Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of PERTAMA UNTUK NAIMA: Chapter 151 - Chapter 160

208 Chapters

Chapt 150. Janji yang belum di tepati

Albe kelimpungan menghadapi istrinya yang terus berlari ke kamar mandi saat lelaki itu mendekati. Ia sudah mandi lagi dan bahkan mengganti sprei juga bed cover di kamar Naima. Lelaki yang saat ini masih dalam raut kepanikan itu sedang gamang. Ia membawa nampan, berada di depan pintu kamar wanita yang sedang mengandung anaknya. Belum ada asupan lagi setelah beberapa kali muntah dan menolak untuk sekedar memakan kue ataupun meminum susu lagi. Ia sudah menghubungi Feriska dokter psikolog yang juga mantan teman kencannya. Entahlah, keputusan yang ia ambil benar atau tidak. Yang pasti, ia tak ingin banyak orang mengetahui kelemahannya. Jika dulu Nindy bisa tahu karena pernah memergoki dirinya mengunjungi Feriska di rumah sakit. Kali ini, ia akan memastikan hanya dia, Feriska, dan Tiara yang tahu trauma yang dialami Naima. Untuk Viran, ia akan memikirkan nanti, lelaki itu hanya tau Naima muntah setelah mereka bercinta. Albe menghembuskan napas kasar, membayangkan ia tak akan bisa dekat deng
Read more

Chapt 151. Sebuah Aib

Albe tak membalas pelukan wanita yang menjadi terapisnya dulu. Suami Feriska berjalan dengan beberapa paper bag di tangan dan tersenyum ke arah Albe. Lelaki tinggi jangkung itu tersenyum dan menyalami Albe dengan sopan. “Silakan masuk. Maaf, aku merepotkan kalian.” Albe membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk dan duduk. Pria bule itu mengambil tas dan menaruh di ruang keluarga. Hal itu menjadi perhatian Feriska. Sebagai Dokter Kejiwaan, instingnya mengatakan hubungan Albe dan Naima tidak baik-baik saja. “Bagaimana kabarmu, Al? Dan Naima? Kandungannya?” Pertanyaan Feriska yang beruntun dan pengetahuan Dokter yang seumuran dengannya membuat Albe memicingkan mata. Ia belum mengatakan jika Naima mengandung, hanya menceritakan jika istrinya muntah setelah mencium berhalusinasi mencium bau air mani. “Bagimana kamu tahu istriku hamil? Apakah tadi aku mengatakan secara tidak sadar atau kamu sekarang berubah menjadi cenayang?” Tanya Albe curiga, suami Feriska hanya tersenyum. Feris
Read more

Chapt 152. Melawan Trauma

Kedatangan Dokter Feriska bukan menyelesaikan kegalauan Naima, malah membuatnya semakin tak berdaya. Ia membutuhkan Albe, hatinya menjadi gelisah. Tatapan Feriska memang bersahabat, tapi ini tentang aib sang suami. Ia bukan manusia kejam yang akan membeberkan keburukan pria yang menjadi suaminya walau hanya siri. Kegelisahan Naima tentu bisa Feriska rasakan, ia melirik pergelangan tangan pada jam bermerk yang ia kenakan. “Besok sore aku ke sini lagi ya? Kita ngobrol yang banyak. Sekarang udah malam, kamu istirahat ya, Nai.” Dokter Feriska menarik punggung Naima dan memeluk sekilas lalu keluar dari kamar. Naima tercenung, merebahkan badan lalu menutup mata dengan lengannya. Mengingat semua perjalanan hidup yang sudah ia lalui. Dulu ia sempat menutup diri setelah kehilangan orang tua. Tidak ada dukungan juga pelukan hangat dari keluarga, membuatnya menebalkan dinding hati. Berlari pergi, untuk mengenyahkan sisi melankolis hati. Nyatanya ini terjadi lagi. Harus berjauhan dengan ora
Read more

