Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Bab 171 - Bab 180

Semua Bab PERTAMA UNTUK NAIMA: Bab 171 - Bab 180

208 Bab

Chapt 170. Ranjang Dingin

  Jika semboyan sahabat mencarimu saat yang lain mencacimu, dan mereka mencarimu saat yang lain memukulmu itu benar. Lantas bagaimana dengan yang dilakukan Jaka? Apakah berganti dengan ‘Sahabat brengsek adalah ia yang memukulmu saat kau mengulurkan tangan dan mendekap dalam pelukan kenyamanan’?” Ah, memuakkan memang persahabatnnya dengan lelaki bajingan yang bernama Jaka Wiguna. Ia ternyata tak mengenal baik pria itu. Hampir seabad ia menganl lelaki berkharisma yang ternyata pandai menyimpan rahasia. Tentu saja rahasia busuk. Albe berharap Viran tidak melakukan hal yang sama seperti apa yang sudah Jaka lakukan. Ia terus berdecak hingga sampai di hotel. Segera memanggil Viran yang baru saja pulang dari rumah sakit, mengambil hasil laboratorium Naima. Seharusnya ia bisa mengetahui lebih banyak lagi, t
Baca selengkapnya

Chapt 171. Memang Seharusnya

      Hidup Naima serasa panggung sandiwara sekarang, wanita hamil itu merasa menjadi lakon utama dalam setiap drama yang terjadi akhir-akhir ini. Ia mengusap wajahnya, mencoba mencerna apa yang Reno katakan pada Albe tadi.      Tidak menunggu lama, setelah Naima menceritakan jika Reno yang menghubunginya, Albe langsung menyuruh orangnya untuk mencari di mana keberadaan pria yang masih menikmati masa sebagai pengantin baru tersebut. Dan dengan terpaksa bersedia datang ke rumah Albe.      “Jadi, kamu menyetujui yang Jaka perintahkan, karena mempunyai hutang untuk biaya pernikahanmu?” Albe memastikan kebenaran pernyataan Reno. Pria berkulit bersih itu mengangguk segan. “Dan kamu rela menggadaikan keselamatan orang lain, bahkan temanmu sendiri?” sambungnya dengan mimik tak percaya.     “Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu, karena saya pikir Pak jaka akan langsung menolong Naima.” Reno
Baca selengkapnya

Chapt 172. Cerita Mantan Sahabat

Dalam dunia pertemanan, ada kalanya kita mempercayai melebihi saudara sendiri. Teman rasa saudara, atau sebaliknya saudara rasa teman. Bersama mengenyam pendidikan untuk mendapatkan ilmu demi bekal masa depan yang gemilang. Membangun mimpi dan mencoba mewujudkannya pun bersama. Tak lantas menjadikan seseorang mengenal watak dan pribadi yang sesungguhnya. Albe pun mengira sudah begitu mengenal Jaka, sikap, sifat watak juga keluarganya. Ternyata ia salah besar. Lelaki mempunyai muka seribu, hampir sepuluh tahun terakhir mereka bersama. Bahkan lelaki itu sempat tinggal di rumahnya, tapi hanya karena iri, mantan sahabatnya itu tega menusuknya berkali-kali dari belakang.  Dan itu menyakitkan. Bukan masalah uang, walaupun itu juga membuatnya merugi. Namun kerusakan di sana-sini, tidak hanya merusak psikis, juga&nb
Baca selengkapnya

