Home / Romansa / Living with Mr. Arrogant / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Living with Mr. Arrogant: Chapter 61 - Chapter 70

126 Chapters

61. Pulang

Sang Direktur Utama sudah diizinkan pulang di hari berikutnya. Reyner merasa senang karena akan segera tinggal di rumahnya yang memiliki kasur yang lebih luas. Beruntung sekali Zinnia selalu rajin membersihkan rumah sang atasan. Pak Haris dan istrinya pun datang untuk menjemput anak mereka."Rey. Akhirnya kamu bisa pulang. Untuk sementara tinggallah di rumah utama." Pak Haris mengajak putra sulungnya. Tak tega jika Rey tinggal di rumahnya sendirian. Coba saja jika pria itu tahu sang anak menyembunyikan sekretarisnya di rumah itu."Nggak, Pah. Aku tinggal di rumahku saja," balas Reyner menolak."Tapi, Rey. Kamu masih sakit. Biar Mamah bantu rawat kamu sampai benar-benar sembuh. Baru nanti kamu boleh tinggal di rumahmu lagi. Ya?" bujuk Nurmala pada anaknya."Nggak usah, Mah. Ada Zinnia yang menemaniku di rumah. Iya, kan?" tanya Rey menatap gadis yang berdiri di sampingnya.Zinnia tahu bahwa sang atasan sedang memerintahnya. Toh mereka memang tinggal
Read more

62. Perintah Pak Haris

Pria paruh baya itu sebenarnya ikut senang karena Reyner akhirnya memilih Zinnia sebagai pendamping hidupnya. Pria itu tak bisa membayangkan jika mereka menikah dengan orang lain dan masih bertukar jiwa. Sungguh. Ia lega saat ikut menyaksikan keduanya saling memasangkan cincin pertunangan.Rey dan Zin diam selama di perjalanan. Gadis itu memang sengaja tak membuka suara. Sedangkan Reyner mengalihkan pandangannya pada layar ponselnya. Ia akan menanyai Zinnia ketika mereka sudah tiba di rumah. Beberapa puluh menit kemudian, Pak Likin sudah memberhentikan mobil itu di depan rumah Reyner. Pria itu pun membantu membawakan barang bawaan sang direktur ke dalam rumah. Zinnia mencoba menuntun tangan Reyner saat berjalan memasuki rumahnya."Makasih banyak ya, Pak," ucap Zinnia ketika Pak Likin sudah kembali ke dalam mobil."Sama-sama, Mbak. Saya permisi dulu, ya? Assalamu'alaikum," ucap pria itu."Wa'alaikumussalam. Hati-hati di jalan, Pak," balas Zinnia.Se
Read more

63. Tamu yang (Tak) Diinginkan

Hari ke empat puluh satu. Reyner dan Zinnia kembali bertukar jiwa. Kini Zinnia tengah duduk di ruang tamu rumah mewah itu, sedang mengganti perban yang menutup kepalanya dengan plester khusus. Lukanya sudah mulai menutup sempurna. Hanya masih berbekas jahitan saja. Sedangkan luka pada wajahnya sudah mengering. Zinnia dengan terampil membungkus luka di pelipis sang atasan. Tangan kanannya pun sudah bisa digunakan lagi. Luka goresan pada telapak dan buku tangan Rey juga sudah mengering. Jiwa Reyner yang berada di dalam tubuh Zinnia hanya menatap gadis itu mengurusi dirinya."Kenapa, Mas?" tanya Zinnia menatap dirinya sendiri."Wajahku bisa jadi begitu ya? Kok kamu nggak?" protes Reyner menatap wajahnya lalu menatap wajah Zinnia melalui cermin yang tadi dipakai gadis itu."Itu karena aku spontan menutupi wajahku dengan tas yang waktu itu aku bawa buat tempat dokumen, Mas," jelas gadis itu menatap dirinya sendiri."Kau hanya memar di bagian tangan saja," sung
Read more

