Home / Romansa / Living with Mr. Arrogant / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Living with Mr. Arrogant: Chapter 71 - Chapter 80

126 Chapters

71. Saling Diam

Setelah kejadian di malam itu, Zinnia dan Reyner kembali bertukar jiwa. Kini gadis itu memilih diam. Kuro, si kucing hitam langsung mengenali dirinya. Kucing itu mendekati tubuh tinggi Reyner. Menyadari jika dialah tuannya. Gadis itu langsung beranjak dari kasur tanpa mengucapkan sepatah kata. Sedangkan Reyner masih terlelap tidur. Laki-laki itu benar-benar susah bangun pagi. Namun, Zinnia kali ini membiarkan suaminya tetap tertidur. Ia enggan membangunkannya. Sedang malas menyapa pria itu.Guyuran air dingin membasahi tubuh tinggi tegap itu. Kini Zinnia sudah berada di bawah aliran air yang mengalir pada shower. Ia terus memejamkan kedua matanya. Gadis itu tak berbohong saat mengatakan belum pernah melihat tubuh suaminya. Meski Reyner telah melanggar larangannya.Setelah selesai membersihkan diri, Zinnia menutupi tubuh itu dengan handuk kimono. Lalu ia berjalan menuju cermin besar di dekat pintu kamar mandi. Gadis itu menatap wajah suaminya. Tangan kirinya me
Read more

72. Ucapan Selamat

Mentari kembali menyapa langit kota Jakarta. Zinnia sedang sibuk menjemur pakaian. Si kucing hitam jantan dengan setia menunggu tuannya menyelesaikan tugas. Reyner sudah mengenakan kemeja berwarna biru tua dan celana hitam panjang yang sudah terseterika dengan rapi. Pria itu berjalan melewati pintu dekat taman dan melihat Zinnia yang masih menjemur pakaian."Hei, kau!" panggil Reyner dengan suara keras. Mengagetkan Zinnia dan Kuro. Gadis itu menatap Reyner dengan malas."Kenapa kau belum mandi? Ini sudah jam delapan!" teriak Reyner sembari berkacak pinggang."Memangnya kenapa, Mas?" tanya Zinnia yang kebetulan sudah selesai menjemur."Cepat mandi dan pakai pakaian yang rapi! Ada rapat yang harus aku datangi," jawab Rey."Apa? Kok Mas Rey gak bilang?" Gadis itu kesal karena tak diberitahu hal sepenting itu oleh suaminya."Aku sudah memberi tahumu tadi malam," jawab Reyner kesal."Kapan? Mas Rey nggak ngomong apa-apa, kok," balas gadis
Read more

73. Curhat

Pak Likin tentu saja sudah tak berada di tempat itu. Reyner kembali kesal. Zinnia yang malas mendengar gerutuan dari sang suami sekaligus atasan berwatak sombong itu pun memilih mencarikan taksi. Kini kedua orang itu kembali ke rumah mereka."Sudah, Mas. Mas istirahat saja!" ucap Zinnia yang sadar jika keadaan suaminya belum pulih sempurna. Reyner dengan tanpa kata pergi menaiki tangga menuju kamarnya."Untung udah biasa, Ya Allah," gumam Zinnia sembari mengelus dadanya.Gadis itu pun mencari kucing kesayangannya. Kuro benar-benar kucing yang pintar. Kucing itu ternyata memilih tidur di kursi ruang televisi. Pasti kucing itu menunggu tuannya pulang."Kuro." Mendengar namanya dipanggil, kucing hitam itu segera membuka matanya."Meong!" balas Kuro sembari melompat senang menghampiri Zinnia.Gadis itu pun duduk di depan televisi. Memilih duduk di atas karpet tebal dan besandar di kaki sofa. Saat sedang asyik mengelus bulu lembut Kuro, tiba-tiba
Read more

