Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 171. Memang Seharusnya

Share

Chapt 171. Memang Seharusnya

Penulis: Rezquila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Hidup Naima serasa panggung sandiwara sekarang, wanita hamil itu merasa menjadi lakon utama dalam setiap drama yang terjadi akhir-akhir ini. Ia mengusap wajahnya, mencoba mencerna apa yang Reno katakan pada Albe tadi. 

    Tidak menunggu lama, setelah Naima menceritakan jika Reno yang menghubunginya, Albe langsung menyuruh orangnya untuk mencari di mana keberadaan pria yang masih menikmati masa sebagai pengantin baru tersebut. Dan dengan terpaksa bersedia datang ke rumah Albe. 

    “Jadi, kamu menyetujui yang Jaka perintahkan, karena mempunyai hutang untuk biaya pernikahanmu?” Albe memastikan kebenaran pernyataan Reno. Pria berkulit bersih itu mengangguk segan. “Dan kamu rela menggadaikan keselamatan orang lain, bahkan temanmu sendiri?” sambungnya dengan mimik tak percaya.

    “Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu, karena saya pikir Pak jaka akan langsung menolong Naima.” Reno

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 172. Cerita Mantan Sahabat

    Dalam dunia pertemanan, ada kalanya kita mempercayai melebihi saudara sendiri. Teman rasa saudara, atau sebaliknya saudara rasa teman. Bersama mengenyam pendidikan untuk mendapatkan ilmu demi bekal masa depan yang gemilang. Membangun mimpi dan mencoba mewujudkannya pun bersama. Tak lantas menjadikan seseorang mengenal watak dan pribadi yang sesungguhnya. Albe pun mengira sudah begitu mengenal Jaka, sikap, sifat watak juga keluarganya. Ternyata ia salah besar. Lelaki mempunyai muka seribu, hampir sepuluh tahun terakhir mereka bersama. Bahkan lelaki itu sempat tinggal di rumahnya, tapi hanya karena iri, mantan sahabatnya itu tega menusuknya berkali-kali dari belakang. Dan itu menyakitkan. Bukan masalah uang, walaupun itu juga membuatnya merugi. Namun kerusakan di sana-sini, tidak hanya merusak psikis, juga&nb

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 173. Obsesi di antara dendam

    “Kenapa kamu menghancurkan semuanya, heh!” Albe meninju rahang Jaka, kanan dan kiri. Jaka yang tak siap tersungkur ke lantai, ia mencoba menahan sakit di wajahnya dan sakit di kepala. “Gue juga pengen lo minggat dari sini, penguntit sialan!!” Jaka menendang Albe dan berhasil mengenai rahang pria kekar itu. Jaka tak ingin kalah lagi, ia melayangkan pukulan pada ulu hati Albe dan dapat di tangkis, pria sunda itu melayangkan pukulan bertubi-tubi. Albe berusaha menangkis semua serangan Jaka, hingga lelaki itu kelelahan. Albe menyeringai, kemampuan mantan sahabatnya dalan bela diri sangat payah. Albe menendang perut Jaka dan memukul lagi rahang pria itu. Pintu terbuka, menampilkan sosok dengan perawakan jangkung berwajah arab. “Ck, gak puas apa? Kemarin lo udah hampir bikin dia mati. Udahlah Al, gak usah lagi kotori tangan lo itu.” Decakan Viran dan omelan pria itu membuat Albe memutar matanya, menuju wastafel dan memcuci tangannya yang kena cipratan darah. “Urus dia, aku mau melakukan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 174. Seorang Anak

    Naima memandang Viran heran, menengok ke belakang dan tak mendapati sang suami bersama lelaki itu. “Kok sendirian, Bang. Albe mana?” Naima mengikuti Viran yang menuju meja bar, lelaki itu mengambil minuman soda di dalam kulkas dan duduk di kursi tinggi. “Percaya yang mau dikekepin ndiri, masih kangen?” goda Viran mengerling. “Gak gitu juga, katanya tadi cuma dua jam paling lama sama perjalanan empat jam kalo macet, tapi kayaknya gak macet,” ucap wanita dengan daster selutut itu menyandarkan sisi tubuhnya pada meja setinggi perutnya itu. “Duh, yang mulai posesif, cie … cie … dulu kemana aja buk? Udah mengakui ya, eksistensi laki lo, di jagat per-casanova-an,” ledek Viran membuat wanita berambut ikal itu mencebik dan bersemu pada kedua pipi putihnya. “Apaan sih, Bang. Kan Nai cuma nanya, kenapa juga sampai sana sih, bahasannya,” cibir Naima, berjalan ke arah kulkas dan mengambil sekotak es cream. “Gendut ntar lo, dek! Es krim muluk sekarang.” Viran memperhatikan Naima dengan pandan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 175. Meledak

    Naima menyukai dunia animasi juga sering menonton tanyangan Disney. Dunia imaji yang kebanyakan menceritakan dongeng para putri cantik jelita dengan kehidupan percintaan mereka yang selalu berakhir bahagia dan minim drama seperti televisi swasta nusantara. Namun ia tak pernah membayangkan akan menjadi Cinderella masa kini yang diboyong pangeran dengan mobil Jerman keluaran terbaru, dengan kediaman berteknologi mutakhir walaupun bukan istana besar seperti yang Pangeran William persiapkan untuk Putri Kate Middleton. Namun menjajikan kenyamanan juga kemewahan. Lihatlah, tangannya jarang menyentuh penggorengan, menggosok kloset pun tidak pernah. Tapi drama hidupnya seakan mengantri seperti para ARMY BTS sejati demi suguhan spektakuler idolanya. Ia saat ini sedang bertingkah layaknya perawan patah hati yang mengetahui kekasihnya menyembunyikan foto mantan kekasih di galeri pribadi. Entah mengapa, Naima merasa ketakutan, cemburu juga merasa di bohongi. Albe

