Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of PERTAMA UNTUK NAIMA: Chapter 161 - Chapter 170

208 Chapters

Chapt 160. Tamu itu adalah Jaka

Dalam benaknya definisi bahagia itu adalah mempunyai keluarga yang utuh, bisa saling melengkapi dan saling memahami. Bisa menjadi sandaran di kala susah, dan berbagi tawa saat rasa senang memayungi jiwa. Sesederhana itu pikiran Naima. Seperti yang sering Bapaknya katakan dulu, “makan ga makan asal kumpul”. Hidupnya sudah sederhana sedari kecil, jadi sekarang pun, wanita hamil itu tetap menginginkan yang sama. Hidup dalam kesederhanaan, bersama mengais rezeki tanpa diributkan dengan hal-hal memusingkan seperti yang sedang suaminya alami. Memang, dalam hidup ada untung rugi, ada naik dan turun, tapi membayangkan kasus yang sedang dihadapi Albe, Naima juga merasakan sakit hati. Ditusuk oleh sahabat sendiri, dan ia tak mengerti. Pria sesantun Jaka, bisa melakukan hal itu. Ia sempat mengagumi mantan atasannya itu. Pria sunda itu terlihat sederhana, tidak neko-neko. Bahkan cara berpakaian maupun kendaraan yang dimiliki tidak seperti yang lain. Viran bahkan mempunyai Lexus, dan lihat sua
Read more

Chapt 161. Sahabat Terkasih

Tiara memarkirkan motor di samping mobil kekar Alberico. Menendang ban besar itu, sejenak meluapkan kekesalan karena telat dalam wawancara akibat tersesat. GPS memberikan arah yang salah, akibatnya ia terlalu jauh memutar. “Assalamu’alaikum, Nai! Sini dong!” seru Tiara dari teras. Gadis itu duduk menyender dengan tak berdaya. Rasa kesal dan lelah berkumpul menjadi satu. “Nai! Lo ngapain sih?” seru Tiara lagi. “Ish, bumil ini, kalo lagi dibutuhin aja ngilang,” sungut Tiara sambil bangkit dan menghentak gagang pintu dengan kasar. Tiara merasa aneh karena rumah terasa sepi, biasanya jika ada sahabatnya Naima akan ada bunyi musik atau murottal untuk menemani wanita hamil itu. Tiara masuk ke dapur, sunyi. Lalu berbalik ke ruang tengah, menuju kamar sahabatnya. “Nai? Lo tidur?” tanyanya mengetuk pintu beberapa kali tapi hanya senyap yang menyapa. Tiara membuka pintu dengan pelan, ranjang dengan alas berwarna abu itu kelihatan rapi dan tak tersentuh. Ia menuju kamar mandi di ujung ruang
Read more

Chapt 162. Kelicikan Jaka

“Kamu sudah menghubungi pihak Bank?” Albe mengetuk-ngetukkan jemarinya pada dashboard. Mereka masih di toll menuju Bandung, didampingi supir yang ia sewa dari rental tempat Jaka menyewa. Viran sibuk menghubungi beberapa orang dari kepolisian dan juga memantau Tiara. “Bagus, pastikan semua rekeningnya terblokir. Dan kirim melalui email, rekening koran beberapa hari terakhir baik debit maupun kredit rekening-rekening itu. Jika ada nama yang mencurigakan kamu beri tanda!” lanjut lelaki yang terlihat kacau itu memberi instruksi pada Ria sekretaris di kantornya. Albe harus bergerak cepat, supaya bisa menghalau gerak Jaka. Ia tak menyangka sahabatnya itu bisa melakukan hal keji dengan membawa Naima. Bahkan mereka sempat bertemu, dan lelaki sunda itu sudah berjanji akan mencicil uang yang sudah ia pakai. Memohon untuk tetap bekerja agar ia mendapatkan penghasilan.
Read more

