Kesedihan masih bisa ia tampung, sebanyak apapun yang sudah menghampiri. Ia tetap kuat berdiri, masih akan tetap bisa bertahan. Pun dengan kerinduan, tanpa ia katakan, tanpa ia tuliskan dan ungkapkan. Rindu itu tetap membelenggu, bertahta dengan pongahnya, menancap dengan begitu kuat. Hanya rasa yang menyakitkan, membuatnya sesak dan engap. Wanita itu memang terlihat biasa saja, tak nampak hancur, walau jujur ia lebur. Remasan di jarinya menjadi bentuk penguatan untuk hati yang nyaris mati. Dari dalam mobil ini, ia seperti berlari, ingin pergi. Tapi nyatanya ia tak kemana-mana. Masih tersesat pada rasa yang sama. Rindu. “Aku kangen, Ra.” Pipinya bagai seluncuran bagi bulir-bulir bening dari kelenjar airmata. Cicitan suara yang nyaris hanya seperti bisikan tapi masih terdengar jelas, pada jarak yang hanya beberapa centi. "Mau nelpon? Pake private number aja, setidaknya bisa ngobatin rindu lo, suami lo juga lega kalo lo baik-baik aja. Ringankan beban dia,
Baca selengkapnya