"Auh … ah … " "Bentar lagi … sabar …" "Ah … " "Please, jangan keluarkan teriakan menjijikan seperti itu, Vir," decak Albe, mendengar jeritan lebay yang Viran keluarkan. "Lo, sih, gak ngerasain. Udah Dek, ntar ada singa ngamuk … jeritannya kalah merdu sama jeritan gue," cerocos Viran songong, membuat Naima mengoleskan obat merah dengan cepat dan memasangkan perban di kepala Viran. Sebelumnya, Naima harus menggunting helaian rambut Viran karena, lukanya berada di atas telinga. "Aku tidak pernah menjerit," jawab Albe santai, Viran yang mendengar terbahak. "Yakin, Lo? Tadi malam berapa ronde Nai?" Viran menggoda Naima yang sedang membereskan kotak P3K, mereka ada di dalam mobil Albe, menuju ke restoran. Karena waktu yang sedikit, mereka memutuskan mengobati luka Viran sendiri karena tidak terlalu parah juga. "Apaan deh, Bang. Kebiasaan kepo urusan orang, urusin tuh yang udah bikin Abang berdarah-darah," tukas Naima. Mer
Baca selengkapnya