Semua Bab PERTAMA UNTUK NAIMA: Bab 71 - Bab 80

208 Bab

Chapt 70. Penghuni Baru Kos Naima

Chapt 70. Penghuni Baru Kos “Sampai jumpa Nai!“ Ucapan perpisahan sementara Blaire layangkan dengan kecupan jauh, mereka sekeluarga akan berkeliling Jakarta dan mengunjungi pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Apakah Naima cemburu atau merasa tersingkirkan karena diikut sertakan? Tidak. Naima tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang pekerja, dia memasuki ruang ganti dan menaruh tas. Rutinitas yang monoton dan sangat membosankan mungkin, namun gadis itu tetap semangat menjalani. Besok adalah hari terakhirnya bekerja dan setelah itu seminggu dia tidak akan berada di tempat ini. Naima menuju ke ruangan Chef yang berada di samping taman belakang. Chef Adi sedang menyulut sebatang rokok sambil memainkan gawainya. “Nai, sini!“ panggil Chef berkulit coklat sedikit gelap dengan tangan melambai. “Chef, sudah dapat pengganti Nai untuk seminggu ke depan?” tanya Naima tanpa basa-basi. Karena memang Chef Adi yang memerintahkan ia untuk langsung ke ruangannya unt
Baca selengkapnya

Chapt. 71. Holiday has Comes

Setelah hari berderai kegelisahan dan air mata karena masalah yang menimpa sahabatnya Tiara. Hari ini Naima dan keluarga Albe sedang mengantri untuk boarding pass. Naima senang dengan gaya keluarga kaya ini. Tidak menggunakan koper-koper mahal dan canggih, namun kami masing-masing membawa tas carrier kami sendiri. Yah, liburan backpacker ala keluarga kaya. keluarga ini menyukai kesederhanaan dan keseharian. tapi jangan tanyakan berapa deposito dan aset mereka.     Lihat saja Moma, dengan kaos tanpa lengan yang memperlihatkan kulit putih kemerahannya karena pengaruh cuaca Jakarta yang panas, dengan celana jeans dan sepatu sneaker,
Baca selengkapnya

Chapt 72. Pengikat

   Pendar  lampu dengan cahaya keemasan menghiasi setiap bagian resort. Bahkan pohon kelapa di pinggir pantai pun berhiaskan lilitan indah dengan sinar kuning yang lebih terang. Menjadikan suasana lebih syandu. Naima dan Albe berjalan beriringan menuju salah satu meja dengan dua kursi di sana. Mereka sepakat berpisah dengan rombongan lain, karena sang gadis remaja ingin menjelajahi kota pada malam harinya. Bukan tidak ingin bergabung, memang itulah rencana yang sudah mereka susun.     Naima sempat berpikir, bahkan lima hari kedepan sudah terjadwal, bagaimana dengan harinya? Semua kegiatan ia lakukan dengan spontanitas. Sepertinya Albe juga demikian, walaupun tanpa melihat agendanya, Naima sudah mulai menghapal kegiatan rutin dari jam berapa Albe membuka mata dan melakukan aktivitasnya. Semua seperti terarah dan terjadwal. Karena jika ia sudah melihat pergelangan tanganny
Baca selengkapnya

Chapt 73. Permintaan Seorang Istri

        Menyusuri pantai pada malam hari tanpa alas kaki, dengan saling menggenggam tangan dengan erat. Layaknya pengantin baru yang sedang bulan madu, begitulah mereka terlihat. Sesekali terdengar canda dan juga tawa, mungkin dulu awal-awal mengenal tak nampak kemanjaan dari Naima. Namun setelah beberapa hari bersama, sifat itu terlihat jelas di mata sang suami.      Kesan pertama saat bertemu adalah, ramah, mandiri dan baik hati namun tangguh. Setelah tinggal di  dalam atap yang sama terlihat sifat lain, lucu, manja dan telaten. Sering terlontar guyonan receh dari bibir ranumnya, yang membuat semua tergelak. Namun manja hanya ia tunjukan pada sang suami. Entahlah. Naima merasa nyaman menggelendot pada lengan kekar Albe. Tinggi yang nyaris berbeda dua puluh centi membuat Naima terlihat mungil.
Baca selengkapnya

Chapt 74. Believe in You

      Wajah tampan bak pahatan dewa adalah gambaran nyata lelaki yang sedang berada diatas Naima, menelusuri garis rahangnya yang kokoh dengan sedikit jambang, bibir merah karena tidak pernah tersentuh nikotin, hidung bak perosotan. Nikmat Tuhan mana lagi yang akan Naima dustakan. Tak ada dalam cita-citanya, tapi Tuhan berbaik hati mengirimkan Albe untuk Naima seorang.  Ya, hanya untuknya.     Senyum merekah dengan binar menyilaukan, juga sorot mata sendu merayu. Seakan sebagai ajakan untuk menyatu.      Tak pernah ia bayangkan, bahasa hati memang bisa terpancar dari sorotan netra. Naima pikir itu hanya karangan para sastrawan, demi membuat sang pembaca hanyut dalam buaian dan rengkuhan aksara.
Baca selengkapnya

