“Kau tau Al, aku selalu iri dengan apa yang kamu miliki! Keluarga yang kaya dan harmonis, juga saling menyayangi. Adik yang cantik, energik dan baik hati, dan kau tau satu hal Al? Oh, itu nanti saja. Aku tak ingin merusak pembicaraan kita yang mengasikkan ini. Iya kan, Nai? Kamu tentu ingin tahu bagaimana kebrengsekan kami semasa muda dulu.” Pandangan Jaka mengejek Naima, seolah wanita itu sudah dijadikan alat untuk Albe. “Jangan bertele-tele Jak. Ceritakan saja apa yang ingin kau ungkapkan, Naima perlu tahu. Karena dia adalah keluargaku di sini, setelah orang yang aku anggap keluarga ternyata menusukku dari belakang.” Sarkas Alberico dengan nada dingin. “Jadi, sekarang bukan elo gue lagi kan ya? Jadi aku kamu, kan udah gak di anggep keluarga lagi? Duh, imutnya panggilan itu!” ejek Jaka dengan tawa sumbang. Naima hanya bisa memeluk lengan suaminya, tak ingin menimpali. Hanya ingin mengamati. Ia memang tersakiti, tapi ia cukup mengerti, sebuah arti masa lalu dan ia tak akan menghak
Read more