Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 165. Demi Sang Ratu

Share

Chapt 165. Demi Sang Ratu

Penulis: Rezquila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Surga katanya adalah tempat terindah para bidadari, sejuk juga penuh kenyamanan dan kedamaian. Dan neraka adalah tempat bara untuk menghanguskan setan dan iblis yang meraja lela. Lalu di manakah ia? Naima masih merasakan panas pada tubuhnya. Ia membuka mata, selimut tebal yang membungkus tubuh telanjangnya membuat ia kepanasan. Itu asumsinya.

Maka, ia putuskan untuk menyibak selimut itu mengabaikan tubuhnya yang polos. Menurunkan suhu pendingin, ia ingat sudah beberapa kali meminta Albe memberinya kepuasan. Sang suamipun menuruti keinginannya dengan suka cita. Ia pikir setelah lelah dan terpuaskan, itu akan cukup.

Faktanya bagian sensitif tubuhnya masih berkedut tak nyaman. Ia merasa seperti jalang yang haus belaian. Tak dapat membayangkan jika Albe datang terlambat, matanya memanas. Mengelus perutnya yang menegang, turun dari ranjang besar itu. Ia menuju kamar mandi.

Melihat tampilan tubuhnya, banyak tanda cinta yang suaminya sematkan. Padahal Albe jarang melakukan itu. Seberapa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 166. Meleleh

    Impian Naima adalah mempunyai keluarga yang utuh, yang terdiri imam dan dia sebagai makmumnya. Juga kelak, anak-anak sebagai pelengkap juga penyemangat. Memang bukan impiannya menjadi ibu dalam usia muda, tapi ia anggap itu adalah berkah yang Tuhan berikan sebagai pengganti keluarganya yang telah tiada. Jadi saat berkah yang menjadi impian selanjutnya untuk meraih bahagia menunjukkan eksistensi, dan meminta perhatian dari orang yang berperan dalam kehadirannya yaitu sang suami. Naima hanya bisa memohon dan meminta untuk menyelamatkan calon buah hati mereka. Mereka berada di ruang poli kandungan rumah sakit swasta yang konon katanya terbaik. Albe harus menggunakan uangnya untuk meminta dokter kandungan yang seharusnya sudah tidur nyenyak di ranjang empuknya untuk segera datang. Jangan lupakan ancaman pada petugas yang tidak bersedia memberikan kontak pribadi sang dokter. Dokter perempuan dengan kerudung merah marun yang sedang memeriksa kondisi bayi mereka. Hanya beberapa kali menghe

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 167. Menginterogasi

    Malam memang kelam, ia laksana jelaga yang membutakan warna. Namun malam juga mempunyai makna, dengan hadirnya kerlip bintang dan juga rembulan sebagai penerang gulita. Malam mungkin mencekam, tapi kerlip bintang menghadirkan sinar cemerlang menumbuhkan harapan. Ia kecil tapi tetap dinantikan dan dirindukan. Naima mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit lucu, trauma yang sempat ia derita, walau sempat akan datang. Ia bisa menghalau, meyakini bahwa sang suami akan membuatnya bahagia. Tak akan pernah meninggalkan ia dan calon buah hati mereka. Penghiatannya memang tak termaafkan, tapi ia yakin ada alasan di balik itu semua. Hanya ingin berfokus, pada bintangnya calon buah hati, pelitanya dalam setiap kegelapan dan kemuraman dunia. Ia hanya perlu bertanya. Yah, ia akan menanyakan nanti, semua keresahan dan kesalahpahaman yang terjadi harus dituntaskan. Setelah bertemu dengan Jaka. Mereka sedang menuju sebuah rumah, yang di gunakan Bagas untuk mengamankan lelaki itu. Albe meman

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 168. Istri Sah

    “Kau tau Al, aku selalu iri dengan apa yang kamu miliki! Keluarga yang kaya dan harmonis, juga saling menyayangi. Adik yang cantik, energik dan baik hati, dan kau tau satu hal Al? Oh, itu nanti saja. Aku tak ingin merusak pembicaraan kita yang mengasikkan ini. Iya kan, Nai? Kamu tentu ingin tahu bagaimana kebrengsekan kami semasa muda dulu.” Pandangan Jaka mengejek Naima, seolah wanita itu sudah dijadikan alat untuk Albe. “Jangan bertele-tele Jak. Ceritakan saja apa yang ingin kau ungkapkan, Naima perlu tahu. Karena dia adalah keluargaku di sini, setelah orang yang aku anggap keluarga ternyata menusukku dari belakang.” Sarkas Alberico dengan nada dingin. “Jadi, sekarang bukan elo gue lagi kan ya? Jadi aku kamu, kan udah gak di anggep keluarga lagi? Duh, imutnya panggilan itu!” ejek Jaka dengan tawa sumbang. Naima hanya bisa memeluk lengan suaminya, tak ingin menimpali. Hanya ingin mengamati. Ia memang tersakiti, tapi ia cukup mengerti, sebuah arti masa lalu dan ia tak akan menghak