Chapt 173. Obsesi di antara dendam

“Kenapa kamu menghancurkan semuanya, heh!” Albe meninju rahang Jaka, kanan dan kiri. Jaka yang tak siap tersungkur ke lantai, ia mencoba menahan sakit di wajahnya dan sakit di kepala. “Gue juga pengen lo minggat dari sini, penguntit sialan!!” Jaka menendang Albe dan berhasil mengenai rahang pria kekar itu. Jaka tak ingin kalah lagi, ia melayangkan pukulan pada ulu hati Albe dan dapat di tangkis, pria sunda itu melayangkan pukulan bertubi-tubi. Albe berusaha menangkis semua serangan Jaka, hingga lelaki itu kelelahan. Albe menyeringai, kemampuan mantan sahabatnya dalan bela diri sangat payah. Albe menendang perut Jaka dan memukul lagi rahang pria itu. Pintu terbuka, menampilkan sosok dengan perawakan jangkung berwajah arab. “Ck, gak puas apa? Kemarin lo udah hampir bikin dia mati. Udahlah Al, gak usah lagi kotori tangan lo itu.” Decakan Viran dan omelan pria itu membuat Albe memutar matanya, menuju wastafel dan memcuci tangannya yang kena cipratan darah. “Urus dia, aku mau melakukan
Baca selengkapnya

Chapt 174. Seorang Anak

Naima memandang Viran heran, menengok ke belakang dan tak mendapati sang suami bersama lelaki itu. “Kok sendirian, Bang. Albe mana?” Naima mengikuti Viran yang menuju meja bar, lelaki itu mengambil minuman soda di dalam kulkas dan duduk di kursi tinggi. “Percaya yang mau dikekepin ndiri, masih kangen?” goda Viran mengerling. “Gak gitu juga, katanya tadi cuma dua jam paling lama sama perjalanan empat jam kalo macet, tapi kayaknya gak macet,” ucap wanita dengan daster selutut itu menyandarkan sisi tubuhnya pada meja setinggi perutnya itu. “Duh, yang mulai posesif, cie … cie … dulu kemana aja buk? Udah mengakui ya, eksistensi laki lo, di jagat per-casanova-an,” ledek Viran membuat wanita berambut ikal itu mencebik dan bersemu pada kedua pipi putihnya. “Apaan sih, Bang. Kan Nai cuma nanya, kenapa juga sampai sana sih, bahasannya,” cibir Naima, berjalan ke arah kulkas dan mengambil sekotak es cream. “Gendut ntar lo, dek! Es krim muluk sekarang.” Viran memperhatikan Naima dengan pandan
Baca selengkapnya

Chapt 175. Meledak

Naima menyukai dunia animasi juga sering menonton tanyangan Disney. Dunia imaji yang kebanyakan menceritakan dongeng para putri cantik jelita dengan kehidupan percintaan mereka yang selalu berakhir bahagia dan minim drama seperti televisi swasta nusantara. Namun ia tak pernah membayangkan akan menjadi Cinderella masa kini yang diboyong pangeran dengan mobil Jerman keluaran terbaru, dengan kediaman berteknologi mutakhir walaupun bukan istana besar seperti yang Pangeran William persiapkan untuk Putri Kate Middleton. Namun menjajikan kenyamanan juga kemewahan. Lihatlah, tangannya jarang menyentuh penggorengan, menggosok kloset pun tidak pernah. Tapi drama hidupnya seakan mengantri seperti para ARMY BTS sejati demi suguhan spektakuler idolanya. Ia saat ini sedang bertingkah layaknya perawan patah hati yang mengetahui kekasihnya menyembunyikan foto mantan kekasih di galeri pribadi. Entah mengapa, Naima merasa ketakutan, cemburu juga merasa di bohongi. Albe
Baca selengkapnya

Chapt 176. Melepaskan Hormon

Albe merangkum wajah Naima dengan sayang, ia melihat kilat emosi di iris coklat gelap istrinya. Ia bahkan tak pernah menemukan itu dulu, hanya sebuah kehampaan jika saat ia melakukan kesalahan dan Naima mengetahuinya. “Maafkan aku, sweetheart. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu. Aku selalu berpikir yang lalu biarlah berlalu, dan selama ini tak pernah menjadi masalah. Aku menyesal, semua ini terjadi saat aku mulai meyakini kau cinta sejatiku.” Albe menatap netra Naima dengan lekat, mencoba menunjukkan apa yang hatinya katakan untuk wanita berparas ayu yang masih memandangnya dengan kilat amarah. “Kamu akan ninggalin kita? Kamu akan buang kita 'kan, Yang?” tanya Naima dengan sendu. Membuat Albe membungkan bibir merah itu dengan lumatan kasar yang menggebu. Mungkin mencumbu wanita yang sensitif di hadapannya bisa mengurangi emosi yang berkecamuk di benak sang istri. Membantu melepaskan hormon endorfin dan dopamin dari dalam tubuh wanita molek itu sepertinya yang di butuhka
Baca selengkapnya