74. Butik

Pada hari berikutnya, kedua pasangan baru itu berencana untuk memilih pakaian resepsi pernikahan mereka. Meski sudah kembali bertukar jiwa, Rey dan Zin tetap harus bersikap profesional. Kini sudah hari ke empat puluh tujuh setelah pertemuan pertama mereka. Sudah lebih dari satu bulan dan tak ada tanda-tanda mereka akan kembali normal.Siang itu Reyner dan Zinnia sudah bersiap menunggu jemputan. Mereka akan menuju sebuah butik ternama langganan Nurmala. Di sana terdapat pakaian casual serta pakaian pesta yang terbilang lengkap."Assalamu'alaikum, Kak Rey, Zin," sapa Chandra dari dalam mobil. Pria itu membuka jendela depan dan memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sang kakak. Reyner dan Zinnia heran melihat kehadirannya."Wa'alaikumussalam," jawab keduanya bersamaan."Kalian sudah siap?" tanya Chandra lagi."Siap?" tanya Zinnia."Ah, maaf. Siang ini aku yang akan mengantar kalian ke butik." Chandra memberikan penjelasan."K
Read more

75. Gaun Pernikahan

Reyner kini bingung memilih gaun. Zinnia sudah memberi saran dengan menunjukkan gaun yang menurutnya cocok dengannya. Namun, Reyner tak setuju. Acara perdebatan gaun pernikahan pun dimulai. Hingga pegawai yang menunggui mereka menengahi."Ya sudah, Pak, Bu. Ini saja. Cocok kok buat Ibunya," usul si pegawai sembari menunjukkan sebuah gaun berwarna putih bersih di sudut ruangan.Zinnia menyipitkan kedua matanya. Reyner tampak setuju dengan pilihan si pegawai wanita itu."Nggak, Mbak. Jangan yang itu. Atasannya terlalu terbuka," ucap Zinnia menyampaikan pendapatnya."Ck. Lalu yang mana?" tanya Reyner mulai bosan."Bentar ah. Sabar!" balas Zinnia sembari memilihkan gaun yang lain.Setelah menemukan gaun yang sesuai, gadis itu segera menempelkan gaun itu ke tubuhnya sendiri. Pas."Ini aja. Bagus, elegan, dan cantik," puji Zinnia pada dirinya sendiri. Desain gaun itu sederhana, tetapi tampak mewah. Reyner mengernyitkan dahinya."Gima
Read more

76. Peringatan Chandra

Hari ke empat puluh delapan, Reyner dan Zinnia kembali pada tubuh mereka masing-masing. Reyner masih kesal dengan ucapan sang adik. Pria itu membiarkan sang istri yang sedang mengemasi pakaian ganti untuk mereka. Memasukkan ke dalam satu tas jinjing. Reyner memberitahukan gadis itu untuk membawa beberapa potong pakaian saja.Pagi itu mereka berkemas untuk pergi ke rumah Pak Haris. Seperti yang telah mereka rencanakan, resepsi pernikahan Zinnia dan Reyner akan dilaksanakan di rumah pemilik SJ Grup dua hari lagi."Sip. Sekarang giliran bawa kandang, pasir, sama makanannya Kuro," ujar gadis itu saat sudah selesai memasukkan pakaian."Jangan kau bawa makhluk berbulu itu!" seru Reyner saat melihat sang istri membawa kandang keluar rumah."Tapi kan ....""Tidak ada tapi-tapian! Lagi pula kenapa kau membawa dia di pesta pernikahan kita?" tanya Reyner sembari menunjuk si kucing hitam."Yah, Mas. Kasihan kalau Kuro ditinggal di rumah sendirian," reng
Read more

77. Amarah Reyner

Sore harinya, keluarga Zinnia sudah tiba di rumah itu. Malamnya, Pak Haris mengajak besannya untuk memilih pakaian di butik langganan mereka. Kedua orangtua Zinnia pun mengikuti ajakan itu dengan senang hati. Baru kedua orangtua Zinnia saja yang tiba. Kerabat yang lainnya akan hadir pada saat acara resepsi nanti."Kalian di rumah saja! Jagain Kuro biar gak kemana-mana!" perintah Nurmala pada anak dan menantunya."Ya, Mah," balas Reyner yang memang malas untuk ikut. Berbeda dengan Zinnia yang selalu antusias."Ya sudah. Kami berangkat dulu. Yuk Chandra!" ajak Nurmala pada anak bungsunya."Baik, Mah.""Assalamu'alaikum," ucap wanita itu berpamitan."Wa'alaikumussalam," jawab Zinnia dan Reyner bersamaan.Suasana rumah kembali sepi. Petugas yang menata tempat sudah pulang. Kini di rumah itu hanya ada Reyner, Zinnia, Kuro, dan dua asisten rumah tangga yang sudah kembali ke kamar mereka. Kucing hitam itu sudah tidur melingkar di sofa ruang
Read more

