Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of PERTAMA UNTUK NAIMA: Chapter 111 - Chapter 120

208 Chapters

Chapt 110. Keresahan tak bertepi

Naima gugup, menutup kabinet dengan tergesa. Menggosok gigi seadanya, lalu ke luar menuju balkon. Ia butuh oksigen sebanyak-banyaknya. Perkataan Albe tentang tidak ingin mempunyai anak terngiang di kepalanya. Juga fakta mereka masih dalam status pernikahan siri, membuat Naima sesak napas. Memasuki kamar kembali, ia lalu meraih ponselnya yang tergeletak di nakas samping ranjang. Mencoba menghubungi Ajeng atau Tiara? Kebingungan menguasai pikirannya. Berjalan mondar-mandir pada balkon kamar, sesekali melirik ke arah pintu kamar yang tertutup rapat. Ra, pulang kerja bisa kesini? Atau kita ketemu di Mall? Naima mengirim pesan untuk Tiara, dia butuh sahabatnya itu. Ajeng terlalu heboh untuk situasi seperti ini. Dia butuh berpikir tenang, tanpa kericuhan. Tiara: Laki lo kemana? Boleh emang keluar? Naima: Ada, lg meeting sama Pak Jaka ... bakalan lama deh Tiara: Ok 👌 Di Starbuck PIM ya? Naima: Sip👍 Naima mendudukan dirinya pada keranjang ayunan. Mencoba menc
last updateLast Updated : 2021-11-29
Read more

Chapt 111. Perkenalan Anggota Baru

Jemari yang terjalin, dengan sama-sama berhiaskan cincin. Jemari lentik dengan kuku bening terawat berhiaskan cincin berlian indah. Sedang jemari besar berhias cincin palladium sederhana. Di dalamnya terukir nama masing-masing sang pemilik jari dan juga pemilik hati. Sebagai doa juga harapan, ikatan mereka tak akan pernah terputus, seperti cincin mereka. Setelah menghabiskan sore dengan sahabat, sekarang Naima sedang berada di sebuah restoran ternama dengan sang kekasih yang tak pernah melepaskan tautan jemarinya. “Bagaimana tadi? Apakah kalian bersenang-senang?” tanya Albe memecah keheningan. Naima menoleh, menatap Albe lamat-lamat. “Cuma ngobrol di cofee shop, setelah itu keliling aja. Cuci mata, lihat yang bening-bening,” goda Naima dengan alis ia naik turunkan, mengikuti gaya Albe jika menggodanya. Albe berdecak dan terkekeh. “Bening yang seperti apa? Apakah ada yang bisa menarik perhatianmu?” Albe menggenggam jemari Naima membawa ke bibirnya. “Ada beberapa, tapi setelah aku d
last updateLast Updated : 2021-11-29
Read more

Chapt 112. Cinderella tanpa sepatu kaca

Melangkahkan kaki dengan berat dan malas, ada setumpuk dongkol di sudut hatinya. Bagaimana tidak, mereka baru saja makan malam romantis. Tapi dengan tidak beradabnya Albe akan memperkenalkan anggota baru yang apa katanya? Cantik, manis dan penurut. Albe dan senyumnya yang tetap mengembang, tapi menyadari telapak tangan wanita yang sedang ia genggam erat basah berkeringat. Melihat dengan ekor matanya, dan mengulum senyum. Terlihat wajah Naima yang masam, Abe justru senang berarti perempuan itu cemburu. “Ruby!” panggil Albe dengan suara lembut, yang membuat Naima membatu seketika di depan pintu yang telah tertutup di belakangnya. “Ruby!! Come here, lovely.” Albe berjalan menyeberangi ruang tamu. Pintu kamar tamu memang terbuka, segera menampakkan seekor kucing dengan bulu lebat berwarna abu putih berjalan dengan malas ke arah Albe. Memutari kaki lelaki itu dan bergelung nyaman di sana. Naima sontak merasa malu pada dirinya sendiri, rasa cemburu sudah membuat ia berpikir negatif. “Lo
last updateLast Updated : 2021-11-30
Read more

