Home / Romansa / Living with Mr. Arrogant / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Living with Mr. Arrogant: Chapter 91 - Chapter 100

126 Chapters

91. Pemimpin Baru

Hari ini merupakan hari terakhir pasangan baru itu berlibur di Bali. Zinnia sebenarnya masih kurang puas menikmati liburannya. Namun, apa boleh buat. Gadis itu harus kembali ke Jakarta bersama suaminya."Rey. Kau sudah mau kembali, kan?" tanya Pak Haris saat menghubungi putra sulungnya melalui telepon."Iya, Pah. Kami akan segera tiba di bandara," jawab Zinnia sebagai suaminya."Bagus. Nanti setelah makan siang, kau segera ke kantor! Akan ada acara penyambutan untuk jabatan barumu. Ajak istrimu juga!" ucap Pak Haris."Siang ini, Pah?" tanya Zinnia dengan suara berat suaminya. Tak mampu menutupi keterkejutannya."Iya. Bukankah Papah sudah bilang padamu kemarin?" tanya Pak Haris heran. Zinnia melirik dirinya sendiri. Reyner hanya menatap santai sang istri."Ba-baiklah, Pah. Nanti saya akan datang setelah makan siang," balas Zinnia."Oke. Papah tunggu. Hati-hati di jalan. Salam buat Zinnia. Assalamu'alaikum," ujar Pak Haris menutup pangg
Read more

92. Testpack

Kedua pasangan yang tak pernah akur itu pun berjalan keluar ruangan. Mereka terus berdebat saat berjalan berdampingan. Sepasang mata pun tak sengaja menangkap bayangan Zinnia dan Reyner. Senyuman tipis pun mengembang di wajahnya."Zinnia ...." gumam seorang pria sembari melanjutkan laju mobilnya. Menuju tempat parkir perusahaan.Sore sudah menjelang. Reyner dan Zinnia sibuk dengan masing-masing gawainya. Seperti biasa, Reyner sedang membaca artikel, sedangkan Zinnia sedang mencari informasi tentang tanda-tanda yang sering muncul pada kehamilan pertama. Kedua jari-jari kekar Reyner menyusuri layar pipih itu.'Bener. Mual-mual awalnya, tapi kadang ada juga yang biasa aja. Nggak ngerasain mual. Nggak menstruasi ....' batin Zinnia sembari mengingat-ingat terakhir kali datang bulan.'Aku baru selesai seminggu lebih. Berarti belum bisa dipastiin,' batinnya lagi sembari terus membaca artikel tentang ibu hamil.'Hmm. Apa aku beli test pack aja ya
Read more

93. Sembunyi-Sembunyi

Gadis itu mencoba test pack pertamanya. Lalu menunggunya selama kurang lebih tujuh sampai sepuluh menit. Barulah hasilnya muncul. Masih satu garis merah. Negatif."Masih belum kelihatan, ya?" gumam Zinnia ketika menatap benda kecil itu.TOK TOK TOK"Kenapa kau lama sekali, sih?" panggil Reyner dari luar kamar mandi. Zinnia kaget mendengar panggilan tersebut dan cepat-cepat menyembunyikan test pack ke dalam plastik. Lalu memasukkannya ke dalam saku celana."Iya, Mas. Bentar," balas Zinnia sembari menyalakan keran untuk berwudhu."Ck. Lama sekali kau di dalam. Kau wudhu apa nguras air, sih?" sungut Reyner saat Zinnia sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah, tangan, dan kaki yang basah."Ya kan sambil buang air, Mas. Bukan nguras air," jawab Zinnia memberi alasan."Minggir! Gantian," ucap Reyner."Iya, Mas. Aku tungguin ya buat sholat jamaah," balas Zinnia sembari berjalan melewati su
Read more

