Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of PERTAMA UNTUK NAIMA: Chapter 81 - Chapter 90

208 Chapters

Chapt 80. Apa yang kau sembunyikan Al?

   Dalam setiap hubungan, pasang surut itu wajar. Lautan tenang pun akan ada riak, hanya bagaimana supaya angin tidak mempermainkan menjadi gulungan ombak yang siap menghancurkan apa saja yang dilewatinya.     Kapal yang Naima naiki dengan Albe sebagai nahkodanya mungkin bisa dikatakan baru mulai berlayar, bahkan layarnya pun belum terkembang sempurna. Butuh usaha yang besar untuk mengembangkan layar dengan simpul kepercayaan yang kuat supaya angin dan badai tidak mampu menggoyahkan.     Naima tidak mengenal wanita cantik dengan gaun berpotongan rendah di belahan dadanya, hingga pinggiran bukit itu terlihat menyembul dan yang membuat Naima terbakar amarah adalah salah satu bukit menempel di leng
Read more

Chapt 81. Jiwa Yang Terbang

Memandangi piring juga makanan yang sudah terjatuh, dengan kondisi hancur berkeping-keping dan tak berbentuk lagi. Bisakah Naima mengumpamakan itu sebagian hatinya saat ini? Belum juga dapatkan obat merah untuk mengobati luka yang Albe goreskan tadi malam. Hari ini, luka itu kembali tertoreh. Berjalan pada padang rumput penuh bunga memang menyenangkan, wanginya mendamaikan jiwa. Semilir anginnya menenangkan pun melenakan, tapi Naima lupa ada semak berduri di sana. Saat hanya tertusuk satu duri lukanya tak begitu nyeri, tapi saat duri tidak hanya menancap namun menggores lalu tertiup semilir angin. Ternyata akan terasa perih. Goncangan dari arah sampingnya tidak serta merta menyadarkan Naima, jiwanya melayang entah kemana. Suara teriakan masih berdesing ramai di benaknya. Alberico. Nama yang memenuhi hati dan pikiran. Bos atau pemilik tempat ia bekerja. Suaminya. Apa yang akan orang pikir jika mereka tahu kebenaran mereka berdua? Goncangan di bahu Naima seperti ayunan waktu, jik
Read more

Chapt 82. Butuh Penjelasan 

Ada persekutuan yang lebih tenang bahkan dari kesendirian, tapi jika persekutuan itu datang dari dua orang yang sedang menyelami kedalaman masing-masing hati disebut apakah? Dan jika dipahami dengan benar itu adalah kesunyian yang dibuat dengan sempurna. Yang satu dengan rasa bersalahnya, yang lainnya bimbang dengan jalan yang selanjutnya akan ia lewati. Pandangan mata yang masih tak menampakkan ekspresi membuat Albe sangat ketakutan pada kesunyian yang istrinya ciptakan. Bahkan sentuhan lembut saja tidak Naima hiraukan atau rasakan. Bahkan lelaki itu tidak tahu bagaimana harus bersikap untuk saat ini. Saat mereka belum bersama, Naima akan mematikan ponsel dan menghindarinya. Mungkin jika ia tidak langsung membawa Naima ke ruang kerja milik dia, perempuan yang sudah berstatus istrinya itu akan pulang ke kos yang sekarang menjadi kamar sahabatnya Tiara.
Read more

Chapt 83. Pillow Talk

       Menjabarkan tentang batas amarah memang sulit dijelaskan, karena seperti cinta dan benci yang berbatas hanya setipis kulit ari, begitu pula dengan amarah.         Albe pun tak bisa memercayai apa yang terjadi dengan wanita yang sedang larut dalam desahan di bawah tubuhnya. Hampir setengah hari setelah kepulangan mereka dari Cafe, Naima hanya diam sambil merenung, pun tidak menghiraukan Albe. Saat Albe menawari makan, minum, bahkan menegurnya. Tapi Naima hanya membisu, seperti berada pada dimensi yang berbeda.         Setelah apa yang ia lakukan, wanita yang berstatus istrinya ini malah memberikan hal tidak terbayangkan akan dilakukan saat amarah berkecamuk.         "
Read more

Chapt 84.  Tentang Rumah

  Bagi Albe, Naima adalah rumah. Sebuah rumah yang menjadi benteng pertahanan dari sebuah kegelisahan, kekhawatiran dan ketegangan. Begitupun Albe bagi Naima. Pria dengan jambang halus itu adalah rumah tempat hati merasa nyaman, merasa aman dan terlindungi. Di rumah pula ia akan menemukan cahaya setelah larut dalam kegelapan.  Maka saat ia merasa kepekatan akan menyesatkannya, ia meminta pulang. Ia tak mungkin melarikan diri dari rasa kecewa jua amarah. Andai ia bisa seperti Tiara, bisa berkata kasar, memaki dan meluapkan emosi dengan tindakannya. Tapi ia adalah Naima yang terlalu lemah, ia hanya akan berdiam diri. Bahkan menangispun akan sulit. Tapi pemikiran Albe yang takut ia akan mencari pekerjaan lain jika Naima tahu Albe pemilik Cafe tempat ia bekerja itu sungguh salah.  Mungkin Naima hanya akan lebih keras membentengi hatinya. Ta
Read more

