Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 118. Pacaran Asik Tapi Ngirit

Share

Chapt 118. Pacaran Asik Tapi Ngirit

Author: Rezquila
last update Last Updated: 2021-12-04 17:50:45

Bahagia adalah ketika kita duduk di manapun, kau dan dia, dalam tubuh yang berbeda tapi tetap merasakan satu jiwa yang menyatu. Bersatu bukan sekedar menyatu dalam tubuh, bukan pula hanya untuk meleburkan rindu. Bahagia adalah rasa yang kita ciptakan dan kita upayakan. Bukan hanya mencari saat kau tak temui, lalu kau akan pergi. Duh, betapa piciknya hati.

Mengulum senyum pada bibir yang merekah indah, untuk memancing lebih banyak cahaya dari dalam jiwa. Yang akan memancar pada rona dengan sendirinya. 

Usapan lembut di antara kuluman hangat sepasang manusia yang melarutkan cinta yang membuncah dalam jiwa. Membuat iri sang fajar, akan betapa mereka saling mencinta dan mendamba. Kehangatannya mengalahkan cumbuan mentari pada bumi di pagi sunyi.

“Aku tak pernah cukup denganmu,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 119. Membatu

    “Matre caraku itu elegan, Al. Bukan sebatas barang branded yang nantinya akan menjadi sampah. Aku sukanya diberi aset yang akan beranak-pinak?” ulang Viran dengan nada suara di buat seperti perempuan, lalu terbahak-bahak. “Aku malas menceritakan padamu, pasti kau akan mengejek,” decak Albe melayangkan kekecewaan. “Yaelah. Lo kenapa jadi sensitif gini sih, gue bukan ketawa ngejek. Gue takjub, Naima bisa ngomong kayak gitu. Ya gue tahu itu, Naima dulu kalem, kalo bertutur aja sopan banget. Ke Elo bisa ceplas ceplos dan berani banget, ” salut Viran bertepuk tangan. “Kok gue jadi bangga sih jadi wali dia ... Dan setelah itu, Lo ngebet pengen ngembangin bisnis Lo?” papar Viran dengan menggebu. Albe hanya tersenyum bangga. “Gue tadinya ga gitu gimana sama Naima, tapi kesininya. Ya sudahlah. Terus gimana si Nindy lo bilang istri di depan dia, secara dia cs banget sama Jessica. Dan begonya, keduanya pernah lo tidurin, anjirr!!” seru Viran. “Diam, Vir. Naima bisa dengar,“ p

    Last Updated : 2021-12-04
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 120. Tidak Sekarang

    Menapaki undakan demi undakan yang terasa bagai permainan ular tangga, ia hanya harus berfokus pada langkah, karena itu yang akan menentukannya akan naik ataupun turun. Akan mendapat hadiah yang indah ataupun hukuman hingga ia mampu menuju tampuk kehidupan seperti yang digariskan Tuhan. Mendengkus frustasi, bukan Naima yang menginginkan ini. Takdir yang membawa gadis jawa itu bertemu dengan pria yang ternyata pemilik tempatnya bekerja. Ia tak merancang apapun, bahkan sempat mendorong Albe menjauh. Tapi mana orang lain tahu, mereka hanya melihat yang ada di depan mata. Bukan pada proses awalnya. Perlakuan teman-teman sedivisi sedikit mempengaruhi jiwa lemahnya. Sudah menjelang tengah malam, Naima harus menunggu Albe menjemput. Entah apa yang sedang suaminya lakukan, jika sudah di GYM Albe sangat betah. Sempat protes kenapa usaha GYM tidak

    Last Updated : 2021-12-05
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 121. Kisah Tentang Bayi

    Jatuh hati mengajarkan Naima memberanikan diri, dan bagaimana menjadi sabar juga ikhlas saat kata ‘kecewa’ menggelayuti hati. Ternyata ia tak mengenal Albe dengan baik, itu kesimpulan yang didapatkan dari sekian bulan hubungan mereka. Pembicaraan-pembicaraan mereka berdua hanyalah omong kosong belaka. Tidak ada yang bermakna, dan semua terasa sia-sia. Jika ternyata ada ruang yang tetap hampa, juga ada asa yang akan sirna. Naima tak mengenal bagaimana cintanya. Apakah hanya tertutup nafsu belaka, keinginan memiliki hanya sebatas raga? Bukan jiwa? “Yang!” panggil Naima mendekati Albe yang sudah bersandar nyaman pada head board. Setelah menghabiskan makan sepertiga malam dan meminum susu hamil. Ya, Naima membeli susu itu dan langsung memindahkan pada kotak persegi yang tersedia di kabinet. Albe tidak tahu, dan ia tidak berniat memberi tahu. Hatinya masih di antara duka dan kecewa. Ia harus mencari tahu alasan Albe tak ingin memiliki anak untuk sekarang. Ia akan mati kepayahan menanggu

    Last Updated : 2021-12-05
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 122. Rival