Chapt 176. Percaya Padamu

Naima pikir meluapkan amarah bisa meredamkan segala sesak dan kemelut yang menyelubungi jiwa. Namun, kelemahannya yang tidak bisa menolak setiap permintaan Albe bahkan membuatnya terus meratapi nelangsa. Dia hanya ingin memperjelas semua, menginginkan segalanya terang benderang. Jika pun Albe mempunyai anak lain, Naima akan mencoba menerima. Kesakitan pasti akan menghinggapi hatinya, tapi tidak akan sebanding dengan sakit hati seorang anak yang tak diakui bahkan di tinggalkan orangtuanya. Dilema yang dia rasa sempat membuat wanita hamil itu merana. Rasa takut ditinggalkan dan diabaikan, sudah seperti anak kecil yang manja. Naima tersadar, dia tak boleh kekanakan. Anak itu sudah menjadi anak tirinya, karena sekarang dia adalah istri Albe. “Al!” Naima keluar kamar, dia barusaja selesai mandi. Setelah kegiatan sore tadi, Dia tertidur dan terbangun sudah malam. Naima merutuki tubuhnya dan juga hatinya yang tak bisa menolak Albe. Mengitari meja makan berisi 8 kursi, lalu menyeberangi ar
Baca selengkapnya

Chapt 177. Seperti Narkoba

“Ya, Al. Aku tidak percaya pada mantanmu itu. Dulu ia sempat membuatku cemburu di awal pernikahan kita. Tunggu ….” Naima menjeda, mengingat kembali masalah setelah Albe kembali ke Amerika. Dia menatap Albe lurus-lurus. “Kenapa kau tidak tahu, jika Chloe meminta kompensasi untuk anak itu pada Moma ataupun Dad? Apa benar kamu tak menemuinya saat itu, Yang?” sambungnya. Naima mengalungkan tangannya pada leher Albe. “Kau tahu kan, Baby? Trauma yang aku alami, karena aku merasa sudah membunuh bayi itu dan merasa sudah membantingnya. Karena Chloe mengatakan hal yang menyakitkan tentang keluargaku. Bahkan dia tidak merasa bersalah sudah berkhianat. Aku tidak berpikir untuk menemuinya, walaupun aku tahu dia sengaja melakukan itu untuk memancingku,” tutur Albe panjang lebar. Mengusap lengan Naima yang terbuka, tapi pandangannya menerawang. “Kamu tahu, Baby. Siapa yang mempunyai ide itu?” tanya Albe memusatkan irisnya pada iris sang istri yang masih menatapnya dengan cermat. Naima menggigit bi
Baca selengkapnya

chapt 178. Ancaman Deportasi

Albe dan Naima menghentikan makan malam yang belum usai itu. Jam di dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Viran datang tak lama setelah mengabari perbuatan Ambu Marta. “Bang, maksudnya gimana?” tanya naima pada abang angkatnya itu. “Ya, kalau Albe terbukti bersalah dan menyalahgunakan izin yang sudah di berikan imigrasi hukumannya bisa denda dan deportasi. “Tapi semua usaha yang aku jalankan bukankah sudah di perbaharui? Dengan penggabungan semua usaha kita?” sela Albe, ia mengelus lengan sang istri yang mencengkeram erat tangannya. “Aku belum tahu, Ambu melaporkan karena apa. Besok pagi-pagi sekali kita harus bergerak, aku sudah menghubungi kawanku yang menjadi komisaris di imigrasi.” Viran mengeluarkan map. “Kita bahas di ruang kerjaku.” Albe memberi isyarat pada Viran untuk membawa map itu ke ruang kerjanya. Lalu memusatkan perhatian pada Naima yang masih belum melepaskan cengkeramannya pada lengan Albe. “Beristirahatlah, Baby. Jika masih lapar pesanlah apa maumu, pesan ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status