Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 125. Kemurkaan

Share

Chapt 125. Kemurkaan

Author: Rezquila
last update Last Updated: 2021-12-07 21:08:47

    Cekalan di lengan itu sangat menyakitkan, tangan besar Albe mencerkeram kuat. Dengan kasar Albe menarik Naima ke ruang tengah. Naima yang masih lemah dan kedinginan tak bisa berbuat apa-apa.

    “Dari mana saja kau, Nai!” desis Albe dengan rahang mengetat dan kelopak mata mengembang maksimal, terlihat menyeramkan.

    “Dari rumah sakit, Yang, A–” belum sempat Naima menyelesaikan kalimatnya Albe tertawa terbahak-bahak.

    “Rumah sakit? Atau rumah singgah? Atau rumah Jaka?” sambar Albe.

    “Lihat bajumu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 126. Pelajaran

    Harusnya ia sedang bertutur ceria penuh canda, melagukan aroma nuansa bahagia. Nyatanya ia sedang menanggung lara, berjuang mempertahankan sebuah asa untuk masa depannya. Buah hati, harapan penyambung jiwa yang terluka. Dari ketidak tahuan yang menimbulkan kesalahpahaman, dari keegoisan yang menggoreskan nestapa. Harusnya ia tengah bergelung manja, pada lengan liat sang binaraga jiwa. Namun nyatanya ia bergelung memperjuangkan janinnya tumbuh menjadi kuat atau gugur lalu luruh. Perjuangan pada ia, sang buah cinta. Jiwanya merana, Hatinya lara Tubuhnya penuh luka Pun tak berdaya Rasanya ingin mati saja Menyusul keluarganya Namun ada dia Yang berjuang menguatkan raga dari dalam rahimnya Apakah takdir yang sedang ia jalani nyata? Atau hanya bualan mimpi belaka? Naima mencoba membuka mata, sapuan cahaya putih menyilaukan irisnya. Mengelus perutnya yang sudah sedikit menyembul. Menikmati detakan pelan di dalam sana. Melirik pada meja kecil di samping ranjangnya. Naima meraih pon

    Last Updated : 2021-12-08
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 127. MENCARI

    Albe bergegas keluar dari ruangan Jaka, Chef Adi hanya terbengong mengikuti gerakan panik bosnya saat berlari turun. Perhatiannya terfokus pada Jaka. "Loh, muka lo kenapa bro?" herannya saat melihat kondisi Jaka "Ada orang gila mabok, ngehajar gue. Sialan emang monyet satu itu," umpat Jaka melemparkan tubuhnya ke sofa. Ia memikirkan Naima, ada apa dengan perempuan yang masih enggan pergi dari hatinya itu. Chef Adi mendekat duduk di sandaran sofa single terdekat dengan pintu. “Ada apa dengan kalian? Kalo gue gak masuk, kayaknya akan ada pertumpahan darah,” kelakar Chef Adi, yang membuat Jaka teringat kejadian yang membuat Naima terperangkap di ruang penyimpanan. “Justru gue yang harusnya introgasi shift kalian, siapa yang seharusnya bertugas untuk mempersiapkan bahan makanan? Sepertinya sudah disepakati, bukan? Akan ada pembagian tugas itu,” selidik Jaka. Setahu jaka Naima hanya bertugas menyiapkan pesanan desert ataupun cemilan dan itu sudah dibagi dengan beberapa pegawai baru.

    Last Updated : 2021-12-08
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 128. Masalah Besar

    Albe bersandar nyaman pintu mobilnya, kedua tangan terlipat di depan dada. Sebelah kaki ia tekuk dengan telapak kaki menempel pada bodi mobil. Jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger sombong di hidung mancungnya. Orang yang lewat pasti mengira ada model yang tersesat. Tapi, mereka salah. Ia menyembunyikan matanya yang memerah karena marah. Ia bingung marahnya untuk siapa? Dirinyakah, Naima, atau Jaka? Albe segera meluruskan badan dan berdiri tegak, saat sebuah motor bebek mendekatinya. Tiara membuka helm, menaikkan sebelah alis untuk menanyakan tanpa kata. Albe berdecak mendekat, mendorong gerbang dengan terpaksa, Tiara memasukkan motor ke tempat parkir di dalam gerbang. Yah, supaya Albe tidak curiga juga. “Ada apa, Pak?” tanya Tiara, bukan dia yang mendekati Albe. Pria yang berpangkat sebagai bos-nya yang mendekat ke tempat ia memarkirkan kendaraan. “Kapan terakhir kali kamu dan Naima berkomunikasi?” cecar Albe tanpa basa basi, Tiara yang tak bisa melihat ekspre

    Last Updated : 2021-12-09
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 129. Masalah Mendera

    Albe baru tiba di ruangannya di Cafe Kita sudah menjelang malam. Dan Naima tidak ada menghubunginya, pun juga tak ada tanda-tanda istrinya pulang. Ia mengamati tablet yang menampilkan CCTV di rumahnya. Seperti tercerahkan, Albe menuju ruang CCTV yang berada di antara ruangan Manager dan ruangan Jaka. Tapi ruangan meeting yang ramai membuatnya mengurungkan niat. Ia mengetuk pintu dan masuk. Setiap pasang mata melihat ke arah Albe dengan muka yang tegang, Albe mengernyit. "Apa ada yang urgent, sehingga semua orang dapur di sini?" tanya Albe menyilangkan tangan di dada. Memandang satu persatu wajah-wajah yang penuh ketakutan dan rasa was-was. Seperti hidup mereka bergantung padanya. Memang. Pekerjaan mereka menjadi taruhannya. Bukankah dia pemilik usaha ini? Sewajarnya mereka merasa takut. "Bisa duduk, Al?" pinta Viran memundurkan kursi. Albe mengendik, tapi tetap menerima permintaan Viran. "Tolong, dengarkan dulu. Ini mungkin akan membuatmu tak nyaman. Tapi, kita h

    Last Updated : 2021-12-09
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 130. Aku hamil!

