Home / Pernikahan / Yang Ternoda / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Yang Ternoda: Chapter 111 - Chapter 120

131 Chapters

Bab 111

“Terima kasih,” ucap Zafira sambil membetulkan letak dasi Gilang. Gilang tak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menelusupkan wajahnya di balik leher Zafira ketika Zafira sedang membetulkan dasinya.“Ih, gimana mau rapi sih kalo Mas Gilang gini!” protes Zafira.“Masih bisa satu ronde ini, Sayang,” ucap Gilang melirik jam dinding.“Udah rapi gini, Mas. Lagian tadi kan udah.” Zafira mengingatkan kejadian tadi subuh setelah Gilang pulang dari mesjid di kompleks perumahan untuk menunaikan sholat subuh. Zafira yang saat itu sedang merapikan mukenanya terkejut ketika Gilang tiba-tiba menarik tubuhnya kembali ke tempat tidur.“Aku sudah mandi.”“Terus?”“Bukannya tadi malam istriku ini minta sesuatu? Apa perlu kuingatkan?” Lalu kemudian tanpa menunggu kesipan dan persetujuan Zafira, Gilang sudah memulai semua hal-hal menyenangkan yang belakangan ini semakin serin
Read more

Bab 112

Pagi ini Zafira yang baru saja mandi dengan rambut yang masih basah tertutup handuk tergesa-gesa keluar dari kamar mandi ketika mendengar beberapa kali ponselnya berdering. Selama Zafira tak lagi bekerja di klinik dr. Hesti, mandi berkali-kali seolah selalu menjadi rutinitas Zafira setiap pagi. Karena Gilang selalu saja kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan setelah melaksanakan sholat subuh, meskipun semalam sebelumnya sudah melakukannya berkali-kali, hingga akhirnya mandi sebelum Adzan subuh dan pagi setelahnya selalu menjadi rutinitas Zafira. Sementara Gilang masih meringkuk di balik selimut, pastilah dengan tubuh polosnya karena pakaiannya terlihat masih berserakan di lantai. Lelaki bertubuh tinggi atletis itu terlihat menutupi kupingnya dengan bantal ketika dering ponsel Zafira mengganggu tidurnya.“Felix?” gumam Zafira heran melihat layar ponselnya.“Assalamualaikum, Ya Felix. Ada apa menelpon pagi-pagi?”Gilang yang masih sete
Read more

Bab 113

“Papa ....” Gilang meraih segera meraih tangan Irawan dan mencium punggung tangan keriput itu dengan takzim ketika mereka tiba di ruangan VVIP rumah sakit. Disana terlihat dr. Felix dan beberapa orang perawat yang sedang memeriksa kondisi Irawan.Irawan terlihat sudah membuka matanya dan tersenyum tipis pada keduanya. Zafira pun mengikuti meraih tangan Irawan dan mencium punggung tangan mertuanya itu.“Bagaimana kabarmu, Nak?” Zafira tak sanggup lagi membendung air matanya ketika Irawan berusaha menyapanya dengan suara yang lemah. Kembali diraihnya tangan keriput mertuanya dan meletakkannya di pipinya. Bagi Zafira, Irawan sudah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri. Irawan selalu terlihat tulus menyayanginya bahkan ketika hubungannya dan Gilang belum sebaik sekarang.“Fira baik, Pa. Terima kasih sudah bangun. Maafkan Fira dan Gilang yang tak berada di sini ketika Papa terbangun. Maafkan kami, Pa,” ucap Zafira masih sambil t
Read more

