Beranda / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 80. Apa yang kau sembunyikan Al?

Share

Chapt 80. Apa yang kau sembunyikan Al?

Penulis: Rezquila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

   Dalam setiap hubungan, pasang surut itu wajar. Lautan tenang pun akan ada riak, hanya bagaimana supaya angin tidak mempermainkan menjadi gulungan ombak yang siap menghancurkan apa saja yang dilewatinya.

    Kapal yang Naima naiki dengan Albe sebagai nahkodanya mungkin bisa dikatakan baru mulai berlayar, bahkan layarnya pun belum terkembang sempurna. Butuh usaha yang besar untuk mengembangkan layar dengan simpul kepercayaan yang kuat supaya angin dan badai tidak mampu menggoyahkan.

    Naima tidak mengenal wanita cantik dengan gaun berpotongan rendah di belahan dadanya, hingga pinggiran bukit itu terlihat menyembul dan yang membuat Naima terbakar amarah adalah salah satu bukit menempel di leng

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jangan marah dulu,Naima....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 81. Jiwa Yang Terbang

    Memandangi piring juga makanan yang sudah terjatuh, dengan kondisi hancur berkeping-keping dan tak berbentuk lagi. Bisakah Naima mengumpamakan itu sebagian hatinya saat ini? Belum juga dapatkan obat merah untuk mengobati luka yang Albe goreskan tadi malam. Hari ini, luka itu kembali tertoreh. Berjalan pada padang rumput penuh bunga memang menyenangkan, wanginya mendamaikan jiwa. Semilir anginnya menenangkan pun melenakan, tapi Naima lupa ada semak berduri di sana. Saat hanya tertusuk satu duri lukanya tak begitu nyeri, tapi saat duri tidak hanya menancap namun menggores lalu tertiup semilir angin. Ternyata akan terasa perih. Goncangan dari arah sampingnya tidak serta merta menyadarkan Naima, jiwanya melayang entah kemana. Suara teriakan masih berdesing ramai di benaknya. Alberico. Nama yang memenuhi hati dan pikiran. Bos atau pemilik tempat ia bekerja. Suaminya. Apa yang akan orang pikir jika mereka tahu kebenaran mereka berdua? Goncangan di bahu Naima seperti ayunan waktu, jik

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 82. Butuh Penjelasan 

    Ada persekutuan yang lebih tenang bahkan dari kesendirian, tapi jika persekutuan itu datang dari dua orang yang sedang menyelami kedalaman masing-masing hati disebut apakah? Dan jika dipahami dengan benar itu adalah kesunyian yang dibuat dengan sempurna. Yang satu dengan rasa bersalahnya, yang lainnya bimbang dengan jalan yang selanjutnya akan ia lewati. Pandangan mata yang masih tak menampakkan ekspresi membuat Albe sangat ketakutan pada kesunyian yang istrinya ciptakan. Bahkan sentuhan lembut saja tidak Naima hiraukan atau rasakan. Bahkan lelaki itu tidak tahu bagaimana harus bersikap untuk saat ini. Saat mereka belum bersama, Naima akan mematikan ponsel dan menghindarinya. Mungkin jika ia tidak langsung membawa Naima ke ruang kerja milik dia, perempuan yang sudah berstatus istrinya itu akan pulang ke kos yang sekarang menjadi kamar sahabatnya Tiara.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 83. Pillow Talk

    Menjabarkan tentang batas amarah memang sulit dijelaskan, karena seperti cinta dan benci yang berbatas hanya setipis kulit ari, begitu pula dengan amarah. Albe pun tak bisa memercayai apa yang terjadi dengan wanita yang sedang larut dalam desahan di bawah tubuhnya. Hampir setengah hari setelah kepulangan mereka dari Cafe, Naima hanya diam sambil merenung, pun tidak menghiraukan Albe. Saat Albe menawari makan, minum, bahkan menegurnya. Tapi Naima hanya membisu, seperti berada pada dimensi yang berbeda. Setelah apa yang ia lakukan, wanita yang berstatus istrinya ini malah memberikan hal tidak terbayangkan akan dilakukan saat amarah berkecamuk. "

