"Bisa antar aku ke stasiun, Ra?" pinta Naima. Tiara menatap Naima dengan prihatin. "Ya udah, ayo!" tanpa banyak bertanya, Tiara menyetujui. Untuk saat ini ia hanya akan mengangguk pada apapun yang Naima mau, tak akan bertanya dan banyak bicara. Selama mengenal Naima. Perempuan itu tak pernah mengungkapkan kesedihannya berlebihan, jarang marah dan selalu menyimpan luka sendiri. "Nai! Seruan Viran membuat dua orang perempuan yang sudah siap di atas motor menengok. Naima terkejut, karena ia tak melihat viran tadi. "Kamu mau kemana?" tanya Viran dengan nada yang Naima baru dengar sekarang, tidak ada -lo gue- ala pemuda Jakarta memanggilnya. "Gak kemana-mana, Bang. Tolong temuin Albe dulu ya, please. Nai mau ketempat saudara dulu. Ada yang harus Nai urus," ucap Naima, berharap Viran tidak cerewet kali ini. Viran mendesah lelah, menatap Tiara yang ada di belakang kemudi, sudah memakai helm. "Ya, udah. Hati-hati, ya? Kalau butuh apa-apa kabarin Aban
Baca selengkapnya