94. Bertemu Mantan

Siang itu Zinnia sudah tiba di kantor SJ Grup. Gadis itu berjalan memasuki pintu depan. Ketika hendak memasuki lift, ia tiba-tiba berpapasan dengan seseorang. Orang itu ternyata sengaja menghampiri Zinnia setelah melihat gadis itu berjalan sendirian."Permisi," sapa pria tersebut.Zinnia pun menoleh menatapnya. Kedua matanya melebar. Ia mengenali siapa pria berkacamata yang baru saja menyapanya. "Riki!" seru Zinnia masih dengan wajah terkejut."Zinnia! Kamu bener Zinnia, kan?" tanya pria bernama Riki sembari menunjuk gadis di hadapannya. Zinnia mengangguk mengiyakan."Ya ampun. Kamu gimana kabarnya? Sudah lama sekali aku nggak ketemu kamu," ucap Riki senang karena tak salah orang."Alhamdulillah baik. Kau sendiri?" Zinnia bertanya balik."Aku juga alhamdulillah baik, Zin. Aku kangen banget sama kamu. Tiga bulan yang lalu aku pergi ke rumahmu, tapi kata ayahmu kau pergi ke Jakarta. Nggak tahunya kita ketemu di sini," tutur Riki masih
Read more

95. Mas Cemburu?

Kini pria itu berubah drastis. Dengan tahi lalat di pipi kiri dan kacamata yang bertengger di hidungnya, Riki tetap terlihat tampan. Pria itu menyesal karena tak mempertahankan hubungannya. Wanita yang ia cintai sudah menjadi milik orang lain. Mengapa tak sejak dulu saja melamar Zinnia? Pertanyaan itu muncul dalam hati Riki."Lalu ... Siapa pria beruntung yang menjadi suamimu?" tanya Riki penasaran sembari menarik kembali tangannya. Sadar jika ia menyentuh Zinnia tanpa izin."Dia ....""Sedang apa kau di sini?" Suara berat itu mengagetkan Zinnia. Ia baru sadar jika pintu lift telah terbuka lebar dan menampakkan Reyner bersama Dani."Mas Rey?""Aku sudah menunggumu. Kenapa kau malah ngobrol di sini?" tanya Reyner sinis sembari menatap tajam ke arah Riki."Ah. Maaf. Saya hanya sedang menyapa teman lama saya," jawab Riki.Reyner tampak tak suka pada pria berkacamata di hadapannya. "Kau ... Cepat ikut!" perintah Reyner pada sang
Read more

96. Hambar

Hari Sabtu. Waktunya kembali beristirahat di rumah. Zinnia kembali bertukar jiwa dengan suaminya. Pagi itu ia belum bisa mengecek kehamilannya lagi. Ia harus bersabar menunggu hari berikutnya sembari mencari-cari informasi. Pertemuan dengan sang mantan di hari sebelumnya juga telah menarik kenangan manisnya semasa remaja. Beruntung Reyner tak menanyakan hal detail tentang masa remajanya. Pria itu tetap sama dinginnya.Kini Zinnia sedang menjemur pakaian di halaman belakang. Sedangkan sang suami duduk santai sembari menikmati kopi buatannya dengan tubuhnya. Jika ada orang yang melihat, pastinya mereka akan mengira jika Reyner Eka Sukmajaya, sang penerus keluarga Sukmajaya merupakan tipe suami yang takut terhadap istrinya. Mungkin pria sombong itu akan malu setengah mati jika hal itu sampai diekspos. Mau ditaruh mana mukanya? Beruntung tembok yang mengelilingi rumah itu cukup tinggi. Jadi, sulit bagi orang luar untuk sekedar mengintip kegiatan orang-orang di dalamnya."M
Read more

97 Kenyataan Pahit

"Yah. Kalian sendiri tahu, kan? Pernikahan ini termasuk mendadak. Dan Mas Rey masih berlaku seperti itu," jelas Zinnia."Yang sabar, Zin. Kak Rey itu sebenarnya orang yang baik, kok," ucap Chandra mencoba menenangkan."Makasih, Mas Chandra.""Ya udah, Zin. Pokoknya kalau ada apa-apa cerita ke kita, yo?" ucap Bella."Iya, Bella. Makasih, ya."Percakapan masih berlanjut. Mulai dari cerita tentang perkuliahan Chandra di Amerika, pengalaman Bella saat kerja di Malaysia, serta curhatan Zinnia saat ikut pertemuan dengan orang-orang penting. Hingga satu setengah jam berlalu, mereka bertiga pun menutup obrolan. Tak lupa Zinnia memberikan nomor Bella kepada Chandra seperti yang telah ia janjikan."Duh. Sudah satu setengah jam vidcall-an sama mereka. Apa Mas Rey masih di belakang, ya?" tanya Zinnia pada dirinya sendiri. Ia bergegas keluar kamar untuk mencari keberadaan sang suami."Sudah puas ngobrolnya?" pertanyaan itu mengag
Read more