Bab 114

“Pa ... itu bukan mimpi. Beberapa waktu belakangan ini Mama memang ada di sini, menemani Papa dengan setia, melakukan hal-hal yang tadi Papa ceritakan. Itu bukan mimpi, Pa, Itu nyata. Gilang sudah menemukan Mama, Gilang menemukannya, Pa ...” ucap Gilang terbata-bata, lelaki itupun tak mampu menahan butir-butir bening dari kelopak matanya.“A- apa? Itu nyata? Itu bukan mimpi? Mamamu ada di sini? Kau ... kau menemukannya? Lalu dimana Mamamu sekarang? Apa dia ada di sini?” Irawan berusaha bangkit dari tidurnya.“Jangan memaksakan diri, Pa!” pekik Zafira melihat usaha susah payah Irawan untuk duduk.“Mama sedang dalam perjalanan kemari, Pa. Aku dan Fira sudah mengabari Mama tadi. Semalam Mama minta diantar pulang sebentar, katanya ada sedikit urusan dan akan segera kembali setelah urusannya selesai. Namun ternyata Papa terbangun dari koma disaat Mama sedang tak berada di sini. Gilang sudah menyuruh asisten Gilang menjemput M
Read more

Bab 115

“Mas!!!” Zafira melototkan matanya dengan penuh amarah pada Gilang. Wajahnya merona merah ketika melihat Bu Fauzia dan Felix yang masih berdiri di depan pintu tengah menatap ke arah mereka.“Hehe ... Maaf,” ucap Gilang datar tanpa rasa bersalah.“Permisi, Bu. Saya akan kembali lagi nanti,” pamit Felix pada Bu Fauzia kemudian menutup pintu. Zafira sempat melihat sekilas bagaimana tatapan terkejut Felix tadi.Gilang dan Zafira hanya terdiam ketika Felix sudah berlalu dari sana sementara Bu Fauzia masih menatap mereka dengan penuh tanda tanya.“Maaf, Ma,” ucap Gilang tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Nggak usah heran, udah biasa tuh putramu menggila begitu. Apalagi di depan orang yang membuatnya cemburu buta,” ucap Irawan pelan sambil terkekeh, sementara Bu Fauzia masih terlihat bingung.“Awwww!! Sakit, Sayang!” Gilang terpekik ketika Zafira tanpa amp
Read more

Bab 116

Bu Fauzia yang sudah bertahun-tahun meninggalkan rumah besar itu masih sedikit ragu ketika Irawan memintanya mendorong kursi rodanya menuju kamar utama di rumah itu. Bertahun-tahun hidup sendiri di rumah sangat sederhana di kaki bukit membuat wanita itu ragu, namun usapan tangan suaminya di punggung tangannya yang membuatnya mengangguk dan mengikuti kemauan Irawan. Ternyata masuk ke kamar yang dulunya merupakan kamar mereka membuat wanita tua itu semakin menitikkan air mata haru. Tidak ada yang berubah di sana, masih sama seperti ketika dulu dia meninggalkan rumah itu. Bahkan ketika membuka lemari baju di walk in closet, wanita itu mendapati semua baju-bajunya dulu masih tersusun rapi di sana. Foto mereka berdua saat acara pernikahan pun masih ada di dinding kamar.“Kenapa membiarkannya seperti ini selama bertahun-tahun?”“Aku tak mau kehilangan jejakmu di kamar kita.”“Kenapa kau tak menikahi wanita itu?” Pertanyaan yang seja
Read more

Bab 117

“Besok kita ke rumah Ayah, ya, Sayang.”  Gilang membuka pembicaraan dengan Zafira namun matanya masih fokus pada layar laptopnya.“Ngapain, Mas? Kemarin kan Ayah  dan Ibu sudah ke sini ketemu Mama dan Papa.”“Papa nyuruh ngundang Ayah dan Ibu, kata Papa hari Minggu mau ngadain acara syukuran. Papa juga nyuruh ngundang dr. Hesti,” jawab Gilang, masih sambil menatap layar laptopnya. “Sayang, ke sini sebentar dong, bantuin aku milih beberapa desain.”“Desain apa ini, Mas?” tanya Zafira yang sudah duduk di samping Gilang sambil ikut memperhatikan layar laptop. Kehadiran Zafira tepat di sampingnya tak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gerakan lembut ditariknya tubuh Zafira hingga Zafira terduduk di pangkuannya.“Hmmmm,” gumam Gilang menghirup aroma rambut Zafira sambil memeluk erat tubuh istrinya itu. “Kamu kenapa selalu manis gini sih, Sayang. Bikin aku kecanduan dengan ar
Read more

