Acara pun dilanjutkan dengan makan bersama. Haris benar-benar bangga pada putra sulungnya. Ia bangga karena akhirnya Reyner melepas masa lajangnya dan menikah dengan seorang gadis yang sederhana. Sedangkan Nurmala masih diam. Wanita itu tengah mencoba menerima Zinnia sebagai menantunya. Chandra pun mencoba mengikhlaskan Zinnia menjadi kakak iparnya. Dani ikut hadir bersama istrinya yang sedang hamil muda. Memberikan selamat pada kedua pengantin baru itu.
Acara pun selesai di siang hari. Reyner dan Zinnia kembali pulang ke rumah. Keluarga Zinnia pun segera bersiap untuk pulang, kembali ke Magelang. Hingga sore harinya mereka berpamitan pada Zinnia dan Reyner. Sebenarnya ia ingin keluarganya tetap berada di rumah itu untuk menemaninya. Masih rindu ia, khususnya dengan kedua orangtuanya.
"Nggak nginep di sini saja, Pak, Buk, Pakdhe, Paklik?" tanya Zinnia.
"Nggak, Nduk. Nanti kalau ganggu malam kalian," goda sang ibu sembari terkekeh.
"Iya. Nak Rey.
Kedua pengantin baru itu membuka kedua matanya saat sinar mentari mencoba menerobos masuk melewati tirai berwarna keemasan itu. Zinnia ternyata ikut kesiangan. Saat gadis itu bangun, ia lihat dirinya masih terlelap tidur di sampingnya."Mas, bangun!" panggil gadis itu."Apa sih?" sungut Reyner dengan suara sang istri. Kembali ia merapatkan selimut dan membelakangi Zinnia."Mas! Bangun dong!" panggil Zinnia lagi. Namun, tak digubris oleh sang suami. Beberapa detik kemudian gadis itu mendapatkan sebuah ide."Mas. Ada belalang masuk ke kamar." Zinnia beranjak dari duduknya. Reyner yang mendengar kalimat itu langsung membuka kedua matanya."Mana? Keluarkan dari kamarku!" seru pria itu ketakutan. Zinnia hanya tertawa. Menertawakan dirinya sendiri yang ternyata tampak lucu jika sedang ketakutan."Kau menipuku lagi!" dengus pria itu."Nah gitu, dong. Bangun. Mas juga harusnya mulai rajin sholat." Zinnia memberi nasihat."Ck. Jangan ce
Setelah sekitar dua puluh menitan, Reyner sudah keluar dari kamar mandi. Pria itu langsung menyambar pakaian ganti Zinnia dan kembali lagi ke dalam kamar mandi. Zinnia tak ada di kamar itu. Entah kemana perginya.Gadis itu ternyata baru saja mengambil pesanan makanan untuk sarapan mereka. Karena mereka baru menikah, Pak Haris memberikan Rey dan Zinnia waktu untuk libur hingga hari Minggu. Setelah menerima pesanan, Zinnia langsung menyiapkan sarapan paginya. Hatinya masih kesal dengan sang suami. Ingin menendang, tapi ia tak mau menendang dirinya sendiri.Reyner ikut turun ke lantai satu saat ia sudah selesai mengganti pakaiannya. Zinnia menatap tajam ke arahnya. Gadis itu pun makan terlebih dahulu dengan tangan kekar Rey yang masih sedikit sakit. Namun, sudah jauh lebih baik."Kenapa Mas ngelakuin itu? Kenapa pakai bohong segala? Waktu itu Mas nggak bilang apa-apa! Mas ngeselin ya! Beneran cowok mesum," cerca gadis itu saat melihat dirinya sendiri ikut duduk hen
Hari Sabtu Zinnia dan Reyner sudah kembali ke dalam tubuh masing-masing. Kini Zinnia mempunyai kegiatan baru. Mengurus Kuro. Kucing hitam itu terus mengeong saat gadis itu sedang mengganti plester di pelipis suaminya. Reyner yang sebal langsung membentak kucing hitam yang terus mengeong menatapnya."Hus! Diam!" seru pria itu sembari memelototkan kedua matanya. Si kucing langsung diam."Ih. Mas jangan gitu dong sama Kuro. Sini Sayang. Bentar ya. Setelah ini selesai aku kasih makan," ujar Zinnia sembari mengelus kepala Kuro dengan lembut.Si kucing langsung mendengkur tenang. Lalu menatap gadis itu dengan tatapan polosnya. Sepertinya ia sedang memahami situasi. Lalu kucing itu beralih mendekati Zinnia dan menggesekkan punggung ke kaki gadis itu."Cih. Itu kan cuma kucing," sungut Reyner menatap tajam istrinya."Tapi dia imut. Nggak kaya Mas," ejek Zinnia yang sudah selesai mengobati sang suami.Gadis itu langsung menggendong Kuro dan mengelus-