Chapt 113. Rutinitas

Naima bangun terlebih dahulu, seperti biasa tubuhnya akan merasa berat karena lilitan tangan Albe. Tersenyum senang, Albe sengaja atau alam bawah sadarnya yang membuat pria itu tetap memeluknya walau dalam kemarahan. Mengecup pipi Albe sebelum melakukan ritual paginya. Hari ini ia akan bekerja. Menyapa Ruby yang sudah berjalan-jalan di sekitar ruang keluarga. Menuju dapur untuk membuat kopi untuk Albe dan susu untuknya. Membawa pakaian kotor pada laundry room. Kegiatan pagi yang rutin ia lakukan sejak tinggal di rumah Albe. Bunyi bell membuat Naima berlari, kiriman sarapan mereka. Mengucapkan terima kasih, lalu membawa ke meja makan. Mempersiapkan peralatan makan untuk berdua. Karena Ruby akan makan pada mangkuknya, tidak di meja makan. “Kamu udah pup belum?” Naima menatap teman barunya, yang menggosok-gosokkan badan pada kakinya. “Kamu lapar?” tanya Naima lagi, yang hanya dijawab dengan eongan. Setelah mempersiapkan sarapan. Naima menuju area Ruby, mengisi mangkuk makan, dan air m
last updateLast Updated : 2021-11-30
Read more

Chapt 114. Keluarga

Kehangatan di dalam rumah adalah surga di dunia, sebab ia mendatangkan ketenangan dan kebahagian. Sukacita mereka menjadi kebahagiaan kita, dan kebahagiaan kita menjadi sukacita mereka. Mencoba membangun bahagia bersama orang yang kita sayangi. Seperti yang ingin Naima lakukan, Sehari hari setelah pertengkaran kecil mereka, Albe seperti lebih diam. Selalu memperhatikan semua yang ia lakukan dan ia kerjakan di dalam rumah. Tapi jarang melontarkan candaan. Naima mengira Albe sedang banyak pekerjaan. Mencuri pandang pada pria yang sedang memegang tablet di tangan kanannya juga pen pada tangan kirinya. Pandangan pria itu lurus ke depan, sesekali menusukkan pen pada rambutnya. Kehangatan di rumah ini seakan terkikis, Naima sedang mengamati, dengan Ruby di pangkuannya. Setidaknya kucing jenis Rogdoll itu bisa menghilangkan kecanggungan. Notifikasi di ponselnya, mengalihkan perhatian Naima dari Albe. Melihat nama Viran di sana. Viran: Datang lebih cepat bisa? Ada yang mau abang omongin
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more

Chapt 115. Sisi Lain Jaka

      Naima meringis, tidak tau harus mengatakan apa, ia hanya melirik ke arah Jaka. Viran mendengus.     “Tau ni Naima, anak kecil juga ngurusin gue yang suka bikin anak,” decak Viran, menyandarkan punggungnya pada sofa dan menaikkan kaki pada meja. Jaka berderap masuk dan duduk di sofa single dekat pintu.     ”kan sekarang udah pinter juga, ya gak, Nai?” sindir Jaka dengan raut jijik.     “Apaan sih Pak Jaka. Nai cuma godain Bang Viran doang kok,” elak Naima, mukanya sudah menghangat. Melirik ke arah jam yang melingkar di lengan kirinya. Naima bangkit.     “Nai, turun dulu, Pak Jaka, Bang ... Udah waktunya kerja,” pamit Naima, ia tidak nyaman ada Jaka. Aura pria itu selalu menunjukkan permusuhan sekarang. Naima tidak tahu jika hati Jaka masih mengharapkan perempuan itu. Tapi rasa kecewa menutupinya.     “Udah, sini aja dulu Nai. Laki lo juga yang punya usaha, l
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more

