dalam rumah. Di sana ada Paman Edy dan Bi Asih yang menemani Gilang mengobrol.Waktu seakan berhenti saat keduanya saling menatap. Ada rasa rindu yang meluap-luap ketika Zafira menatap mata Gilang.“Sini, Sayang,” ucap Gilang lembut sambil menepuk ban
Read more

Bab 94

 Zafira yang sedang duduk di tepi ranjang kayu tertawa kecil ketika melihat Gilang masuk ke dalam kamar dengan memakai kaos oblongnya dan bawahan sarung yang pinjamkan oleh pamannya.“Bagus ya ngetawain suami,” protes Gilang ketika melihat Zafira terkekeh.“Habisnya lucu liat kamu sarungan gitu, Mas!” jawab Zafira masih terkekeh kemudian merasa kikuk ketika Gilang berjalan menghampirinya lalu duduk di sampingnya.“Tadi celanaku basah jatuh di kamar mandi, jadi minjam sarung Paman soalnya mau minjam celana pendek paman nggak ada yang muat.”Kreettt!Ranjang kayu berbunyi ketika Gilang meletakkan tubuhnya di sana, membuat Gilang dan Zafira saling menatap tersenyum geli.Gilang merengkuh bahu Zafira dan menenggelamkan wanita itu di dadanya, pipi Zafira seketika merona merah ketika merasakan wangi maskulin yang khas dari tubuh Gilang. Ia menikmati irama detak jantung Gilang bebera
Read more

Bab 95

 Setelah semuanya usai, Zafira memilih tidur memunggungi Gilang sambil berbantalkan lengan kokoh milik Gilang. Sementara Gilang mendekap pinggangnya dari belakang dengan lengan kokohnya yang lain. Keduanya masih berusaha mengatur nafas yang sama-sama memburu setelah aktifitas menguras tenanga yang baru saja mereka lakukan.“Mas,” panggil Zafira lirih.“Hmmmmm,” gumam Gilang.“Boleh nanya sesuatu?”“Hmmmm.”“Apa Mas Gilang sudah sangat ingin memiliki bayi?”“Hmmmm ....” Gilang kembali menjawab hanya dengan gumaman.“Ihh, dari tadi cuma menggumam. Mas Gilang sudah tidur?” Zafira memilih membalikkan badannya dan kini wajahnya berada tepat di depan wajah dengan rahang kokoh dan hidung mancung Gilang.“Kenapa bertanya begitu, Sayang? Bukankah memiliki bayi adalah impian semua pasangan menikah?” Gilang berusah
Read more

Bab 96

 “Gimana tidunya semalam, nyenyak?” sapa Bi Asih ketika Gilang tengah menunggu Zafira menyiapkan air panas untuk mandi.“Eh, iya. Nyenyak, Bi.” Gilang menjawab sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mengingat semalam dia hanya tidur beberapa jam akibat aktifitas menyenangkan yang dilakukannya dengan Zafira.Baru beberapa saat terlelap, Zafira sudah membangunkannya untuk mandi sebelum adzan subuh dan menyuruhnya menemani Paman Edy sholat subuh ke masjid kecil yang terletak di kaki bukit.“Kalo kamu nggak subuhan, paman pasti akan bertanya, Mas.” Begitu kata Zafira saat dia merengek masih mau tidur karena mengantuk.“Maaf ya, Nak. Kamar di rumah ini hanya seadanya gini. Dinding-dinding kayunya bahkan sudah pada lapuk. Pasti tak senyaman di rumah Nak Gilang.” Ucapan Bi Aish membuyarkan lamunannya.“Ng-nggak kok Bi. Kamarnya nyaman kok,” jawab Gilang asal.
Read more