Chapt 75. Tak Disangka

Menjelajahi Bali sepertinya memang menyenangkan, apalagi dengan gadis remaja yang selalu antusias dan bersemangat seperti Blaire. “Nai, kamu tahu kenapa aku belum mempunyai kekasih?” tanya Blaire, sembari menggoyangkan tangan Naima maju dan mundur mengikuti langkah kaki. Naima melirik ke arah Blaire sekilas, gadis itu berjalan mundur di depan Naima tanpa melepaskan pegangan pada jemari kakak iparnya itu. "Kenapa?" Tanya Naima. "Karena pria di sampingmu itu tidak asik," jawab Blaire sambil memeletkan lidahnya menggoda Albe, semua tergelak. Ya, Albe memang sangat posesif kepada adik perempuannya. Pria arogan yang menjadi suami Naima itu sangat menyayangi Blaire, walaupun kadang tingkahnya sangat menyebalkan menurut gadis remaja itu. "Belajarlah bertanggung jawab pada dirimu sendiri, setelah itu. Terserah apa maumu," sanggah Albe tak ingin disalahkan. Mempunyai saudara kandung pasti sangat menyenangkan, perlakuan Albe kepada sang adik mengingatkan Naima pada sang kakak yang sudah ter
Baca selengkapnya

Chapt 76. Ulah Siapa

Panggilan Naima membuat Albe dilema, tapi ia tetap berlari ke arah Naima. Naima seperti ketakutan. “Ada apa, Baby?” tanya Albe dengan nada khawatir. “Yang ngirim ini siapa?” Naima menyerahkan map dengan foto-fotonya yang diambil secara candid. Yang ia tahu hanya Albe yang suka mengambil fotonya dengan gaya candid. “Boleh aku lihat?” Albe meraih map di tangan Naima, mengeluarkan foto dan ada selebaran dengan perjanjian. Di sana tertera nominal dan daftar usaha Albe di negara ini. Naima duduk di ranjang mengamati, ia tidak mengeluarkan semua. Hanya beberapa foto, namun ia merasa janggal. Karena foto itu diambil saat ia di angkutan umum dan di jalan. Albe sedang tidak ada di sini seingatnya. “Ada apa Al? apa ada sesuatu yang aku tidak tahu?" cecar Naima, ia menjadi lebi
Baca selengkapnya

Chapt 77. Keisengan Semata

  Tidak semua yang kita harapkan akan menjadi kenyataan, dan apa yang kita rencanakan akan berjalan sesuai harapan. Seperti matahari yang tersenyum ceria pun tak akan tahu kapan awan hitam  akan menyapanya dan menggantikan dengan rinai hujan yang mampu menghalau sinar teriknya.    Naima menatap lagi map berisi foto dirinya, selebaran yang ternyata juga di dalamnya belum sempat ia lihat.  Penasaran?  Tentu saja.  Manusiawi. Apa yang tertulis di sana? Untuk siapa surat itu? Dan masih banyak pertanyaan berkecamuk di benak Naima. Terkadang ingin mengetahui semua tentang Albe yang ia belum tahu
Baca selengkapnya

Chapt 78. Sebuah Proses

Raut wajah Albe membuat Naima khawatir, jika memang ada, bagaimana memusnahkannya. Di era digital seperti ini sangat cepat penyebarannya, Naima merangkai wajah rupawan suaminya. "Foto kita bagaimana?" Tanya Naima sekali lagi. "Tetap ada di ponsel kita, tidak ada disana," seloroh Albe, dengan mimik genit. Membuat Naima mencebik. Debaran jantungnya sudah menggila, menyelubungi setiap tetes darah yang mengalir dalam tubuhnya. Sangking gemasnya Naima menggigit bibir Albe, tapi disambut pagutan yang memabukkan dan melenakan. Tangan kekar pria itu tidak ingin ia sia-siakan, menjelajahi setiap inci yang mulai ia hapal. Setiap titik sensitif tak lepas dari sentuhan jemari ajaibnya meluncur bagaikan ro
Baca selengkapnya

Chapt 79. Insecure

    Layaknya seorang istri penurut dan hanya mengabdi dan tak ingin mencampuri. Itulah peran Naima saat ini, mertuanya sudah kembali ke negaranya. Dan Naima sudah pada rutinitasnya sebagai seorang karyawan dan juga seorang istri. Tentang kasus yang menimpa di Bali. Seperti yang Albe dan Viran katakan, sudah selesai. Cukup. Naima tidak mempertanyakan lagi, ia bukan wanita cerewet yang suka membesar-besarkan masalah. Ia cukup tahu diri, kepercayaan dirinya selalu terjun bebas saat mengingat statusnya yang hanya istri siri.      Apakah itu sesuatu yang tabu? Entahlah. Namun ia cukup berpuas diri, selama ini Albe menunjukkan tanggung jawab juga rasa sayangnya. Itu sudah cukup, ia tak ingin meminta lebih. Wacana untuk isbat nikah ke KUA yang pernah diucapkan mungkin hanya impian semu, karena hingga detik ini beberapa bulan setelah lelaki itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
21
DMCA.com Protection Status