Bab 118

“Hoekkk ... hoekkk ...” Gilang memuntahkan isi perutnya di watafel.Irawan dan Fauzia saling menatap melihat keanehan sepasang manusia di hadapannya itu. Yang satu menangis karena sebab yang sepele, sedangkan yang satu muntah-muntah bahkan sebelum sempat menyantap sarapannya. Keduanya kenudian saling tersenyum penuh arti.Zafira yang merasa matanya masih berembun oleh air mata yang jatuh tanpa kompromi menatap sedikit kesal pada mertuanya yang malah saling menatap dan tersenyum ketika melihat putranya muntah-muntah. Dengan malas Zafira pun bangkit dan mendekati Gilang, dengan lembut Zafira memijat-mijat tengkuk Gilang, sementara Gilang masih saja terus menumpahkan isi perutnya. “Hoekk ... Hoekk ... Nggak udah ke sini, kamu duduk aja di sana,” ucap Gilang dengan nada sedikit meninggi disela-sela muntahnya.“Aku cuma mau nolongin kamu, Mas. Kenapa malah membentakku?” Zafira semakin tersinggung dan memilih beranjak dari sana deng
Read more

Bab 119

Gilang tersenyum senang dan mengecup kening istrinya. “Iya, Sayang. Ternyata istriku pinter banget deh, sepertinya sudah baca banyak artikel. Sudah sangat siap menjadi ibu dari anak-anakku. Jadi mau ya coba test,” ucap Gilang sambil mengedipkan matanya.“Ih, gombal deh kamu, Mas. Tapi ... tapi kalau hasilnya nggak sesuai keinginan, Mas Gilang jangan kecewa ya.”“Nggak dong, Sayang. Kalau negatif ya kita bikin lagi, sekarang juga.” Gilang mnggerakkan alisnya naik turun.Menit-menit selanjutnya Gilang duduk dengan gelisah menunggu Zafira keluar dari kamar mandi. Sudah kurang lebih 10 menit Zafira di dalam namun tak kunjung keluar juga.“Sayang, bisa gunainnya? Perlu bantuan? Aku boleh masuk nggak?” seru Gilang di depan pintu toilet.   “Nggak usah, Mas. Aku bisa kok. Mas Gilang tunggu aja.” Suara Zafira terdengar menggema dari dalam kamar mandi. Namun, hingga hampir 20 menit kemudi
Read more

Bab 120

“Yang bulat itu kantung rahim, nah yang bulat kecil sebesar biji kacang itu babynya ....” dr. Stella masih terus menjelaskan. Sementara Zafira merasakan genggaman di tangan kanannya semnaki mengerat.“Setak jantungnya juga bagus ya. Sekarang kita ukur dulu. Wah, sudah 2,5 cm nih ... sudah besar ya ... kalau dari hasil USG ini diperkirakan usianya 8 minggu. Sehat-sehat ya sayang, tuh lihat Mama dan Papa excited banget tuh ketemu kamu sampai terharu gitu,” ucap dr. Stella mengakhiri pemeriksaan kemudian perut Zafira dibersihkan oleh perawat dari bekas-bekas gel tadi.“Mas ...” ucap Zafira lirih ketika Gilang masih menggenggam erat tangannya dan mencium ubun-ubunnya. Dr. Stella tersenyum melihat sepasang manusia yang sepertinya sedang merasakan kebagahiaan tiada taranya itu.“Ini obat dan vitaminnya jangan lupa diminum ya. Oiya, apa Mbak Fira merasa mual dan muntah di pagi hari?” tanya dr. Stella. Namun bingung ketika
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status