Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt. 71. Holiday has Comes

Share

Chapt. 71. Holiday has Comes

Penulis: Rezquila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah hari berderai kegelisahan dan air mata karena masalah yang menimpa sahabatnya Tiara. Hari ini Naima dan keluarga Albe sedang mengantri untuk boarding pass. Naima senang dengan gaya keluarga kaya ini. Tidak menggunakan koper-koper mahal dan canggih, namun kami masing-masing membawa tas carrier kami sendiri. Yah, liburan backpacker ala keluarga kaya. keluarga ini menyukai kesederhanaan dan keseharian. tapi jangan tanyakan berapa deposito dan aset mereka.

    Lihat saja Moma, dengan kaos tanpa lengan yang memperlihatkan kulit putih kemerahannya karena pengaruh cuaca Jakarta yang panas, dengan celana jeans dan sepatu sneaker,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Naima merasakan kebahagian menjadi istri Albe.............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 72. Pengikat

    Pendar lampu dengan cahaya keemasan menghiasi setiap bagian resort. Bahkan pohon kelapa di pinggir pantai pun berhiaskan lilitan indah dengan sinar kuning yang lebih terang. Menjadikan suasana lebih syandu. Naima dan Albe berjalan beriringan menuju salah satu meja dengan dua kursi di sana. Mereka sepakat berpisah dengan rombongan lain, karena sang gadis remaja ingin menjelajahi kota pada malam harinya. Bukan tidak ingin bergabung, memang itulah rencana yang sudah mereka susun. Naima sempat berpikir, bahkan lima hari kedepan sudah terjadwal, bagaimana dengan harinya? Semua kegiatan ia lakukan dengan spontanitas. Sepertinya Albe juga demikian, walaupun tanpa melihat agendanya, Naima sudah mulai menghapal kegiatan rutin dari jam berapa Albe membuka mata dan melakukan aktivitasnya. Semua seperti terarah dan terjadwal. Karena jika ia sudah melihat pergelangan tanganny

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 73. Permintaan Seorang Istri

    Menyusuri pantai pada malam hari tanpa alas kaki, dengan saling menggenggam tangan dengan erat. Layaknya pengantin baru yang sedang bulan madu, begitulah mereka terlihat. Sesekali terdengar canda dan juga tawa, mungkin dulu awal-awal mengenal tak nampak kemanjaan dari Naima. Namun setelah beberapa hari bersama, sifat itu terlihat jelas di mata sang suami. Kesan pertama saat bertemu adalah, ramah, mandiri dan baik hati namun tangguh. Setelah tinggal di dalam atap yang sama terlihat sifat lain, lucu, manja dan telaten. Sering terlontar guyonan receh dari bibir ranumnya, yang membuat semua tergelak. Namun manja hanya ia tunjukan pada sang suami. Entahlah. Naima merasa nyaman menggelendot pada lengan kekar Albe. Tinggi yang nyaris berbeda dua puluh centi membuat Naima terlihat mungil.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 74. Believe in You

    Wajah tampan bak pahatan dewa adalah gambaran nyata lelaki yang sedang berada diatas Naima, menelusuri garis rahangnya yang kokoh dengan sedikit jambang, bibir merah karena tidak pernah tersentuh nikotin, hidung bak perosotan. Nikmat Tuhan mana lagi yang akan Naima dustakan. Tak ada dalam cita-citanya, tapi Tuhan berbaik hati mengirimkan Albe untuk Naima seorang. Ya, hanya untuknya. Senyum merekah dengan binar menyilaukan, juga sorot mata sendu merayu. Seakan sebagai ajakan untuk menyatu. Tak pernah ia bayangkan, bahasa hati memang bisa terpancar dari sorotan netra. Naima pikir itu hanya karangan para sastrawan, demi membuat sang pembaca hanyut dalam buaian dan rengkuhan aksara.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 75. Tak Disangka