Chapt 153. Dilema dua hati

Albe terperanjat, lelaki itu bangun dari ranjang dan turun. Menatap tak percaya keputusan istrinya. Ia tak bisa, ia tak mau berjauhan dengan Naima. Itu sama saja menyiksanya. Bukan ini yang dia mau, bukan cara seperti ini. Pria itu merasa tak sanggup sedetikpun tanpa bisa melihat istrinya. Membayangkan Naima dan semua kesulitan yang akan dialami sang pujaan tanpanya. Tanpa seorang lelaki yang berada di sisi wanita itu. Kepala Albe mendadak nyeri. “Aku tak mau, tidak akan, Baby! Aku tak akan sanggup jauh darimu, cukup kemarin kau tidak di sisiku. Sudah cukup!” ucap Albe tegas, dadanya naik turun menahan emosi. Lelaki itu berjalan mondar-mandir di dalam kamar yang ukurannya lebih kecil dari kamar mereka di apartemen. “Tapi jika terus seperti ini, kita akan tersakiti, Hunny!” sanggah Naima. Ia tatap sendu suaminya yang sedang melagu pilu, namun emosinya terlihat menderu. Albe menatap istrinya nyalang. “Tidak Nai. Tidak!” Albe berkacak pinggang menggelengkan kepala, tak terbantahka
Read more

Chapt 154. MENGHEMPAS EGO

Naima sudah tertidur saat Tiara dan Viran datang, Albe sedang duduk di bangku kecil taman mini samping dapur. Lelaki kekar itu seperti sedang berpikir, akan bertahan pada egonya atau menjauh untuk sementara. Ia bisa saja dengan idealismenya juga tetap mentahtakan ego untuk terus di samping istri tercinta. Namun cinta dalam hati melarangnya, kasih sayang dalam jiwanya terluka. Melihat penderitaan yang Naima tanggung saat ia berada di dekat wanita yang sedang mengandung itu. Cinta bisa serumit ini, seperti benang warna warni yang terbentang indah, kini bergulung kusut enggan terurai. Albe hanya ingin memintal rasa juga asa menjadi keluarga bahagia, seperti cita-cita yang sudah mereka rencana. Namun semesta memang senang menguji mereka, melambungkan lalu menghempas lepas hingga menghadirkan jutaan luka pada jiwa "Al!” Viran menepuk pundak kokoh Albe, berjalan memutar lalu duduk pada ornamen batu di pinggir kolam kecil, muara air terjun mini yang menghiasi dinding batu buatan. “Besok
Read more

Chapt 155. Sebagai Perwakilan

Menjadi pesakitan itu sungguh tak menyenangkan, semua menjadi kerepotan karena morning sickness yang mungkin datang terlambat pada awal trimester kedua. Viran yang melihat bagaimana Naima memuntahkan isi perutnya beberapa kali dalam hitungan jam merasa kasihan. Mereka sempat membawa Naima ke rumah sakit bersalin yang terkenal di kota seribu bunga tersebut. Feriska datang pada sore hari, Albe menunda kepulangan ke jakarta. Takut terjadi sesuatu pada istri tercintanya. “Bukannya trauma Naima karena dirimu?” tanya Feriska, iris berlapis softlens itu memicing ke arah pria berkaos putih itu. “Memang. Tapi aku tak akan meninggalkan istriku dalam keadaan seperti ini!” jawab Albe keras kepala. Semua yang ada di ruang tamu itu hanya memutar mata malas, Tiara bahkan berdecak dengan keras. Membuat Albe melirik gadis itu. “Ngalah aja sih Bro, kasian ‘kan? Adek gue kalo lo keras kepala gini." Permintaan Viran tetap tak mengubah keputusan. Ia tak ingin meninggalkan wanita tercintanya hanya
Read more

Chapt 156. Semakin Mengakar

Semua mata menatap ke arah Dokter Feriska, suami dokter cantik itu maju meraih tangan sang istri dan mengajak untuk duduk. Suami Feriska mengangsurkan cangkir teh, untuk wanita itu minum. "Ada apa denganmu?" tanya Albe, tak ada amarah dari raut lelaki itu. Tak menunggu jawaban Feriska, Albe menuju kamar Naima. Istrinya tidur dengan nyenyak. Menghembuskan napas pelan, Albe mendekati ranjang sang istri. Duduk di sebelah wanita berparas ayu itu. Mengelus pipi halus yang sekarang sedikit chubby. Albe memajukan wajahnya, mengecup bibir istrinya yang sedikit pucat. Ia tahu alasan Feriska menamparnya, wanita itu pernah melakukkan hal yang sama dulu. Mungkin itu bentuk solidaritas sesama perempuan, Naima sudah mengatakan tak sanggup bahkan hanya memakinya. Semua mata menatap lelaki kekar yang baru saja keluar dari kamar sang istri. Sebelah pipinya memerah akibat tamparan dokter yang sekarang sedang bersandar pada pundak Tommy, suaminya. "Berapa lama waktu
Read more

