Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab PERTAMA UNTUK NAIMA: Bab 181 - Bab 190

208 Bab

Chapt 179. Kemungkinan Terburuk

Naima memandangi kartu keluarga yang sudah terdaftar di catatan sipil sejak hampir dua bulan yang lalu. Berarti setelah ia pergi dari rumah ini dan pulang ke Semarang. KTP-nya pun sudah berbeda, beralamat di apartemen suaminya itu. Dia pikir, Albe tak akan pernah serius dengan rencana yang tak pernah diungkapkan padanya. Naima masih ingat, saat Albe mengatakan untuk mengumumkan hubungan mereka hanya sebagai kekasih, bahkan di beberapa acara yang sempat mereka datangi pun Albe sering memperkenalkan dirinya hanya seorang kekasih saja. Ah itu masa lalunya, sekarang status yang ia sandang sudah naik level menjadi istri sesungguhnya. Naima senang, tentu saja. Makan malam romantasi yang direncanakan memang sekedar wacana, pesta ulang tahunnya juga hanya dalam impian semata. Tapi Naima bahagia, ia tak lagi ragu akan eksistensinya di hidup suami tercinta. Saat itu sudah hampir tengah malam, setelah bercengkerama dengan sahabatnya yang sekarang beristirahat di kamar tamu. Dan sang abang angk
Baca selengkapnya

Chapt 180. Insiden

Naima berada di sebuah ruang bersama seorang wanita dengan pakaian syar’i dan penampilan yang wow. Dengan mekap paripurna untuk umur paruh baya yang membuat wanita hamil itu hanya menyunggingkan senyum sungkannya. Bukan karena menjadi rendah hati, bukan. Tapi hanya menyayangkan, semua yang dikenakan wanita itu berasal dari yang tidak halal. Memaksakan kehendak dengan mengorbankan orang lain, Naima menggeleng pelan. “Nih, Nai!” Tiara meletakkan cup minuman asli dari kota di mana saat ini Naima berada -Es Goyobot- Ya, mereka ada di Bandung. Sebetulnya Albe melarangnya untuk ikut, tapi dengan pertimbangan bahwa ia dibutuhkan sebagai saksi juga bukti. Bahwa Alberico sang suami adalah memang benar sudah mempunyai keluarga, bukan dengan status kontrak ataupun rekayasa lainnya. “Makasih, Ra,” ucap Naima dengan senyum. Mereka berada di kantor imigrasi, demi memenuhi panggilan atas laporan Ambu Marta, ibu kandung Jaka. “Ehemm ….“ Deheman yang keras dari Ambu Marta membuat Naima dan Tiara
Baca selengkapnya

Chapt 181. Malaikat Kecil

“Bagimana keadaan istri saya dan calon anak saya, Dok?” tanya Albe dengan gugup. Tubuhnya gemetar, dia tak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu yang buruk. Karena itu berarti, dia sudah mencelakakan mereka. “Tenang, Pak. Isteri Bapak dan calon anak Anda baik-baik saja. Benturannya memang cukup keras membuat anak anda terkejut lalu terjadilah kontraksi palsu. Ibu bisa beristriahat dan sebisa mungkin jauhkan dari stress.” Dokter lelaki yang menangani Naima setelah mereka tiba di rumah sakit menenangkan Albe yang terlihat panik dan kacau. Naima memang tidak pingsan, karena sedikit benturan dari tubuh besar Albe dan terkejut juga kelelahan yang menjadi pemicu terjadinya pendarahan ringan itu. “Sudah, Al. Naima juga lagi tidur, lagi istirahat ‘kan. Temenin gih, gue cari makan dulu.” Tiara menepuk lengan keras Albe. ‘Gila pantes sampe di bilang benturan, badan keras kek tembok’ Batin Tiara, ia menggeleng. Albe masih berbincang dengan dokter saat itu. Mereka berada di rumah sakit
Baca selengkapnya