    Menjelajahi Bali sepertinya memang menyenangkan, apalagi dengan gadis remaja yang selalu antusias dan bersemangat seperti Blaire. “Nai, kamu tahu kenapa aku belum mempunyai kekasih?” tanya Blaire, sembari menggoyangkan tangan Naima maju dan mundur mengikuti langkah kaki. Naima melirik ke arah Blaire sekilas, gadis itu berjalan mundur di depan Naima tanpa melepaskan pegangan pada jemari kakak iparnya itu. "Kenapa?" Tanya Naima. "Karena pria di sampingmu itu tidak asik," jawab Blaire sambil memeletkan lidahnya menggoda Albe, semua tergelak. Ya, Albe memang sangat posesif kepada adik perempuannya. Pria arogan yang menjadi suami Naima itu sangat menyayangi Blaire, walaupun kadang tingkahnya sangat menyebalkan menurut gadis remaja itu. "Belajarlah bertanggung jawab pada dirimu sendiri, setelah itu. Terserah apa maumu," sanggah Albe tak ingin disalahkan. Mempunyai saudara kandung pasti sangat menyenangkan, perlakuan Albe kepada sang adik mengingatkan Naima pada sang kakak yang sudah ter

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 76. Ulah Siapa

    Panggilan Naima membuat Albe dilema, tapi ia tetap berlari ke arah Naima. Naima seperti ketakutan. “Ada apa, Baby?” tanya Albe dengan nada khawatir. “Yang ngirim ini siapa?” Naima menyerahkan map dengan foto-fotonya yang diambil secara candid. Yang ia tahu hanya Albe yang suka mengambil fotonya dengan gaya candid. “Boleh aku lihat?” Albe meraih map di tangan Naima, mengeluarkan foto dan ada selebaran dengan perjanjian. Di sana tertera nominal dan daftar usaha Albe di negara ini. Naima duduk di ranjang mengamati, ia tidak mengeluarkan semua. Hanya beberapa foto, namun ia merasa janggal. Karena foto itu diambil saat ia di angkutan umum dan di jalan. Albe sedang tidak ada di sini seingatnya. “Ada apa Al? apa ada sesuatu yang aku tidak tahu?" cecar Naima, ia menjadi lebi

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 77. Keisengan Semata

    Tidak semua yang kita harapkan akan menjadi kenyataan, dan apa yang kita rencanakan akan berjalan sesuai harapan. Seperti matahari yang tersenyum ceria pun tak akan tahu kapan awan hitam akan menyapanya dan menggantikan dengan rinai hujan yang mampu menghalau sinar teriknya. Naima menatap lagi map berisi foto dirinya, selebaran yang ternyata juga di dalamnya belum sempat ia lihat. Penasaran? Tentu saja. Manusiawi. Apa yang tertulis di sana? Untuk siapa surat itu? Dan masih banyak pertanyaan berkecamuk di benak Naima. Terkadang ingin mengetahui semua tentang Albe yang ia belum tahu

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 78. Sebuah Proses

    Raut wajah Albe membuat Naima khawatir, jika memang ada, bagaimana memusnahkannya. Di era digital seperti ini sangat cepat penyebarannya, Naima merangkai wajah rupawan suaminya. "Foto kita bagaimana?" Tanya Naima sekali lagi. "Tetap ada di ponsel kita, tidak ada disana," seloroh Albe, dengan mimik genit. Membuat Naima mencebik. Debaran jantungnya sudah menggila, menyelubungi setiap tetes darah yang mengalir dalam tubuhnya. Sangking gemasnya Naima menggigit bibir Albe, tapi disambut pagutan yang memabukkan dan melenakan. Tangan kekar pria itu tidak ingin ia sia-siakan, menjelajahi setiap inci yang mulai ia hapal. Setiap titik sensitif tak lepas dari sentuhan jemari ajaibnya meluncur bagaikan ro

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 79. Insecure

    Layaknya seorang istri penurut dan hanya mengabdi dan tak ingin mencampuri. Itulah peran Naima saat ini, mertuanya sudah kembali ke negaranya. Dan Naima sudah pada rutinitasnya sebagai seorang karyawan dan juga seorang istri. Tentang kasus yang menimpa di Bali. Seperti yang Albe dan Viran katakan, sudah selesai. Cukup. Naima tidak mempertanyakan lagi, ia bukan wanita cerewet yang suka membesar-besarkan masalah. Ia cukup tahu diri, kepercayaan dirinya selalu terjun bebas saat mengingat statusnya yang hanya istri siri. Apakah itu sesuatu yang tabu? Entahlah. Namun ia cukup berpuas diri, selama ini Albe menunjukkan tanggung jawab juga rasa sayangnya. Itu sudah cukup, ia tak ingin meminta lebih. Wacana untuk isbat nikah ke KUA yang pernah diucapkan mungkin hanya impian semu, karena hingga detik ini beberapa bulan setelah lelaki itu

Bab terbaru

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status