Chapt 116. Sisi Lain

  Manusia tak akan pernah tahu, kapan waktu akan menghembuskan tiap jalan takdir manusia itu sendiri. Jika senyum saja akan ditemani air mata, begipula bahagia pasti akan ditemani duka. Tak perlu merayu waktu untuk terus mengiringi senyum yang terpaku, karena waktu tahu kapan hatimu akan terpekur kaku untuk sebuah lagu yang kau sebut gagu. Naima tentu sadar, waktunya juga entah sampai kapan bisa mendekap bahagia. Jika kubangan jelaga sudah nampak jauh di depan sana. Hanya menunggu tatihan langkah yang mengayun hingga sampai pada apa yang disebut merana.  Menggenggam erat kotak yang Tiara berikan, Naima menelusupkan pada bagian belakang tas ransel mininya. Albe hanya memicing tanpa bertanya lebih lanjut. Namun debar hati Naima tetap bertalu tak mau tahu. Membujuk dan merayu pun sepertinya tetap p
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

Chapt 117. Matahari dan Bulan

  “Gila!” Albe menggebrak meja kerjanya. Membuat Viran terhenyak. Namun setelahnya tertawa sumbang. “Sepertinya penyelidikan kita kurang akurat, tidak bisa dipercaya informasi yang kita dapat tentang wanita pengusaha yang katanya potensial, memang benar. Tapi potensial dalam hal menipu dan mempermainkan bisnis,” ucap Viran sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu saja yang datang kesana, aku tidak mau!” putus Albe dengan cepat. Viran melotot ke arah Albe. “Mana mau dia! Yang dia mau, lo. Gue ogah banget, walau dia cantik dan seksi dia bukan  selera gue. Lo aja sono!” tolak Viran, yang membuat Albe memijit pangkal hidungnya. Sebagian uangnya sudah ia investasikan untuk resort. Maka dari itu, ia membutuhkan investor untuk pembukaan cabang Jurasic Gym baru yang sudah setengah jalan. Sebenarnya bisa sa
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

Chapt 118. Pacaran Asik Tapi Ngirit

  Bahagia adalah ketika kita duduk di manapun, kau dan dia, dalam tubuh yang berbeda tapi tetap merasakan satu jiwa yang menyatu. Bersatu bukan sekedar menyatu dalam tubuh, bukan pula hanya untuk meleburkan rindu. Bahagia adalah rasa yang kita ciptakan dan kita upayakan. Bukan hanya mencari saat kau tak temui, lalu kau akan pergi. Duh, betapa piciknya hati. Mengulum senyum pada bibir yang merekah indah, untuk memancing lebih banyak cahaya dari dalam jiwa. Yang akan memancar pada rona dengan sendirinya.  Usapan lembut di antara kuluman hangat sepasang manusia yang melarutkan cinta yang membuncah dalam jiwa. Membuat iri sang fajar, akan betapa mereka saling mencinta dan mendamba. Kehangatannya mengalahkan cumbuan mentari pada bumi di pagi sunyi. “Aku tak pernah cukup denganmu,
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

Chapt 119. Membatu

“Matre caraku itu elegan, Al. Bukan sebatas barang branded yang nantinya akan menjadi sampah. Aku sukanya diberi aset yang akan beranak-pinak?” ulang Viran dengan nada suara di buat seperti perempuan, lalu terbahak-bahak. “Aku malas menceritakan padamu, pasti kau akan mengejek,” decak Albe melayangkan kekecewaan. “Yaelah. Lo kenapa jadi sensitif gini sih, gue bukan ketawa ngejek. Gue takjub, Naima bisa ngomong kayak gitu. Ya gue tahu itu, Naima dulu kalem, kalo bertutur aja sopan banget. Ke Elo bisa ceplas ceplos dan berani banget, ” salut Viran bertepuk tangan. “Kok gue jadi bangga sih jadi wali dia ... Dan setelah itu, Lo ngebet pengen ngembangin bisnis Lo?” papar Viran dengan menggebu. Albe hanya tersenyum bangga. “Gue tadinya ga gitu gimana sama Naima, tapi kesininya. Ya sudahlah. Terus gimana si Nindy lo bilang istri di depan dia, secara dia cs banget sama Jessica. Dan begonya, keduanya pernah lo tidurin, anjirr!!” seru Viran. “Diam, Vir. Naima bisa dengar,“ p
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status