78. Karma

Zinnia membuka kedua matanya saat pendengarannya menangkap suara alarm yang berdering. Gadis itu melihat dirinya sendiri yang masih tertidur di sampingnya hanya berbungkus selimut saja. Rasa kesal kembali muncul saat ia mengingat kejadian pada malam sebelumnya. Zinnia tanpa diberi peringatan dipaksa untuk melayani pria sombong itu. Tangan kekarnya mematikan suara alarm pada ponsel itu. Reyner pun ikut terbangun karena terganggu. Kini mereka kambali bertukar jiwa. Reyner merasakan nyeri saat ia menggerakkan kakinya."Ish. Kenapa sakit sekali?" gumam pria itu mencoba duduk."Sukurin kena karma," celetuk Zinnia kesal.Reyner menatap sayu wajahnya sendiri. Pria itu kini merasakan tubuhnya yang seperti remuk redam. Ternyata apa yang ia lakukan pada malam itu malah seperti bumerang. Ia menyesal karena salah menyalurkan amarahnya. Sekarang ia merasakan rasa sakit yang harusnya dialami sang istri."Lagian kenapa Mas ngelakuin itu sih? Mas sengaja ya mau nyiksa ak
Read more

79. Resepsi

Tepat pada hari ke lima puluh semenjak pertukaran jiwa itu dimulai, Reyner dan Zinnia melangsungkan pesta pernikahan mereka. Zinnia masih berdebar-debar ketika ia didandani oleh penata rias yang sama saat acara ijab qobul. Tak bisa dipungkiri, Zinnia masih belum bisa melupakan kejadian malam pertamanya dengan sang suami. Ada sedikit rasa bahagia, tetapi juga bersamaan dengan rasa sedih.Zinnia terus melamun saat kuas make up menyapu lembut wajahnya. 'Apakah Mas Rey beneran nggak bisa membuka hatinya untukku? Apa Mas Rey cuma mau anak dari rahimku saja?' cicit Zinnia dalam hati."Sudah, Mbak. Cantik banget deh Mbak Zinnia ini," puji si penata rias."Makasih, Bu." Gadis itu membalasnya dengan sebuah senyuman.Tangan ramping Zinnia mengelus perutnya yang masih rata. Kembali mengingat kejadian yang membuatnya merona. Meski hatinya gelisah. Namun, ia juga tak bisa membohongi perasaannya saat dirinya bersatu dengan Reyner. Ia juga berharap dap
Read more

80. Tujuan Pernikahan

Chandra kemudian memeluk kedua mempelai itu dengan hangat. "Pokoknya baik-baik di sini ya, Kak, Zin. Aku juga mau pamitan mau kembali ke Amerika. Kakak harus bisa bahagia. Zin juga. Doa terbaikku buat kalian," tutur Chandra tulus dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Bagaimana pun juga ia tetap sayang pada sang kakak yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya."Iya, Mas Chandra. Amiin. Makasih doanya." Zinnia membalas pelukan dari adik iparnya.Tanpa diduga, Reyner juga ikut membalas pelukan dari adiknya. Meski sikapnya dingin dan tampak tak peduli. Namun, Reyner sebenarnya juga sayang pada adiknya. Hanya saja, ia enggan memperlihatkan perhatiannya."Lihat tuh, Mah! Pemandangan langka Reyner bisa berpelukan dengan Chandra," ucap Pak Haris pada istrinya."Iya, Pah. Mamah ikut senang lihatnya," balas Nurmala ikut tersenyum."Foto ah," ujar wanita itu sembari mengeluarkan ponselnya. Mengambil gambar kedua putranya dan menantunya yang saling ber
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status