64. Kehadiran Besan

Pagi-pagi sekali Zinnia sudah bangun di kamarnya. Gadis itu mencari-cari keberadaan Bella. Ternyata sahabatnya tidur di sofa. Dengan segera gadis itu membangunkan Bella dengan pelan. Hari itu merupakan hari penting baginya."Bella. Bagun, Bel," panggil Zinnia. Bella pun menggeliatkan tubuhnya."Zin?" tanya gadis itu saat menatap wajah sahabatnya."Iya, Bel. Ini aku," jawab Zinnia sembari tersenyum. "Sholat jamaah, yuk!" ajaknya. Bella menganggukkan kepala.Kedua sahabat itu pun melaksanakan sholat subuh berjamaah di dalam rumah kecil itu. Setelah selesai, Zinnia segera membuatkan sarapan untuk keluarganya. Masih pukul lima pagi. Waktu yang cukup untuk membuat sarapan. Gadis itu benar-benar sudah mempersiapkannya. Ia sudah membeli dan menyimpan bahan-bahan makanan dua hari yang lalu. Saat di mana ia tahu keluarganya akan datang. Bella pun dengan senang hati membantu memasak."Zin. Aku ikut seneng deh akhirnya kamu akan nikah," ujar Bella masih denga
Read more

65 Janji Suci

Pukul tujuh pagi dua mobil telah tiba di depan rumah. Reyner beserta keluarga Zinnia langsung masuk ke dalam mobil. Dengan sengaja Pak Agus dan istrinya membuat Reyner dan Zinnia duduk di bangku yang sama. Lalu mereka memilih masuk ke mobil yang berbeda. Menuju mobil yang lebih besar, bergabung dengan Bella dan kedua pamannya."Kalian sudah siap?" tanya Chandra yang sedang menjadi sopir sang kakak."Hm." Reyner menjawab singkat."Sudah, Mas," jawab Zinnia."Oke," balas Chandra. Sebenarnya pria itu tak rela jika sang kakak berhasil meminang gadis yang ia sukai. Namun, ia mencob kuat. Ia tahu hati Zinnia sudah dimiliki oleh sang kakak.Beberapa puluh menit perjalanan, mereka sudah tiba di rumah utama keluarga Sukmajaya. Kedua orangtua Zinnia serta paman-pamannya bertambah kagum melihat rumah yang ukurannya lebih besar dari rumah Reyner. Mereka sadar sekarang jika keluarga Reyner bukanlah keluarga sembarangan."Silakan masuk semuanya. Sudah dit
Read more

66. Malam Pertama

Acara pun dilanjutkan dengan makan bersama. Haris benar-benar bangga pada putra sulungnya. Ia bangga karena akhirnya Reyner melepas masa lajangnya dan menikah dengan seorang gadis yang sederhana. Sedangkan Nurmala masih diam. Wanita itu tengah mencoba menerima Zinnia sebagai menantunya. Chandra pun mencoba mengikhlaskan Zinnia menjadi kakak iparnya. Dani ikut hadir bersama istrinya yang sedang hamil muda. Memberikan selamat pada kedua pengantin baru itu.Acara pun selesai di siang hari. Reyner dan Zinnia kembali pulang ke rumah. Keluarga Zinnia pun segera bersiap untuk pulang, kembali ke Magelang. Hingga sore harinya mereka berpamitan pada Zinnia dan Reyner. Sebenarnya ia ingin keluarganya tetap berada di rumah itu untuk menemaninya. Masih rindu ia, khususnya dengan kedua orangtuanya."Nggak nginep di sini saja, Pak, Buk, Pakdhe, Paklik?" tanya Zinnia."Nggak, Nduk. Nanti kalau ganggu malam kalian," goda sang ibu sembari terkekeh."Iya. Nak Rey.
Read more

67. Reyner Ketularan Jahil

Kedua pengantin baru itu membuka kedua matanya saat sinar mentari mencoba menerobos masuk melewati tirai berwarna keemasan itu. Zinnia ternyata ikut kesiangan. Saat gadis itu bangun, ia lihat dirinya masih terlelap tidur di sampingnya."Mas, bangun!" panggil gadis itu."Apa sih?" sungut Reyner dengan suara sang istri. Kembali ia merapatkan selimut dan membelakangi Zinnia."Mas! Bangun dong!" panggil Zinnia lagi. Namun, tak digubris oleh sang suami. Beberapa detik kemudian gadis itu mendapatkan sebuah ide."Mas. Ada belalang masuk ke kamar." Zinnia beranjak dari duduknya. Reyner yang mendengar kalimat itu langsung membuka kedua matanya."Mana? Keluarkan dari kamarku!" seru pria itu ketakutan. Zinnia hanya tertawa. Menertawakan dirinya sendiri yang ternyata tampak lucu jika sedang ketakutan."Kau menipuku lagi!" dengus pria itu."Nah gitu, dong. Bangun. Mas juga harusnya mulai rajin sholat." Zinnia memberi nasihat."Ck. Jangan ce
Read more

