Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of PERTAMA UNTUK NAIMA: Chapter 101 - Chapter 110

208 Chapters

Chapt 100. Menjadi Ratu

Seperti janji Albe, mereka mampir ke PVJ, Jika Naima hanya berencana untuk melihat-lihat. Tapi hal yang menyebalkan adalah apa yang Naima pegang, akan Albe berikan pada SPG. Awalnya Naima tidak tahu, tapi saat keluar dari Mall, seseorang membawakan banyak paperbag dan memasukkan pada bagasi mobil. Dan Naima tidak tahu siapa orang yang diminta Albe membawakan barang mereka.  “Itu tadi apa, Yang?" selidik Naima dengan alis berkerut. Albe hanya tersenyum, menjepit dagu Naima dengan ujung jempol dan telunjuknya, menyatukan keningnya pada kening Naima, “Hadiah untuk istriku,” jawabnya singkat, memberi lumatan pada bibir Naima. Naima melepaskan tautan bibir mereka mengusap ujung bibir Albe, “Dalam rangka apa, Yang?” tanya Naim
Read more

Chapt 101. Nyonya Cemburu

   Dalam rumah tangga, kata ‘SAH’ seperti menjadi penentu dan menjadi ketok palu untuk takdir dan jalan yang harus dilalui bersama. Bukan hanya untuk senang tapi untuk rasa duka pun seharusnya dilalui berdua. Namun kadang keengganan membagi duka membuat hati lara.      Bukan tanpa alasan Albe memperlakukan Naima layaknya ratu di rumah dan di hatinya, karena memang dia adalah penguasa hati lelaki itu. Tapi ada alasan lain yang membuat Albe membatasi gerak Naima untuk saat ini. Masih ada yang harus diselesaikan sebelum semua akan kembali normal.      Albe tetap mencoba berjalan dengan sebagaimana mestinya, tidak mudah menjadi orang asing dan mendirikan beberapa usaha tidaklah semudah menghamburkan uang.
Read more

Chapt 102. Tanda Bahaya

  “Naima! Baby!” panggilan Albe tidak Naima hiraukan, setelah beberapa hari lalu Albe menerima tamu perempuan yang menurutnya lebih dari dia. Naima seperti kehilangan semua nafsunya, nafsu makan hanya sedikit, nafsu bercanda dan berbicaranya juga hilang entah kemana bahkan nafsu memanjakan Albe juga berkurang, ia hanya melayani tanpa menikmati. “Ada apa, Hun?” jawab Naima membuka pintu kamar mandi, biasanya tak pernah ia kunci. Tapi akhir-akhir ini, ia seperti merasakan sesuatu yang membuatnya ingin belajar menjauh dari Albe. Membiasakan diri tak terlalu sering berdekatan dengan pria itu. “Kamu masih tidak enak, badan?” tanya Albe dengan sorot khawatir yang terlihat jelas di mata suami yang masih mengumumkan ia sebagai kek
Read more

Chapt 103. Remuk

Remuk. Satu kata yang bisa ia gambarkan pada tubuhnya. Naima tersadar dalam dekapan yang sudah sangat ia kenal, harum yang selalu bisa menenangkannya. Tangan besar dan hangat tak meninggalkan kepalanya, membelai lembut rambutnya. Tapi matanya masih kalat dan berat, susah untuk dibuka. Mencoba menggerakkan tangannya pun sungguh teramat sangat kesusahan. Ia hanya pasrah, bisa mendengar suara Albe sudah membuatnya tenang. “Vir, cepatlah!” geram Albe, ia mengecupi tangan Naima yang kotor dan lunglai. Albe menyesal, sangat menyesal terlambat menjemput Naima. Jika saja ia meminta pertemuan tadi ditunda, sudah pasti ia sudah beristirahat atau berbincang tentang apapun di ranjang mereka yang nyaman. “Iya! Ini sudah sampai!” gertak Viran, ia juga emosi bisa-bisanya mereka kecolongan. Kenapa harus Naima, padahal masih banyak karyawan lain yang bisa dijadikan sasaran. Jelas Viran emosi, Naima memang bisa bela diri tapi dikeroyok beberapa preman yang badannya lebih besar pasti kalah. Kenapa ja
Read more