Chapt 182. Perintah

Alberico tahu banyak pahlawan wanita di dunia, juga banyak pula tokoh hero dengan gender seperti Naima isterinya, mulai dari yang nyata maupun hasil imajinasi pengagasnya. Sebut saja, Wonder Woman, Mrs. Incredible, Cat Woman, Xena dan masih banyak lagi. Mereka mempunyai kekuatan super dan kelebihan masing-masing. Dan ia semakin tahu juga menyadari jika seorang wanita di dunia ini lebih kuat dari mereka si superhero dunia khayalan tadi, saat tertekan dan dalam emosi yang membumbung tinggi. Berdecak mengingat bagaimana Ambu Marta mendorongnya yang bertubuh besar. Dia tahu pertahannya tak akan goyah hanya dengan dorongan biasa, dengan latihan yang dia jalani hampir setiap hari. Ia bisa menahan beban berpuluh-puluh pound. Tapi apa karena kekuatan seorang ibu atau dia yang sedang tak fokus, hingga tenaga wanita paruh baya itu, seperti Hulk setelah minum obat kuat. Albe mengecupi punggung tangan Naima, wanita itu sudah bangun. Dan sedang tersenyum manis padanya. Albe yang sudah ribuan k
Baca selengkapnya

Chapt 183. Rencan untuk Tiara

Naima menatap lekat iris hijau suaminya, tangannya terulur merangkum rahang kokoh dengan bakal jambang yang menjadikan pria itu lebih sexy dan tampan dimatanya. Jika dalam bahasa jawa ia yang seorang istri di sebut -garwo- atau sigaring nyowo yang artinya belahan jiwa. Bahkan istri adalah tulang rusuk suami yang terpisah, bukan? Lantas, Naima bisa apa, selain menuruti kemauan juga perintah sang penjaga hati. Bukankah memang seharusnya ia selalu berada di manapun sang suami berada. Menjadi penawar untuk setiap duka, menjadi mengusap peluh setelah lelah bekerja, hanya terus berada di samping sang suami sebagai bukti pengabdian diri. Naima mungkin sempat bersikeras, dan ketakutan jika adik iparnya tak terkendali. Atau ia hanya ketakutan saat mengetahui fakta yang nanti akan ia dapatkan di sana, tentang masa lalu Albe? Ia hanya harus memantapkan hati, bahwa ia bukan pengecut. Naima tersenyum simpul, tapi sampai ke ujung mata. “Okay.” Itu saja, singkat. Namun membuat Albe merekahkan se
Baca selengkapnya

Chapt 184. Jangan Ragukan

Semua makhluk di bumi dan angkasa adalah cinptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang artinya, mereka mempunyai pasangan masing-masing. Seperti siang yang yang bertemankan matahari, malampun berpasangkan sang rembulan. Mereka bergandengan erat tak terpisahkan. Seperti itu harusnya pasangan manusia, jikapun saling mencinta mengapa harus memaksakan perpisahan. Naima menggenggam tangan Tiara, menelisik iris gelap gadis itu. Yang setelah makan dan membereskan semua memilih duduk di sampingnya dan menggenggam erat tangan yang bebas jarum infus. Pandangan Tiara terlihat kosong. “Kamu masih cinta ya, Ra. Sama Bobby?” tanya Naima. Pertanyaan itu membuat Tiara memalingkan muka pada Naima, bahunya terangkat sedikit lalu turun dengan lemas. “Dia sakit apa? Katamu tadi dia sedang terapi?” imbuh Naima. Tiara menarik napas dalam, lalu
Baca selengkapnya

Chapt 185. Takut Kehilangan

Naima melihat kepergian Tiara dengan senyum tersemat. Tuhan itu maha baik, Dia mengirimkan orang yang tepat untuk menjadi teman. Tak peduli bagaimana latar belakangnya, Naima yakin ada hikmah dan berkah dari setiap pertemuan dengan seseorang. “Dek, Abang pulang ke hotel, Ya? Tiara tadi ke mana?” Viran bangkit. Setelah membahas langkah untuk perusahaan juga untuk perjalan Albe dan Naima. Sementara untuk Jaka, Bagas yang akan membantu Viran. “Hati-hati, Bang. Tiara mungkin beli kopi, ajak aja sekalian. Biar dia istirahat,” ucap Naima dengan senyum. Melambaikan tangan saat abang angkatnya membuka pintu dan berlalu. “Ingin sesuatu, Baby.” Albe menghampiri sang istri yang menyunggingkan senyum termanisnya. “Ingin banget keluar dari sini, Hun. Ke hotel aja yuk, di sini gak enak.” Naima mengedarkan pandangan. Ia menjadi bosan dengan rumah sakit, belum ada satu bulan dan dia sudah 2 kali harus menginap di gedung tempat orang-orang menyembuhkan diri. Albe terkekeh, duduk di samping ranj
Baca selengkapnya