    Jika hanya mata yang berderai karena airmata, ia tak mengapa. Tapi hatinya pun kini berderai, berlumuran darah kekecewaan. Benci? Ia tak merasakan benci, bahkan cintanya masih bersemi. Tapi kekecewaan yang menyelimuti hati terurai hingga palung terdalam. Naima tak mau memungkiri, semua yang terjadi. Seminggu lari dari pusat dunianya tidaklah mudah, ada selosong kosong yang minta diisi. Namun ia tak mengerti keengganan hati. Saat kunjungan tadi, dokter sudah memeriksa dan semua sudah seperti semula. Bahkan memar pada genitalnya pun sudah membaik. Tiara sempat melotot pada Naima, saat pemeriksaan di poli kandungan tadi. Naima hanya meringis, tak mampu berkata. Ia menyembunyikan banyak hal, hanya mengatakan Albe belum siap dengan kehamilannya. Maka ia memutuskan untuk dirawat saja. “Lo serius mau balik ke sana?” tanya Tiara, ia menggendong tas carrier yang

    Last Updated : 2021-12-11
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 131. Hati yang berduri

    Mungkin inilah saatnya setiap tawa menjadi lara, dan setiap kesatuan menjadi porak poranda. Harusnya ia paham maksud dari kata yang terucap sejak awal setelah pernikahan kilat mereka, bahkan tak pernah ada kesepakatan untuk setiap hal intim yang mereka lakukan jika membuahkan hasil. Bahkan dari awal, pil kontrasepsi sudah menjadi hal pertama yang menjadi pembahasan. Jadi, sebutan kekasih akan selalu tersemat, dan harusnya ia tak terlena karena ia bukanlah segalanya. Walaupun sah di mata agama, tapi bagi pasangannya itu hanyalah ikrar semata. Kekasih tak berhak menuntut hak lebih. Apakah ia sebagai seorang istri ada hak untuk menuntut? Siapa yang akan tahu, hasil penyatuan diri akan menjadi bagian dari kisah mereka. Walaupun itu bukan sebuah aib, itu adalah bentuk konsekuensi. Ah, takdir bisa sangat menyulitkan. Tapi bisa juga sangat membahagiakan pada saat bersamaan. Albe meraih boxernya, ia bingung dan marah, melihat Naima yang terpekur di pinggiran ranjang, perutnya membunci

    Last Updated : 2021-12-12
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 131. Dipecat

    "Bisa antar aku ke stasiun, Ra?" pinta Naima. Tiara menatap Naima dengan prihatin. "Ya udah, ayo!" tanpa banyak bertanya, Tiara menyetujui. Untuk saat ini ia hanya akan mengangguk pada apapun yang Naima mau, tak akan bertanya dan banyak bicara. Selama mengenal Naima. Perempuan itu tak pernah mengungkapkan kesedihannya berlebihan, jarang marah dan selalu menyimpan luka sendiri. "Nai! Seruan Viran membuat dua orang perempuan yang sudah siap di atas motor menengok. Naima terkejut, karena ia tak melihat viran tadi. "Kamu mau kemana?" tanya Viran dengan nada yang Naima baru dengar sekarang, tidak ada -lo gue- ala pemuda Jakarta memanggilnya. "Gak kemana-mana, Bang. Tolong temuin Albe dulu ya, please. Nai mau ketempat saudara dulu. Ada yang harus Nai urus," ucap Naima, berharap Viran tidak cerewet kali ini. Viran mendesah lelah, menatap Tiara yang ada di belakang kemudi, sudah memakai helm. "Ya, udah. Hati-hati, ya? Kalau butuh apa-apa kabarin Aban

    Last Updated : 2021-12-13
  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 133. Kenangan pahit

    Naima memeluk Tiara dengan erat, sungguh terasa berat sahabatnya itu untuk melepaskan“Jangan sampai ponsel lo mati, pokoknya harus sering ngabarin. Lo gak boleh kecapean, kalo bulek kamu jahatin kamu, kamu lawan ya?” titah Tiara, kelopak gadis itu sudah mengembun. Tiara jarang sekali memperlihatkan perasaannya, tapi penerimaan Naima di saat ia terpuruk membuat Tiara sangat menyayangi wanita hamil itu.“Siap Ibuk!” jawab Naima mengelus punggung Tiara yang mulai bergetar menahan tangisan. Naima melepaskan pelukannya, meminta tas carrier yang masih berada di punggung Tiara. Mengingat awal kedatangannya ke kota ini, ia menggunakan tas itu, hanya baju yang berbeda. Rasa sesak akan meninggalkan Jakarta dan semua kenangan juga sang suami, membuat Naima tak bisa membendung air mata yang terus menganak sungai.“Jangan bilang apapun pada suamiku ya, Ra? Aku ingin tenang dulu. Dan dia juga ... kita butuh jeda,” ucap Naima, menghirup napas dalam lalu mengembuskan perlahan.“Kalaupun dia memaks

    Last Updated : 2021-12-14

Latest chapter

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status