Bab 97

Zafira merasa heran ketika melihat ekspresi Bu Fauzia dan Gilang yang sama-sama terkejut ketika mereka saling bertatapan. Gilang sedikit terhuyung, bahkan Zafira merasa tangannya dicengkeram kuat oleh Gilang seolah mencari kekuatan.“Gilang!”“Mama!”Suara lirih penuh keterkejutan yang keluar dari bibir Bu Fauzia dan Gilang justru membuat tubuh Zafira ikut terhuyung dan merasa kelihangan tenaga. Dalam sekejap Zafira mengerti, kenapa ia selalu merasa begitu mengenal tatapan tajam dari mata Bu Fauzia. Rupanya ia melihat itu di mata suaminya. “Gilang!” Air mata Bu Fauzia berderai memandang anak lelakinya yang kini berdiri tepat di depan matanya.Tangan wanita paruh naya itu bergerak hendak menyentuh Gilang ketika lelaki itu justru mundur dan menghindari sentuhan tangan Bu Fauzia.“Mas?” ucap Zafira menatap Gilang.“Aku tunggu di mobil.” Gilang melepaskan pegangannya pada t
Read more

Bab 98

“Papa sedang koma di rumah sakit, Ma.”“Astaghfirullaaladzim!” pekik Bu Fauzia.Gilang mengangguk.“Dan sedihnya lagi, Papa di sana hanya dirawat oleh perawat yang Gilang bayar khusus untuk mengurus Papa, juga asistennya yang Gilang suruh untuk menemaninya. Gilang hanya sesekali menemani Papa karena Gilang punya banyak tanggungjawab mengurus perusahaan setelah Papa koma. Sekaranglah waktunya Mama kembali,” pinta Gilang.“Maafkan Mama, Nak. Tapi mama tidak bisa memenuhi keinginanmu. Sudah bukan tugas Mama lagi mengurus Papamu, Nak.”Gilang menatap tajam mata Bu Fauzia.“Papa tak pernah menikah lagi setelah Mama pergi. Hidup Papa bahkan perusahaan Papa bahkan hancur setelah kepergian Mama. Beruntung Om Alex membantu Papa hingga perusahaan Papa bisa bertahan. Sementara Papa hanya berkonsentrasi untuk mencari Mama dan mengurus Gilang waktu itu. Kembalilah ke rumah, Ma!”“Ma
Read more

Bab 99

Zafira mencium punggung tangan Gilang dengan takzim dan penuh rasa haru setelah mereka berdua selesai melaksanakan sholat subuh dan bahkan dilengkapi dengan Gilang membaca Ayat-Ayat Al-Qur’an setelah sholat. Ini adalah kali pertama Zafira merasakan sholat dengan diimami oleh suaminya. Perasaan bahagia campur haru membuat air mata Zafira tak mengalir begitu saja dan membasahi pipinya serta membasahi tangan Gilang yang masih diciumnya seakan tak rela melepasnya.“Maafkan aku baru kali ini bisa mengimamimu, Istriku.” Kalimat sederhana Gilang sukses membuat air mata Zafira malah semakin deras, bahkan kini disertai dengan isakan lirih.Bahkan pada saat sholat tadi air mata Zafira sudah menetes satu persatu ketika mendengar bagaimana Gilang dengan fasih dan lancar membaca Surah-Surah dan bacaan sholat serta mengaji dengan suara yang terdengar sangat merdu baginya. Sungguh ini adalah subuh yang begitu syahdu bagi Zafira.Gilang menarik tangannya perla
Read more

Bab 100

 Gilang melangkah pasti memasuki pintu rumah mewah Alex. Asisten Alex menyambutnya di depan pintu masuk dan mempersilahkannya masuk setelah Alex mengangguk dan malah ikut berdiri menyambut Gilang di bepan pintu. Gilang melirik sekilas pada asisten Alex ketika melihat beberapa lebam di wajah pria yang berbadan tegap itu.“Wah, selamat datang Gilang. Om tau cepat atau lambat kamu pasti akan datang ke mari. Ayo, masuk. Kita bicara di dalam.” Om Alex menyambut Gilang sambil menepuk-nepuk pundak Gilang.“Terima kasih atas sambutannya Om. Ada hal penting yang harus segera Gilang bicarakan,” ucap Gilang dengan suara tegas.“Om tau ... Om tau.” Alex melirik sekilas ke arah Toni yang masih berdiri tegap di depan pintu.Ada kilatan amarah di mata Gilang ketika berhadapan dengan Tante Rossa yang tengah duduk di ruang tengah bersama Claudia. Amarahnya atas jebakan Tante Rossa belum padam, namun Gilang
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status