Setelah kepergian keluarganya, Reyner kembali bersikap bossy. Pria itu memerintah sang istri untuk memindahkan pakaiannya dari rumah belakang menuju ke kamarnya. Sungguh aneh kau Rey, jika pernikahan itu pura-pura, kenapa kau tak menyuruh Zinnia tetap tinggal di rumah belakang saja?"Sekarang kau harus bawa pakaianmu ke dalam kamarku! Aku nggak mau repot saat kita bertukar jiwa!" titah Reyner dengan seenaknya."Bantuin tapi, Mas," pinta Zinnia yang sedang mencuci cangkir."Enak saja. Lakuin sendiri!" tolak pria itu sembari berjalan kembali ke ruang televisi."Kok gitu?" protes gadis itu."Kau nggak lihat keadaanku? Laksanakan saja tugasmu! Masih baik aku mengizinkanmu tidur bersamaku," ucap pria itu. Zinnia menyipitkan kedua matanya."Mas Rey nggak sedang ada niat tersembunyi, kan?" tanya gadis itu curiga. Pasalnya ia tak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh suaminya itu. Kadang pria itu selalu be
Setelah kejadian di malam itu, Zinnia dan Reyner kembali bertukar jiwa. Kini gadis itu memilih diam. Kuro, si kucing hitam langsung mengenali dirinya. Kucing itu mendekati tubuh tinggi Reyner. Menyadari jika dialah tuannya. Gadis itu langsung beranjak dari kasur tanpa mengucapkan sepatah kata. Sedangkan Reyner masih terlelap tidur. Laki-laki itu benar-benar susah bangun pagi. Namun, Zinnia kali ini membiarkan suaminya tetap tertidur. Ia enggan membangunkannya. Sedang malas menyapa pria itu.Guyuran air dingin membasahi tubuh tinggi tegap itu. Kini Zinnia sudah berada di bawah aliran air yang mengalir pada shower. Ia terus memejamkan kedua matanya. Gadis itu tak berbohong saat mengatakan belum pernah melihat tubuh suaminya. Meski Reyner telah melanggar larangannya.Setelah selesai membersihkan diri, Zinnia menutupi tubuh itu dengan handuk kimono. Lalu ia berjalan menuju cermin besar di dekat pintu kamar mandi. Gadis itu menatap wajah suaminya. Tangan kirinya me
Mentari kembali menyapa langit kota Jakarta. Zinnia sedang sibuk menjemur pakaian. Si kucing hitam jantan dengan setia menunggu tuannya menyelesaikan tugas. Reyner sudah mengenakan kemeja berwarna biru tua dan celana hitam panjang yang sudah terseterika dengan rapi. Pria itu berjalan melewati pintu dekat taman dan melihat Zinnia yang masih menjemur pakaian."Hei, kau!" panggil Reyner dengan suara keras. Mengagetkan Zinnia dan Kuro. Gadis itu menatap Reyner dengan malas."Kenapa kau belum mandi? Ini sudah jam delapan!" teriak Reyner sembari berkacak pinggang."Memangnya kenapa, Mas?" tanya Zinnia yang kebetulan sudah selesai menjemur."Cepat mandi dan pakai pakaian yang rapi! Ada rapat yang harus aku datangi," jawab Rey."Apa? Kok Mas Rey gak bilang?" Gadis itu kesal karena tak diberitahu hal sepenting itu oleh suaminya."Aku sudah memberi tahumu tadi malam," jawab Reyner kesal."Kapan? Mas Rey nggak ngomong apa-apa, kok," balas gadis
Pak Likin tentu saja sudah tak berada di tempat itu. Reyner kembali kesal. Zinnia yang malas mendengar gerutuan dari sang suami sekaligus atasan berwatak sombong itu pun memilih mencarikan taksi. Kini kedua orang itu kembali ke rumah mereka."Sudah, Mas. Mas istirahat saja!" ucap Zinnia yang sadar jika keadaan suaminya belum pulih sempurna. Reyner dengan tanpa kata pergi menaiki tangga menuju kamarnya."Untung udah biasa, Ya Allah," gumam Zinnia sembari mengelus dadanya.Gadis itu pun mencari kucing kesayangannya. Kuro benar-benar kucing yang pintar. Kucing itu ternyata memilih tidur di kursi ruang televisi. Pasti kucing itu menunggu tuannya pulang."Kuro." Mendengar namanya dipanggil, kucing hitam itu segera membuka matanya."Meong!" balas Kuro sembari melompat senang menghampiri Zinnia.Gadis itu pun duduk di depan televisi. Memilih duduk di atas karpet tebal dan besandar di kaki sofa. Saat sedang asyik mengelus bulu lembut Kuro, tiba-tiba
Pada hari berikutnya, kedua pasangan baru itu berencana untuk memilih pakaian resepsi pernikahan mereka. Meski sudah kembali bertukar jiwa, Rey dan Zin tetap harus bersikap profesional. Kini sudah hari ke empat puluh tujuh setelah pertemuan pertama mereka. Sudah lebih dari satu bulan dan tak ada tanda-tanda mereka akan kembali normal.Siang itu Reyner dan Zinnia sudah bersiap menunggu jemputan. Mereka akan menuju sebuah butik ternama langganan Nurmala. Di sana terdapat pakaian casual serta pakaian pesta yang terbilang lengkap."Assalamu'alaikum, Kak Rey, Zin," sapa Chandra dari dalam mobil. Pria itu membuka jendela depan dan memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sang kakak. Reyner dan Zinnia heran melihat kehadirannya."Wa'alaikumussalam," jawab keduanya bersamaan."Kalian sudah siap?" tanya Chandra lagi."Siap?" tanya Zinnia."Ah, maaf. Siang ini aku yang akan mengantar kalian ke butik." Chandra memberikan penjelasan."K