Chapt 163. Menjadi Isteri Sah

“Vir, di mana tepatnya!?” tanya Albe dengan gugup. Lelaki itu menggigit buku jarinya terkepal. kakinya tak berhenti bergerak gelisah. Ia mengelus sesuatu di samping pinggangnya, benda yang pernah Naima tanyakan. Saat Albe memasukkan beberapa dokumen penting ke dalami brangkas. Teringat candaan istrinya saat itu, yang sedang merebahkan diri di ranjang. Sementara dirinya menyusun beberapa barang yang akan ia masukkan ke dalam lemari besi itu. “Baby, kamu gak tertarik bantuin?” kata Albe melirik Naima yang hanya memperhatikan dengan posisi tidur tengkurap menghadap Albe. “Gak ah, aku udah cukup sekali melihat isinya,” tolak wanita yang terlihat sudah mengantuk. “Bahkan, kau sudah melihat punyaku berkali-kali, tapi kau tetap penasaran,” goda lelaki yang sedang duduk bersila di lantai, mengulurkan tangannya dan mencubit hidung bangir Naima. “Kalau itu kan selalu menggoda, Yang,” timpal Naima dengan mengerling. “Dan menjanjikan kepuasan,” sambung wanita itu memberikan cium jauh untuk s
Read more

Chapt 164. Pengaruh Buruk

“Nai, kau baik-baik saja, Baby?”Albe meraih tubuh Naima yang luruh kedalam gendongannya. Tubuh itu gemetar, ia berlari keluar. Sudah ada beberapa anak buah Bagas dari satuannya di daerah itu yang ikut membantu. “Aku akan membawa Naima, ia terluka. Bantu Viran di dalam!” teriak Albe pada Bagas. mereka bergegas masuk. Albe membawa Naima ke dalam mobil yang sudah siap di depan rumah tua yang kosong itu. “Luxton hotel Pak, cepat!!” perintah Albe. Ia memeluk tubuh yang ia rindukan, menciumi pipi dan kepala wanita yang sedang mengandung anaknya itu. “Haus, Al! Panas … ugh,” rancau Naima. Albe meraih botol air mineral di sela supir. Membukakan untuk Naima minum, menyodorkan pada bibir Naima yang bergetar dan mendesis juga menggumamkan sesuatu yang tak jelas. Kelopak mata Naima terbuka, menampilkan kilatan hasrat yang sudah Albe hapal. Lelaki itu mengernyit, apa yang sudah Jaka lakukan pada isterinya? “Minum, Baby. Kita akan meredakan panasmu nanti, kamu bisa menahan bukan, sweetheart,
Read more

Chapt 165. Demi Sang Ratu

Surga katanya adalah tempat terindah para bidadari, sejuk juga penuh kenyamanan dan kedamaian. Dan neraka adalah tempat bara untuk menghanguskan setan dan iblis yang meraja lela. Lalu di manakah ia? Naima masih merasakan panas pada tubuhnya. Ia membuka mata, selimut tebal yang membungkus tubuh telanjangnya membuat ia kepanasan. Itu asumsinya. Maka, ia putuskan untuk menyibak selimut itu mengabaikan tubuhnya yang polos. Menurunkan suhu pendingin, ia ingat sudah beberapa kali meminta Albe memberinya kepuasan. Sang suamipun menuruti keinginannya dengan suka cita. Ia pikir setelah lelah dan terpuaskan, itu akan cukup. Faktanya bagian sensitif tubuhnya masih berkedut tak nyaman. Ia merasa seperti jalang yang haus belaian. Tak dapat membayangkan jika Albe datang terlambat, matanya memanas. Mengelus perutnya yang menegang, turun dari ranjang besar itu. Ia menuju kamar mandi. Melihat tampilan tubuhnya, banyak tanda cinta yang suaminya sematkan. Padahal Albe jarang melakukan itu. Seberapa
Read more

Chapt 166. Meleleh

Impian Naima adalah mempunyai keluarga yang utuh, yang terdiri imam dan dia sebagai makmumnya. Juga kelak, anak-anak sebagai pelengkap juga penyemangat. Memang bukan impiannya menjadi ibu dalam usia muda, tapi ia anggap itu adalah berkah yang Tuhan berikan sebagai pengganti keluarganya yang telah tiada. Jadi saat berkah yang menjadi impian selanjutnya untuk meraih bahagia menunjukkan eksistensi, dan meminta perhatian dari orang yang berperan dalam kehadirannya yaitu sang suami. Naima hanya bisa memohon dan meminta untuk menyelamatkan calon buah hati mereka. Mereka berada di ruang poli kandungan rumah sakit swasta yang konon katanya terbaik. Albe harus menggunakan uangnya untuk meminta dokter kandungan yang seharusnya sudah tidur nyenyak di ranjang empuknya untuk segera datang. Jangan lupakan ancaman pada petugas yang tidak bersedia memberikan kontak pribadi sang dokter. Dokter perempuan dengan kerudung merah marun yang sedang memeriksa kondisi bayi mereka. Hanya beberapa kali menghe
Read more