98. Let Me Go

Zinnia terdiam mendengar penjelasan suaminya. Ia tatap kedua manik gelap itu lekat-lekat. Tak ada kebohongan di sana. Hatinya semakin hancur mendengar ucapan tajam dan menyakitkan itu. Apakah ia tak cukup pantas mengandung anak dari putra sulung Sukmajaya yang terhormat? Apa derajatnya terlalu rendah bagi orang setingkat mereka? Sungguh. Kenyataan yang baru saja ia terima begitu pahit ia rasakan.Tanpa ia minta, kedua pipinya telah basah oleh air mata. Terlalu sakit hati gadis itu. Sudah cukup ia tak dicintai suaminya. Sudah cukup ia berpura-pura menjadi istri pria sombong itu. Sudah cukup ia menerima perlakuan dingin suaminya. Bahkan sudah cukup ia dimanfaatkan oleh Reyner. Perkataan itu, sudah mampu meruntuhkan kesabarannya selama ini.PlakTamparan keras itu mendarat di pipi kiri Reyner. Seketika membuat pipi pria itu memerah. Tangan kanan Zinnia bergetar. Ikut merasakan rasa perih akibat tamparannya."Mas benar-benar nggak be
Read more

99. Aku Harus Mengakhiri Semua Ini

Di rumah mewah itu, Reyner terus menatap keluar rumah. Pria itu kemudian memeriksa kamarnya. Ia terkejut tatkala melihat semua pakaian Zinnia sudah tidak ada. Barang yang tersisa hanya peralatan make up dan test pack yang tergeletak di dalam lemari. Reyner kembali turun ke lantai satu. Sepatu kerja Zinnia masih tertata rapi pada rak sepatu. Kini muncul setitik rasa bersalah dalam hatinya."Apa aku keterlaluan ya bicara seperti itu?" gumamnya menatap kembali ke arah halaman belakang.Sudah pukul empat sore. Sang istri yang ia duga kembali ke rumah belakang, tak kunjung menampakkan dirinya. Petir pun menyambar-nyambar. Seolah menunjukkan amarah istrinya yang baru saja ia lihat di pagi itu. Angin kencang pun ikut meniup dedaunan sekitar. Reyner kembali mengintip dari jendela ruang televisi. Mengintip bayangan sang istri. Rumah kecil itu bahkan tak diterangi cahaya lampu."Ck. Kenapa dia betah sekali di dalam sana?" gerutu Reyner sembari menyambar
Read more

100. Di Mana Kau?

"Zin ... Kenapa hapemu ndak bisa dihubungi?" tanya Bella panik saat mencoba berkali-kali menghubungi nomor sahabatnya. Namun, nomor Zinnia sudah tak dapat dihubungi lagi. Kemudian Bella menghubungi Chandra."Assalamu'alaikum, Mas Chandra," sapa Bella dengan tergesa-gesa."Wa'alaikumussalam, Bel. Ada apa?" balas Chandra."Maaf ganggu, Mas. Tapi ini gawat," ucap Bella panik."Nggak ganggu, kok. Gawat kenapa? Ada apa, Bel?" tanya Chandra penasaran."Mas. Barusan sehabis maghrib aku vidcall Zinni. Terus dia ternyata kabur dari rumah. Dia bilang mau mengakhiri pertukaran jiwanya dengan Pak Rey," jelas Bella."Apa? Zin kabur?""Iya, Mas. Aku takut kalau dia melakukan tindakan yang nekat. Soalnya baru kali ini aku lihat Zin sedih kaya gitu ...." cicit Bella."Kamu tenang, ya! Aku akan coba hubungi Zin dulu." Chandra mematikan panggilan untuk menghubungi Zinnia. Namun, nomornya tak dapat dihubungi."Nggak bisa
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status