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 176. Melepaskan Hormon

    Albe merangkum wajah Naima dengan sayang, ia melihat kilat emosi di iris coklat gelap istrinya. Ia bahkan tak pernah menemukan itu dulu, hanya sebuah kehampaan jika saat ia melakukan kesalahan dan Naima mengetahuinya. “Maafkan aku, sweetheart. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu. Aku selalu berpikir yang lalu biarlah berlalu, dan selama ini tak pernah menjadi masalah. Aku menyesal, semua ini terjadi saat aku mulai meyakini kau cinta sejatiku.” Albe menatap netra Naima dengan lekat, mencoba menunjukkan apa yang hatinya katakan untuk wanita berparas ayu yang masih memandangnya dengan kilat amarah. “Kamu akan ninggalin kita? Kamu akan buang kita 'kan, Yang?” tanya Naima dengan sendu. Membuat Albe membungkan bibir merah itu dengan lumatan kasar yang menggebu. Mungkin mencumbu wanita yang sensitif di hadapannya bisa mengurangi emosi yang berkecamuk di benak sang istri. Membantu melepaskan hormon endorfin dan dopamin dari dalam tubuh wanita molek itu sepertinya yang di butuhka

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 176. Percaya Padamu

    Naima pikir meluapkan amarah bisa meredamkan segala sesak dan kemelut yang menyelubungi jiwa. Namun, kelemahannya yang tidak bisa menolak setiap permintaan Albe bahkan membuatnya terus meratapi nelangsa. Dia hanya ingin memperjelas semua, menginginkan segalanya terang benderang. Jika pun Albe mempunyai anak lain, Naima akan mencoba menerima. Kesakitan pasti akan menghinggapi hatinya, tapi tidak akan sebanding dengan sakit hati seorang anak yang tak diakui bahkan di tinggalkan orangtuanya. Dilema yang dia rasa sempat membuat wanita hamil itu merana. Rasa takut ditinggalkan dan diabaikan, sudah seperti anak kecil yang manja. Naima tersadar, dia tak boleh kekanakan. Anak itu sudah menjadi anak tirinya, karena sekarang dia adalah istri Albe. “Al!” Naima keluar kamar, dia barusaja selesai mandi. Setelah kegiatan sore tadi, Dia tertidur dan terbangun sudah malam. Naima merutuki tubuhnya dan juga hatinya yang tak bisa menolak Albe. Mengitari meja makan berisi 8 kursi, lalu menyeberangi ar

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 177. Seperti Narkoba

    “Ya, Al. Aku tidak percaya pada mantanmu itu. Dulu ia sempat membuatku cemburu di awal pernikahan kita. Tunggu ….” Naima menjeda, mengingat kembali masalah setelah Albe kembali ke Amerika. Dia menatap Albe lurus-lurus. “Kenapa kau tidak tahu, jika Chloe meminta kompensasi untuk anak itu pada Moma ataupun Dad? Apa benar kamu tak menemuinya saat itu, Yang?” sambungnya. Naima mengalungkan tangannya pada leher Albe. “Kau tahu kan, Baby? Trauma yang aku alami, karena aku merasa sudah membunuh bayi itu dan merasa sudah membantingnya. Karena Chloe mengatakan hal yang menyakitkan tentang keluargaku. Bahkan dia tidak merasa bersalah sudah berkhianat. Aku tidak berpikir untuk menemuinya, walaupun aku tahu dia sengaja melakukan itu untuk memancingku,” tutur Albe panjang lebar. Mengusap lengan Naima yang terbuka, tapi pandangannya menerawang. “Kamu tahu, Baby. Siapa yang mempunyai ide itu?” tanya Albe memusatkan irisnya pada iris sang istri yang masih menatapnya dengan cermat. Naima menggigit bi

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   chapt 178. Ancaman Deportasi

    Albe dan Naima menghentikan makan malam yang belum usai itu. Jam di dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Viran datang tak lama setelah mengabari perbuatan Ambu Marta. “Bang, maksudnya gimana?” tanya naima pada abang angkatnya itu. “Ya, kalau Albe terbukti bersalah dan menyalahgunakan izin yang sudah di berikan imigrasi hukumannya bisa denda dan deportasi. “Tapi semua usaha yang aku jalankan bukankah sudah di perbaharui? Dengan penggabungan semua usaha kita?” sela Albe, ia mengelus lengan sang istri yang mencengkeram erat tangannya. “Aku belum tahu, Ambu melaporkan karena apa. Besok pagi-pagi sekali kita harus bergerak, aku sudah menghubungi kawanku yang menjadi komisaris di imigrasi.” Viran mengeluarkan map. “Kita bahas di ruang kerjaku.” Albe memberi isyarat pada Viran untuk membawa map itu ke ruang kerjanya. Lalu memusatkan perhatian pada Naima yang masih belum melepaskan cengkeramannya pada lengan Albe. “Beristirahatlah, Baby. Jika masih lapar pesanlah apa maumu, pesan ke

Bab terbaru

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status