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 84.  Tentang Rumah

    Bagi Albe, Naima adalah rumah. Sebuah rumah yang menjadi benteng pertahanan dari sebuah kegelisahan, kekhawatiran dan ketegangan. Begitupun Albe bagi Naima. Pria dengan jambang halus itu adalah rumah tempat hati merasa nyaman, merasa aman dan terlindungi. Di rumah pula ia akan menemukan cahaya setelah larut dalam kegelapan. Maka saat ia merasa kepekatan akan menyesatkannya, ia meminta pulang. Ia tak mungkin melarikan diri dari rasa kecewa jua amarah. Andai ia bisa seperti Tiara, bisa berkata kasar, memaki dan meluapkan emosi dengan tindakannya. Tapi ia adalah Naima yang terlalu lemah, ia hanya akan berdiam diri. Bahkan menangispun akan sulit. Tapi pemikiran Albe yang takut ia akan mencari pekerjaan lain jika Naima tahu Albe pemilik Cafe tempat ia bekerja itu sungguh salah. Mungkin Naima hanya akan lebih keras membentengi hatinya. Ta

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 85. Biang Rusuh

    Beberapa hari telah berlalu, Naima tetap bekerja seperti biasa. Bahkan Naima sempat terkejut. Tidak ada yang berubah, semua seperti semula. Baik para staf kantor maupun pegawai biasa. Pikiran negatifnya terpatahkan. Hanya Ajeng yang meminta penjelasan. Tapi Naima hanya mengatakan nanti saat mereka berkumpul di kos, saat Naima mendapat hari liburnya. Dengan berat hati Ajeng menyanggupi. Mereka berencana menghabiskan waktu libur mereka untuk berkumpul. Sementara Albe, lebih terbuka kepada Naima. Menceritakan apa yang sedang ia kerjakan, dan usaha apa yang ia rintis. Mungkin benar kata Viran, dengan jujur kepada Naima yang notabene sudah menjadi istriny--akan banyak doa yang tercurah. Pasti sebagai seorang istri, Naima akan berdoa yang terbaik untuk kesuksesan dan kelancaran semua usaha suaminya. Viran sempat menuduh, beberapa kesialan Albe karena lelaki itu tidak memberi tahu Naima. Menjadikan rezekinya tidak berkah, saat itu Albe tidak menanggapi. Namun saat beberapa hari

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 86.  Terungkap 1

    Hal terindah dari persahabatan adalah memahami dan dipahami, tanpa pernah memaksa dan ingin menang sendiri. Tak pernah terbayang dalam benak cantik Naima, jika ia bisa mempunyai sahabat. Ia yang introvert sangat ragu bisa membagi sedu. Bahkan untuk meratap pilu saja ia ragu. Bukan karena hatinya yang beku. Hatinya selalu menderu, tapi kadang keangkuhan egonya dan ketangguhan sukmanya melarang. Dan merasa ia mampu. Ternyata itu hanya kamuflase hati agar tak menjadi terperi suatu hari nanti. Dan fungsi sahabatnya kali ini adalah, untuk berbagi pemahaman. Naima yang merasa bisa mandiri, ternyata akan runtuh dengan sedu sedan hati. Mengetahui Albe yang notabene suaminya ternyata pemilik tempatnya bekerja membuat Naima mengurut dada. Bagaimana tidak, walaupun kecewa karena ketidak jujuran pria itu. Ingin melontarkan semua rudal, martil, cacian dan hinaan, tapi sayangnya semua hanya di dalam benaknya dan enggan untuk terucap. Bukan saling memaki malah saling memberi, bukan saling mengumpat

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 87. Terungkap 2

    Naima dan Tiara mengembus napas pelan, menatap Ajeng yang merajuk dan duduk di karpet bulu di bawah mereka. Bibirnya mengerucut lucu, gadis manja itu tidak terima kenyataan kalau Naima ternyata tidak hanya sudah menjadi kekasih Albe Bos idamannya ternyata Naima sudah serumah. Ah, Ajeng merasa kecolongan. Padahal Ajeng sudah membayangkan dada pelukable, dan sandarable Alberico ia dusel-dusel. Berhubung Ajeng seorang resepsionis dia adalah karyawan yang sudah mengetahui jika Albe adalah bos mereka sejak awal. Namun dia juga merasa heran kenapa Naima bisa seterkejut itu saat beberapa waktu lalu para preman menyebut nama Alberico, dan Naima sampat linglung dan memecahkan bahkan menumpahkan hidangan untuk pelanggan.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 88. Nafkah yang tertunda