Chapt 104. Kenangan membawa trauma

Mengerjapkan mata, Naima mencoba beradaptasi dengan pemandangan asing di langit-langit kamarnya, tidak ada plafon dengan ornamen rumit. Naima mencoba bangkit, tapi rasa tak nyaman pada punggung dan kepalanya membuatnya urung. Naima baru tersadar ia berada di rumah sakit, saat merasakan telunjuknya terdapat selang yang tersambung hingga ke samping tubuhnya. Dia mendesah, merasa lega juga takut. Lega ternyata ia masih hidup, takut jika Albe akan marah karena ia tidak mematuhi perintahnya untuk tetap di dalam Cafe sampai ia datang. Deritan pintu terbuka, membuat Naima menelengkan kepalanya yang masih berdentam tak nyaman. Naima tersenyum, pun dengan orang yang baru saja masuk. “Baby! Akhirnya kamu bangun juga,” Albe tergesa mendekati Naima, menggenggam tangan Naima. Mengecup kening, pipi dan hidung juga bibir gadis yang memakai pakaian rumah sakit itu. “Aku baik-baik saja, Yang,” ucap Naima, menenangkan Albe. Menatap iris hijau kesukaannya. Naima hanya terdiam, menyelami perasaan san
Read more

Chapt 105. Tamu Tak Terduga

“Nai, ini gak apa-apa, kita masuk kesini?” Ajeng menggandeng lengan Naima, berjalan dengan melirik ke kanan dan ke kiri. Sementara Tiara berada di belakang mereka dengan tanpa suara. “Gak usah ribet deh lo, Jeng. Pak Albe sendiri yang ngijinin kita kesini. Malah suruh nemenin sampai beliau dateng, ‘kan?” tegur Tiara mengingatkan. “Ih, gue ‘kan takut aja, Ra. Apartemen bisa gede banget gini sih. Ngalahin rumah bokap, pasti mahal banget ya Nai?” tanya Ajeng, masih terkagum-kagum dengan desain dan perabotan yang ada di dalam apartemen itu. “Aku gak tau, Jeng. Kesini juga udah kayak gini. Tapi ini apartemen baru. Tower ini udah habis. Masih ada yang tower dua sama tiga kalau bapak kamu mau,” tawar Naima, yang disambut tawa dari Tiara. “Ish, kamu menghina apa ngeledek. Mana mampu bapak gue beli kek gini. Mending dibikin kontrakan baru lagi kalo dia mah.” cebik Ajeng. Naima mempersilahkan mereka duduk di ruang keluarga. Tiara dan Ajeng takjub dengan foto Naima dan Albe yang terpasang d
Read more

Chapt 106. Kejutan Tak Terlupakan

Kedatangan wanita yang hanya beberapa kali kencan dan itupun sudah bertahun terlewat membuat Albe waspada. Karena ia tahu, wanita inilah yang menyarankan sang ayah untuk menjadikan Naima salah satu target. Walaupun Albe belum tahu maksud kedatangan rubah betina itu, tapi dia akan mencoba bersikap santai. Kasus ayah wanita ini sedang tahap pelaporan, ia harus bermain cantik. “Well, welcome Jess. Long time not see!” Alme menyambut ramah. Berdiri dari kursi kebesarannya dengan sebelah tangan ia masukkan ke saku celana. Memutari meja menilai penampilan Jessica yang terlihat seperti akan menghadiri pesta. Gaun rose gold berbelahan dada rendah mengkilap, wedges setinggi lebih dari sepuluh centi dan wajah full make up. Terlihat sangat palsu, dan itu membuat Albe jijik. “Syukurlah kamu masih mengingat namaku, Sepertinya sekarang lebih sukses. Dan pastinya kau baik-baik saja,” Jessica menghempaskan patatnya pada sofa dan meletakkan tas mahalnya pada meja tanpa dipersilakan. Albe berdecak ta
Read more