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 169. Obsesi Gila

    Naima terpanah, ia semakin jatuh. Menatap lurus-lurus iris hijau cemerlang suaminya. Tak ada kebohongan, lingkarang bening itu berpendar dan berkilat dengan bias cinta. Memancarkan kesungguhan, pernyataan tentang impiannya mempunyai sebuah keluarga utuh. Rohnya seperti melayang, ia serasa tak berpijak. Kata-kata Albe membuainya, apakah memang benar? Pria tampan ini sudah melakukan isbat nikah? Benarkah ia sudah menjadi istri sah? Apakah label istri siri sudah tidak ia sandang lagi? Ini bukan mimpi? Albe mengusap sayang pipi istrinya yang terlihat terkejut. Ya, seharusnya itu akan menjadi kejutan. Tidak dalam suasana seperti ini, ia sudah merancang sebuah pesta penobatan, pesta kejutan. Tapi kemalangan memporak-porandakan impian lelaki itu, untuk menjadikan Naima ratu dalam sehari. Upacara yang disebut orang resepsi. Mungkin ini salahnya, kelambatannya dalam menentukan sikap. Tepukan tangan nyaring membuyarkan suasana melankolis yang tercipta karena pernyataannya. “Wow!!” seru Ja

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 170. Ranjang Dingin

    Jika semboyan sahabat mencarimu saat yang lain mencacimu, dan mereka mencarimu saat yang lain memukulmu itu benar. Lantas bagaimana dengan yang dilakukan Jaka? Apakah berganti dengan ‘Sahabat brengsek adalah ia yang memukulmu saat kau mengulurkan tangan dan mendekap dalam pelukan kenyamanan’?” Ah, memuakkan memang persahabatnnya dengan lelaki bajingan yang bernama Jaka Wiguna. Ia ternyata tak mengenal baik pria itu. Hampir seabad ia menganl lelaki berkharisma yang ternyata pandai menyimpan rahasia. Tentu saja rahasia busuk. Albe berharap Viran tidak melakukan hal yang sama seperti apa yang sudah Jaka lakukan. Ia terus berdecak hingga sampai di hotel. Segera memanggil Viran yang baru saja pulang dari rumah sakit, mengambil hasil laboratorium Naima. Seharusnya ia bisa mengetahui lebih banyak lagi, t

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 171. Memang Seharusnya

    Hidup Naima serasa panggung sandiwara sekarang, wanita hamil itu merasa menjadi lakon utama dalam setiap drama yang terjadi akhir-akhir ini. Ia mengusap wajahnya, mencoba mencerna apa yang Reno katakan pada Albe tadi. Tidak menunggu lama, setelah Naima menceritakan jika Reno yang menghubunginya, Albe langsung menyuruh orangnya untuk mencari di mana keberadaan pria yang masih menikmati masa sebagai pengantin baru tersebut. Dan dengan terpaksa bersedia datang ke rumah Albe. “Jadi, kamu menyetujui yang Jaka perintahkan, karena mempunyai hutang untuk biaya pernikahanmu?” Albe memastikan kebenaran pernyataan Reno. Pria berkulit bersih itu mengangguk segan. “Dan kamu rela menggadaikan keselamatan orang lain, bahkan temanmu sendiri?” sambungnya dengan mimik tak percaya. “Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu, karena saya pikir Pak jaka akan langsung menolong Naima.” Reno

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 172. Cerita Mantan Sahabat

    Dalam dunia pertemanan, ada kalanya kita mempercayai melebihi saudara sendiri. Teman rasa saudara, atau sebaliknya saudara rasa teman. Bersama mengenyam pendidikan untuk mendapatkan ilmu demi bekal masa depan yang gemilang. Membangun mimpi dan mencoba mewujudkannya pun bersama. Tak lantas menjadikan seseorang mengenal watak dan pribadi yang sesungguhnya. Albe pun mengira sudah begitu mengenal Jaka, sikap, sifat watak juga keluarganya. Ternyata ia salah besar. Lelaki mempunyai muka seribu, hampir sepuluh tahun terakhir mereka bersama. Bahkan lelaki itu sempat tinggal di rumahnya, tapi hanya karena iri, mantan sahabatnya itu tega menusuknya berkali-kali dari belakang. Dan itu menyakitkan. Bukan masalah uang, walaupun itu juga membuatnya merugi. Namun kerusakan di sana-sini, tidak hanya merusak psikis, juga&nb

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 173. Obsesi di antara dendam

    “Kenapa kamu menghancurkan semuanya, heh!” Albe meninju rahang Jaka, kanan dan kiri. Jaka yang tak siap tersungkur ke lantai, ia mencoba menahan sakit di wajahnya dan sakit di kepala. “Gue juga pengen lo minggat dari sini, penguntit sialan!!” Jaka menendang Albe dan berhasil mengenai rahang pria kekar itu. Jaka tak ingin kalah lagi, ia melayangkan pukulan pada ulu hati Albe dan dapat di tangkis, pria sunda itu melayangkan pukulan bertubi-tubi. Albe berusaha menangkis semua serangan Jaka, hingga lelaki itu kelelahan. Albe menyeringai, kemampuan mantan sahabatnya dalan bela diri sangat payah. Albe menendang perut Jaka dan memukul lagi rahang pria itu. Pintu terbuka, menampilkan sosok dengan perawakan jangkung berwajah arab. “Ck, gak puas apa? Kemarin lo udah hampir bikin dia mati. Udahlah Al, gak usah lagi kotori tangan lo itu.” Decakan Viran dan omelan pria itu membuat Albe memutar matanya, menuju wastafel dan memcuci tangannya yang kena cipratan darah. “Urus dia, aku mau melakukan

Bab terbaru

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status