    Nyanyian yang Naima gunakan sebagai nada dering masih menggema di kesunyian kamar kost 3 x 3 meter persegi itu. Tiara dan Ajeng masih memberikan tatapan mengintimidasi, “Angkat, Nai!” Tiara memberi perintah, gadis itu memang sedikit galak. Naima menekan tombol hijau, berharap suaminya tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya kedua sahabatnya itu tahu. Duh, kenapa mereka kepo sekali sih!! “Ya, Yang!” jawab Naima, memperhatikan Ajeng yang bergerak mendekatinya. Dan ikut menempelkan telinga pada ponselnya. Naima terkekeh dalam hati. Menarik ponsel dan menekan tombol speaker. “Babe, aku dan Viran mendadak harus ke Bandung. Kamu mau ikut?” tanya Albe di seberang sana. Naima menatap Tiara dan Ajeng, mereka hanya mengendikkan bahu. “Pulang hari atau menginap, Yang?” balas Naima, ia masih ingin bersama sahabatnya. Ingin pergi ke mall, ke SPA dan aktivitas perempuan pada umumnya. Semenjak tinggal di rumah Albe, suaminya itu selalu memanggil jasa SPA ke kediamannya. Supaya Naima tidak

Bab terbaru

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 200. MENGSEDU

    Naima jatuh di atas tubuh suaminya, beberapa orang yang lewat membantu Naima untuk bangkit, baru setelahnya Albe. Jalanan licin sedikit menyuitkan pria itu untuk berdiri. Pemuda yang kehilangan kendali saat berseluncur dengan skateboardnya berlari dengan panik. “Apa kalian terluka?” tanya pemuda itu dengan menenteng papan kayu di sebelah tangannya. “Kuharap tidak, lain kali berhati-hatilah. Atau kau akan mendapatkan hukuman,” ucap Albe menepuk pundak pemuda tadi. “Kau tidak apa-apa, Baby?” tanya Albe pada Naima yang terlihat syok, ia masih bersandar di dinding toko yang sudah tutup. Naima menutup mukanya dengan tangan, perutnya sedikit tegang tadi dan itu sangat tak nyaman. Naima meraih tangan Albe lalu memasukkan pada mantel tebal yang ia gunakan. Albe paham dan mengelus perut istrinya beberapa kali. Wanita it menyandarkan keningnya di dada Albe, dia dan calon anakknya sudah mengalami beberapa lagi tragedi dan itu membuatnya sedikit trauma. “Apa kau mau aku panggilkan Daddy su

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 199. GAUN

    “Tidak bisa, Dad! Uang yang dia pakai sangat banyak, aku tak bisa merelakan begitu saja. Aku harus mendatangkan alat gym termutakhir untuk cabang di Pluit. Gedungnya sudah siap, hanya untuk mendatangkan alatnya saja. Uangnya masih kurang.” Tolakan Albe yang menggebu membuat Albert memicing, Moma mengedip pada Naima. Perempuan hamil itu paham, lalu mengikuti mertuanya untuk masuk ke dalam ruangan kerja yang sedikit ke arah depan. “Mereka akan sangat lama dan membosankan jika membahas soal -BISNIS-, kita di sini saja. Bagaimana kalau kita mencari gaun untuk acara kalian, aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin, Sayang.” Moma mengambil tabletnya yang berukuran besar. Membawa ke arah sofa di mana Naima duduk dan menyandarkan punggungnya. “Apa saudara Moma banyak? Atau rekan juga kerabat?” tanya Naima, iris beningnya mengikuti gerakan sang mertua.

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 198. KEPUTUSAN

    "Aku tidak tahu, Hun. Bagaimana kalau kita ikuti kemauan Moma aja? Aku takut mengecewakannya," usul Naima. Albe hanya mengendik, lalu menarik jemari istrinya. “Sebaiknya kita bicarakan bersama, supaya yang menjadi resepsi impianmu juga bisa terwujud, Baby. Ini pesta untuk kita bukan? Aku ingin kau juga mengutarakan keinginanmu. Hilangkanlah rasa sungkanmu itu, Sweetheart. Kadang aku tidak nyaman dengan sifatmu itu,” ucap Albe mengecup jari istrinya. Naima menghela napas, bukan maksudnya untuk membuat Albe tidak nyaman. Tapi, bagaimana keinginan hatinya bahkan Naima tidak mengerti. Ia menerima apa yang

DMCA.com Protection Status