    Adalah persahabatan yang menumbuhkan kebahagiaan, dan meredakan kesengsaraan dengan cara menggandakan kegembiraan dan membagi kesedihan kita. Adalah keluarga yang menumbuhkan cinta, dan tempat bernaung juga tempat sebuah hati akan pulang. Adalah hati, tempat yang begitu kecil, tapi mampu menampung segala bentuk rasa, walau kadang lelah, ia tetap kuat berdetak dan memberi kehidupan. Adalah raga, yang pandai berkamuflase, dengan berlari riang. Namun penuh luka, dan berdiri kokoh walau ia lemah dan kepayahan. Nestapa mungkin bukan kata yang tepat untuk menggambarkan hati Naima saat ini. Walaupun senyum tetap mengembang dengan riang. Namun hatinya hancur. Suaminya mengalami trauma akan seorang bayi, sedang dirinya sedang berbadan dua dan di sinilah ia -rumah sakit- ternama sebelum ke tempat kerja. Albe akan pergi menuntaskan pekerjaannya dan kemungkinan akan menginap. Maka dari itu, Naima bisa leluasa. Ia berniat memeriksakan kandungannya. Juga akan menemui seorang dokter, yang ia t

    Last Updated : 2021-12-06
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 123. Tolong!

    Jangan bangunkan orang yang sedang dilanda cinta. Biarkan ia larut dalam mimpi manis, agar tak menangis saat menghadapi fakta yang ternyata mengiris. Mari menguras mimpi yang hanya bisa diingkari oleh kenyataan. Mari mengalun doa untuk bahagia yang sebentar akan sirna. Raut dan mimik terkejut Dokter yang masih menjabat tangan Naima dengan kencang, merontokkan asa bahagia, perlahan menggores segaris luka. Karena ternyata Naima tak mempunyai daya. Ia seakan mati dengan jalan yang ia lalui. Naima melepas tautan tangan yang sekarang menjadi dingin dan berair. Kelancangannya sekali lagi membuat Naima tak bisa berpikir, apa yang akan selanjutnya ia lakukan. Kecemburuan, akan setiap sosok yang hadir dari masa lalu Albe membuatnya merasa lebih rendah hati dari sebelumnya. “Benarkan? Albe sudah menikah?” lontar Feriska lirih. Ia menjatuhkan pantatnya pada kursi kerjanya yang terlihat nyaman. “Apakah anda mengenal suami saya?” Naima memainkan dramanya. “Mm … yah, kami saling mengenal. Jika

    Last Updated : 2021-12-06
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 124. Terkurung 

    Naima berkeliling mencari interkom, tapi nihil. Ia mendadak ketakutan. Meringkuk di depan pintu, wanita itu tetap berusaha menggedor hingga ia kehabisan tenaga. Tubuhnya sudah menggigil, kemeja tipis yang ia kenakan tak mampu menghalau suhu minus di ruangan itu. Albe yang baru datang dari bandara segera berlari masuk, saat sampai di ujung tangga pria yang terlihat berantakan itu melihat tas Naima juga jaket yang tergeletak begitu saja di ujung tangga, tapi tidak dengan orangnya. Ia segera masuk ke ruangannya, tapi Naima tak ada. Mencoba mencari ke toilet karyawan, juga taman belakang pun yang ia temukan hanya kesunyian. Semua karyawan sudah pulang menyisakan dua orang satpam di depan. “Pak, Naima sudah pulang?” tanya Albe pada satpam di depan Cafe. “Tidak tahu pak, maaf. Mungkin pas saya ke toilet atau pas saya beli rokok tadi Mbak Naima pulangnya,” jawab salah satu satpam dengan raut tak enak. “Kamu pas ngecek di dalam tahu gak?” tanya yang satu, Albe tak hapal nama mereka. “Tad

    Last Updated : 2021-12-07
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 125. Kemurkaan

    Cekalan di lengan itu sangat menyakitkan, tangan besar Albe mencerkeram kuat. Dengan kasar Albe menarik Naima ke ruang tengah. Naima yang masih lemah dan kedinginan tak bisa berbuat apa-apa. “Dari mana saja kau, Nai!” desis Albe dengan rahang mengetat dan kelopak mata mengembang maksimal, terlihat menyeramkan. “Dari rumah sakit, Yang, A–” belum sempat Naima menyelesaikan kalimatnya Albe tertawa terbahak-bahak. “Rumah sakit? Atau rumah singgah? Atau rumah Jaka?” sambar Albe. “Lihat bajumu

    Last Updated : 2021-12-07
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 126. Pelajaran

    Harusnya ia sedang bertutur ceria penuh canda, melagukan aroma nuansa bahagia. Nyatanya ia sedang menanggung lara, berjuang mempertahankan sebuah asa untuk masa depannya. Buah hati, harapan penyambung jiwa yang terluka. Dari ketidak tahuan yang menimbulkan kesalahpahaman, dari keegoisan yang menggoreskan nestapa. Harusnya ia tengah bergelung manja, pada lengan liat sang binaraga jiwa. Namun nyatanya ia bergelung memperjuangkan janinnya tumbuh menjadi kuat atau gugur lalu luruh. Perjuangan pada ia, sang buah cinta. Jiwanya merana, Hatinya lara Tubuhnya penuh luka Pun tak berdaya Rasanya ingin mati saja Menyusul keluarganya Namun ada dia Yang berjuang menguatkan raga dari dalam rahimnya Apakah takdir yang sedang ia jalani nyata? Atau hanya bualan mimpi belaka? Naima mencoba membuka mata, sapuan cahaya putih menyilaukan irisnya. Mengelus perutnya yang sudah sedikit menyembul. Menikmati detakan pelan di dalam sana. Melirik pada meja kecil di samping ranjangnya. Naima meraih pon

    Last Updated : 2021-12-08

Latest chapter

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status