68. Adopsi

Setelah sekitar dua puluh menitan, Reyner sudah keluar dari kamar mandi. Pria itu langsung menyambar pakaian ganti Zinnia dan kembali lagi ke dalam kamar mandi. Zinnia tak ada di kamar itu. Entah kemana perginya.Gadis itu ternyata baru saja mengambil pesanan makanan untuk sarapan mereka. Karena mereka baru menikah, Pak Haris memberikan Rey dan Zinnia waktu untuk libur hingga hari Minggu. Setelah menerima pesanan, Zinnia langsung menyiapkan sarapan paginya. Hatinya masih kesal dengan sang suami. Ingin menendang, tapi ia tak mau menendang dirinya sendiri.Reyner ikut turun ke lantai satu saat ia sudah selesai mengganti pakaiannya. Zinnia menatap tajam ke arahnya. Gadis itu pun makan terlebih dahulu dengan tangan kekar Rey yang masih sedikit sakit. Namun, sudah jauh lebih baik."Kenapa Mas ngelakuin itu? Kenapa pakai bohong segala? Waktu itu Mas nggak bilang apa-apa! Mas ngeselin ya! Beneran cowok mesum," cerca gadis itu saat melihat dirinya sendiri ikut duduk hen
Read more

69. Momongan

Hari Sabtu Zinnia dan Reyner sudah kembali ke dalam tubuh masing-masing. Kini Zinnia mempunyai kegiatan baru. Mengurus Kuro. Kucing hitam itu terus mengeong saat gadis itu sedang mengganti plester di pelipis suaminya. Reyner yang sebal langsung membentak kucing hitam yang terus mengeong menatapnya."Hus! Diam!" seru pria itu sembari memelototkan kedua matanya. Si kucing langsung diam."Ih. Mas jangan gitu dong sama Kuro. Sini Sayang. Bentar ya. Setelah ini selesai aku kasih makan," ujar Zinnia sembari mengelus kepala Kuro dengan lembut.Si kucing langsung mendengkur tenang. Lalu menatap gadis itu dengan tatapan polosnya. Sepertinya ia sedang memahami situasi. Lalu kucing itu beralih mendekati Zinnia dan menggesekkan punggung ke kaki gadis itu."Cih. Itu kan cuma kucing," sungut Reyner menatap tajam istrinya."Tapi dia imut. Nggak kaya Mas," ejek Zinnia yang sudah selesai mengobati sang suami.Gadis itu langsung menggendong Kuro dan mengelus-
Read more

70. Kamu Jahat, Mas!

 Setelah kepergian keluarganya, Reyner kembali bersikap bossy. Pria itu memerintah sang istri untuk memindahkan pakaiannya dari rumah belakang menuju ke kamarnya. Sungguh aneh kau Rey, jika pernikahan itu pura-pura, kenapa kau tak menyuruh Zinnia tetap tinggal di rumah belakang saja?"Sekarang kau harus bawa pakaianmu ke dalam kamarku! Aku nggak mau repot saat kita bertukar jiwa!" titah Reyner dengan seenaknya."Bantuin tapi, Mas," pinta Zinnia yang sedang mencuci cangkir."Enak saja. Lakuin sendiri!" tolak pria itu sembari berjalan kembali ke ruang televisi."Kok gitu?" protes gadis itu."Kau nggak lihat keadaanku? Laksanakan saja tugasmu! Masih baik aku mengizinkanmu tidur bersamaku," ucap pria itu. Zinnia menyipitkan kedua matanya."Mas Rey nggak sedang ada niat tersembunyi, kan?" tanya gadis itu curiga. Pasalnya ia tak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh suaminya itu. Kadang pria itu selalu be
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status