Chapt 186. Peralihan

  Pada esok sorenya, Naima sudah diperbolehkan pulang dengan catatan untuk istirahat total. Tapi mereka harus menginap di hotel, karena Albe harus mengadakan pertemuan dengan beberapa pegawainya. Demi mengamankan Cafe, Albe memang mengubah nama kepemilikan sebagian sahamnya. Tentu saja melalui jasa kenotariatan dan prosedur yang berlaku. Naima hanya ikut tanda tangan dokumen yang membuatnya mengeluh, Viran meyakinkan itu bukan apa-apa, hanya dokumen karena statusnya sudah berkeluarga jugga upgrade status kependudukan.  Naima yang sedang tidak ingin ambil pusing untuk semuanya, hanya menyanggupi tanpa protes.  “Kalau lo tiba-tiba masuk penjara jangan kaget ya, Nai,” sindir Viran. Karena keengganan Naima membaca dokumen bertumpuk-tumpuk yang selesai dia tanda tangani. Sedang Dinda, manajer ya
Baca selengkapnya

Chapt 187. Sebagai Bentuk Dukungan

Naima masih mencerna apa yang Alberico katakan, kelopak matanya mengerjap beberapa kali. Tangannya terulur mencubit pipi sang suami. "Kamu ngomong apa sih, Yang?" tanya Naima masih tak paham. Albe mendesah, jemarinya yang berada di pinggang Naima menggelitik wanita itu dengan gemas. Membuat wanita hamil itu tergelak dan menahan tangannya. "Aku serius, Baby." Albe menghentikan aksinya, meletakkan tangan besarnya pada pipi Naima yang bersemu merah. Naima bangkit, duduk bersandar pada kepala ranjang. Albe pun melakukan hal yang sama. "Baby, kamu mengerti maksudku 'kan? Dulu, penjaminku adalah kepuarga Jaka. Tapi mereka mengkhianatiku. Sekarang, tidak ada lagi yang kupercaya selain kamu sebagai istriku. Maka …," Albe menaikkan Naima ke pangkuannya. Melingkarkan tangan pada pinggang sang istri. "Karena sekarang aku mempunyai waliku sendiri, keluargaku yang lebih berhak atas semua jerih payahku selama ini. Maka, aku mengalihkan semua untukmu, Sweetheart." Albe menga
Baca selengkapnya

Chapt 188. Akibat Hedonis

Keesokan harinya, Albe dan Naima masih harus menuju kantor imigrasi untuk validasi data. Tanda tangan Naima sebagai pihak penjamin untuk Albe saat ini dibutuhkan, KITAS Albe harus ditangguhkan sementara karena paspor yang hampir kadaluarsa. Tidak membutuhkan waktu lama memang, tapi cukup membuat Naima cemberut karena kelelahan menunggu. Bukan apa-apa, petugas kantor itu sepertinya lambat dan memang sengaja menunda-nunda. “Mau gue santet apa ini orang-orang,” gerutu Viran. “Kita sudah bayar mahal ini, tetap di permainkan. Dasar dajjal semua mereka,” lanjut Viran masih dengan emosi. Albe menepuk bahu lelaki itu sebagai dukungan agar lelaki itu bersabar. “Apa perlu aku belikan kopi? Atau sesuatu?” tanya Naima. Albe menarik tangan lembut istrinya, memberikan tekanan lembut pada telapak tangan Naima. “Tidak perlu, sebentar lagi. Besabarlah. Aku sudah memberi kabar orang yang berwenang, dengan sedikit ancaman. Mereka pasti tidak akan menunda lagi,” ucap Albe menenangkan Viran. Albe m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status