Chapt 157. Melewati Bersama

Naima menatap air terjun buatan di taman kecilnya. Air mata juga masih mengalir seperti berlomba dengan air terjun yang berada di hadapan wanita itu. Rasa sesak, saat di tinggalkan sang suami ternyata lebih menyakitkan daripada melihat video yang ia masih ragu itu asli atau hasil editan. Walaupun itu memang demi kebaikannya. Tetap saja rasa nelangsa seperti menggerogoti jiwa. Sudah hampir tengah malam, tapi ia masih setia duduk di bangku itu dari beberapa jam yang lalu. Meratapi nasib buruk dan takdir yang sudah digariskan. Ia mendamba bahagia tanpa drama dalam kehidupannya. Namun Tuhan terlalu menyayanginya, hingga menitipkan duka dan nestapa yang membuat ia tak berdaya. “Nai, lo gak mau tidur?” suara lirih gadis dengan muka bantal yang berdiri di sampingnya menyadarkan perempuan hamil itu dari lamunan. Ia menggeser duduk lebih ke tepi, memberi ruang untuk Tiara duduk. Berharap gadis itu mau menemani. “Bentar lagi, Ra. Aku nunggu telepon dari Albe, dia bilang mau nelpon kalo udah
Read more

Chapt 158. Sisi Lain

Seminggu sudah berlalu, tapi suami tercinta belum juga menampakkan batang hidungnya. Sedih. Pasti, walau beberapa hari di awal komunikasi lancar, tapi beberapa hari ini, lelaki itu absen memberi kabar. Bahkan pesannya pun tak di balas. Naima berusaha sabar, yang pasti terapi dengan Feriska lumayan membuahkan hasil. Tidak hanya bercerita saja, mengingat kenangan-kenangan bersama Albe, membuka setiap foto dan video bahkan ia diajarkan mengendarai mobil sultan milik suaminya yang sengaja di tinggal di rumahnya. Sekarang ia jarang merasakan mual bahkan muntah, saat mengingat video Albe dengan Laura. Yah. Video sang suami yang sedang dipuaskan dengan mulut oleh perempuan itu. Pada awalnya memang selalu terlihat jelas bagaimana cairan itu keluar dan mengotori muka wanita penggoda itu, bahkan baunya bisa tercium sangat menyengat di hidungnya. Wanita hamil itu sedang menyiram bunga di halaman depan, saat sebuah mobil Alphard berhenti di halaman luar pagar. Tiara yang baru datang dari memb
Read more

Chapt 159. Awal untuk Akhir

Ketika sebelum ini Albe merasakan tubuhnya lelah, maka sekarang tiap sendinya seakan meneriakan nyeri dan pegal di sana sini. Ia tak mau mengeluh, tetapi entah kenapa tubuhnya benar-benar terasa payah. Ia sudah menghitung, terbilang dari kamis malam kemarin hingga senin malam ini, ia hanya bisa mengistirahatkan matanya barang sejenak. Bahkan ia melupakan untuk menghubungi sang istri. Kerinduan pun menelusup setiap inci nadi. Oh, Naima. Hanya menyebut nama saja. Semangatnya kembali meninggi, berharap setiap permasalahan yang dihadapi segera teratasi. Ia membenci setiap penghianatan. Walau ia sendiri sempat berkhianat, tapi itu ternyata hanya sebuah rekayasa. Konspirasi untuk membuatnya tersungkur, tapi nasibnya memang sedang mujur. Jika kata seorang pegawai di proyek resort yang siap launching itu, ia sedang tersungkur untuk dijunjung. Beberapa malam bekerja ditemani oleh pria tua penjaga bungalow, bangunan yang ia siapkan untuk keluarga kecilnya saat berkunjung ke tempat itu nanti.
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status