Chapt 85. Biang Rusuh

Beberapa hari telah berlalu, Naima tetap bekerja seperti biasa. Bahkan Naima sempat terkejut. Tidak ada yang berubah, semua seperti semula. Baik para staf kantor maupun pegawai biasa. Pikiran negatifnya terpatahkan. Hanya Ajeng yang meminta penjelasan. Tapi Naima hanya mengatakan nanti saat mereka berkumpul di kos, saat Naima mendapat hari liburnya. Dengan berat hati Ajeng menyanggupi. Mereka berencana menghabiskan waktu libur mereka untuk berkumpul. Sementara Albe, lebih terbuka kepada Naima. Menceritakan apa yang sedang ia kerjakan, dan usaha apa yang ia rintis. Mungkin benar kata Viran, dengan jujur kepada Naima yang notabene sudah menjadi istriny--akan banyak doa yang tercurah. Pasti sebagai seorang istri, Naima akan berdoa yang terbaik untuk kesuksesan dan kelancaran semua usaha suaminya. Viran sempat menuduh, beberapa kesialan Albe karena lelaki itu tidak memberi tahu Naima. Menjadikan rezekinya tidak berkah, saat itu Albe tidak menanggapi. Namun saat beberapa hari
Read more

Chapt 86.  Terungkap 1

Hal terindah dari persahabatan adalah memahami dan dipahami, tanpa pernah memaksa dan ingin menang sendiri. Tak pernah terbayang dalam benak cantik Naima, jika ia bisa mempunyai sahabat. Ia yang introvert sangat ragu bisa membagi sedu. Bahkan untuk meratap pilu saja ia ragu. Bukan karena hatinya yang beku. Hatinya selalu menderu, tapi kadang keangkuhan egonya dan ketangguhan sukmanya melarang. Dan merasa ia mampu. Ternyata itu hanya kamuflase hati agar tak menjadi terperi suatu hari nanti. Dan fungsi sahabatnya kali ini adalah, untuk berbagi pemahaman. Naima yang merasa bisa mandiri, ternyata akan runtuh dengan sedu sedan hati. Mengetahui Albe yang notabene suaminya ternyata pemilik tempatnya bekerja membuat Naima mengurut dada. Bagaimana tidak, walaupun kecewa karena ketidak jujuran pria itu. Ingin melontarkan semua rudal, martil, cacian dan hinaan, tapi sayangnya semua hanya di dalam benaknya dan enggan untuk terucap. Bukan saling memaki malah saling memberi, bukan saling mengumpat
Read more

Chapt 87. Terungkap 2

Naima dan Tiara mengembus napas pelan, menatap Ajeng yang merajuk dan duduk di karpet bulu di bawah mereka. Bibirnya mengerucut lucu, gadis manja itu tidak terima kenyataan kalau Naima ternyata tidak hanya sudah menjadi kekasih Albe Bos idamannya ternyata Naima sudah serumah. Ah, Ajeng merasa kecolongan. Padahal Ajeng sudah membayangkan dada pelukable, dan sandarable Alberico ia dusel-dusel.  Berhubung Ajeng seorang resepsionis dia adalah karyawan yang sudah mengetahui jika Albe adalah bos mereka sejak awal. Namun dia juga merasa heran kenapa Naima bisa seterkejut itu saat beberapa waktu lalu para preman menyebut nama Alberico, dan Naima sampat linglung dan memecahkan bahkan menumpahkan hidangan untuk pelanggan. 
Read more

Chapt 88. Nafkah yang tertunda

Nyanyian yang Naima gunakan sebagai nada dering masih menggema di kesunyian kamar kost 3 x 3 meter persegi itu. Tiara dan Ajeng masih memberikan tatapan mengintimidasi, “Angkat, Nai!” Tiara memberi perintah, gadis itu memang sedikit galak. Naima menekan tombol hijau, berharap suaminya tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kedua sahabatnya itu tahu. Duh, kenapa mereka kepo sekali sih!! “Ya, Yang!” jawab Naima, memperhatikan Ajeng yang bergerak mendekatinya. Dan ikut menempelkan telinga pada ponselnya. Naima terkekeh dalam hati. Menarik ponsel dan menekan tombol speaker. “Babe, aku dan Viran mendadak harus ke Bandung. Kamu mau ikut?” tanya Albe di seberang sana. Naima menatap Tiara dan Ajeng, mereka hanya mengendikkan bahu. “Pulang hari atau menginap, Yang?” balas Naima, ia masih ingin bersama sahabatnya. Ingin pergi ke mall, ke SPA dan aktivitas perempuan pada umumnya. Semenjak tinggal di rumah Albe, suaminya itu selalu memanggil jasa SPA ke kediamannya. Supaya Naima tidak
Read more

Chapt 89. Tawa dan Air Mata

 Menikah adalah impian setiap orang yang sudah dewasa. Memakai gaun bak putri dari negeri dongeng, bermahkotakan tiara indah di atas kepalanya. Menjadi ratu dalam sehari orang sering menyebutnya. Apakah itu juga termasuk impian Naima?Pasti. Memang. Tentu saja.Namun takdir rupanya tidak mengizinkannya, ataukah belum? Naima tidak tahu. Yang pasti ia menikmati peran sebagai seorang istri yang dipersunting dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Jika teks proklamasi memerlukan dua jam untuk perumusannya dan lima jam setelahnya baru kemudian di proklamirkan. Maka pernikahan Naima hanya di rumuskan dalam kekalutan dan kenekatan dalam waktu tak lebih lima menit, dipersiapkan dalam waktu satu jam, dan diikrarkan tak lebih dari sepuluh menit. untuk memproklamirkan saja mereka belum ada rencana, hanya ada sebuah wacana yang Naima sendiri tak mampu untuk men
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status