Chapt 167. Menginterogasi

Malam memang kelam, ia laksana jelaga yang membutakan warna. Namun malam juga mempunyai makna, dengan hadirnya kerlip bintang dan juga rembulan sebagai penerang gulita. Malam mungkin mencekam, tapi kerlip bintang menghadirkan sinar cemerlang menumbuhkan harapan. Ia kecil tapi tetap dinantikan dan dirindukan. Naima mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit lucu, trauma yang sempat ia derita, walau sempat akan datang. Ia bisa menghalau, meyakini bahwa sang suami akan membuatnya bahagia. Tak akan pernah meninggalkan ia dan calon buah hati mereka. Penghiatannya memang tak termaafkan, tapi ia yakin ada alasan di balik itu semua. Hanya ingin berfokus, pada bintangnya calon buah hati, pelitanya dalam setiap kegelapan dan kemuraman dunia. Ia hanya perlu bertanya. Yah, ia akan menanyakan nanti, semua keresahan dan kesalahpahaman yang terjadi harus dituntaskan. Setelah bertemu dengan Jaka. Mereka sedang menuju sebuah rumah, yang di gunakan Bagas untuk mengamankan lelaki itu. Albe meman
Read more

Chapt 168. Istri Sah

“Kau tau Al, aku selalu iri dengan apa yang kamu miliki! Keluarga yang kaya dan harmonis, juga saling menyayangi. Adik yang cantik, energik dan baik hati, dan kau tau satu hal Al? Oh, itu nanti saja. Aku tak ingin merusak pembicaraan kita yang mengasikkan ini. Iya kan, Nai? Kamu tentu ingin tahu bagaimana kebrengsekan kami semasa muda dulu.” Pandangan Jaka mengejek Naima, seolah wanita itu sudah dijadikan alat untuk Albe. “Jangan bertele-tele Jak. Ceritakan saja apa yang ingin kau ungkapkan, Naima perlu tahu. Karena dia adalah keluargaku di sini, setelah orang yang aku anggap keluarga ternyata menusukku dari belakang.” Sarkas Alberico dengan nada dingin. “Jadi, sekarang bukan elo gue lagi kan ya? Jadi aku kamu, kan udah gak di anggep keluarga lagi? Duh, imutnya panggilan itu!” ejek Jaka dengan tawa sumbang. Naima hanya bisa memeluk lengan suaminya, tak ingin menimpali. Hanya ingin mengamati. Ia memang tersakiti, tapi ia cukup mengerti, sebuah arti masa lalu dan ia tak akan menghak
Read more

Chapt 169. Obsesi Gila

Naima terpanah, ia semakin jatuh. Menatap lurus-lurus iris hijau cemerlang suaminya. Tak ada kebohongan, lingkarang bening itu berpendar dan berkilat dengan bias cinta. Memancarkan kesungguhan, pernyataan tentang impiannya mempunyai sebuah keluarga utuh. Rohnya seperti melayang, ia serasa tak berpijak. Kata-kata Albe membuainya, apakah memang benar? Pria tampan ini sudah melakukan isbat nikah? Benarkah ia sudah menjadi istri sah? Apakah label istri siri sudah tidak ia sandang lagi? Ini bukan mimpi? Albe mengusap sayang pipi istrinya yang terlihat terkejut. Ya, seharusnya itu akan menjadi kejutan. Tidak dalam suasana seperti ini, ia sudah merancang sebuah pesta penobatan, pesta kejutan. Tapi kemalangan memporak-porandakan impian lelaki itu, untuk menjadikan Naima ratu dalam sehari. Upacara yang disebut orang resepsi. Mungkin ini salahnya, kelambatannya dalam menentukan sikap. Tepukan tangan nyaring membuyarkan suasana melankolis yang tercipta karena pernyataannya. “Wow!!” seru Ja
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status