Chapt 107. Akhir Teror

Bagi sebagian orang di muka bumi, media sosial sudah menjadi kebutuhan. Apalagi para makhluk yang menamakan mereka generasi milenial. Peran media sosial dalam semua aspek kehidupan menjadi sangat penting. Semua pemberitaan akan sangat cepat menyebar luas dengan adanya media penyebaran informasi daring tersebut.. Bagi sebagian orang yang memanfaatkan menjadi lahan bisnis, sudah pasti itu sangat menguntungkan. Namun tidak untuk wanita bernama Jessica Haryanto. Putri seorang pejabat di Departemen Penanaman Modal . Wajah cantiknya menjadi trending di jejaring sosial, video penangkapan di Cafe Kita menjadi buah bibir warganet. 29 detik waktu penangkapan menjadi judul utamanya. Jessica terlihat merana dan nelangsa. Pengacara ayahnya belum juga muncul di kantor polisi. Sementara Viran, bersama Jaka sedang menunggu sang ayah wanita itu. Mereka menunggu di sebuah apartemen di daerah selatan Ibukota. Mereka sepakat mengakhiri konflik dan bersedia memberikan uang jasa pengamanan wilayah. Seb
Read more

Chapt 108. Memaafkan Dengan Syarat 

Ketika dua hati dimaksudkan untuk satu sama lain, tidak ada jarak yang terlalu jauh, tidak ada waktu yang terlalu lama dan tidak ada cinta lain yang dapat menghancurkan mereka. Karena rindu ternyata tak mengenal jarak dan waktu. Naima terpekur seorang diri, menanti sang kekasih hati. Kepergian dua sahabatnya beberapa menit yang lalu membuat suasana sudah kembali dalam sunyi dan sepi. Naima tak menyukai itu, ia memutar musik sedikit keras demi membunuh kesepiannya. Bola matanya selalu menuju satu titik di seberang ruangan yaitu pintu. Berharap segera terbuka dan menampilkan sosok yang sudah ia nantikan. Belum terlalu malam memang, bahkan Albe sudah mengabarkan jam berapa kira-kira ia akan sampai di rumah mereka. Naima berdiri, menuju ruang tamu yang didominasi warna coklat gelap dan nuansa gold yang lembut. Menjatuhkan badannya pada salah satu single sofa. Ruangan itu luas dengan hiasan lukisan abstrak di setiap dindingnya. Wallpaper serupa warna kayu mengelilingi ruangan persegi it
Read more

Chapt 109. Sarapan Rusuh

Albe kesal. Tentu saja, Viran berhasil membuatnya marah. Padahal dari awal dia berada di negara ini, dia dan Jaka yang membantu mengurus semua perizinan. Melempar ponselnya asal. Albe tahu apa yang sedang rekannya itu kerjakan, ia akan menunggu hingga besok. Keluar dari ruang kerjanya, Albe mengambil kunci motor sport yang sudah beberapa lama tak digunakan. Sebelum bertemu dengan Naima, Albe memang lebih sering menggunakan motor. Karena ia pikir, Naima lebih senang dengan pria yang mengendarai kendaraan roda empat. Ternyata perkiraannya salah. Motor yang Albe miliki adalah motor listrik, Arch KRGT-1. Harga motor itu fantastik. Tapi Albe suka, jadi tidak masalah untuknya. Ia membuka terpal khusus penutup motornya, melipat benda yang terbuat dari parasit itu lalu memasukkan pada kabinet yang tertempel di dinding parkir. Memasukkan kunci dan mulai memanaskan. Menancapkan charger pada stop contact khusus. Hari sudah hampir tengah malam, tapi mengingat keinginan Naima, i
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status