Home / Lain / PESUGIHAN GUNUNG SEMERU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PESUGIHAN GUNUNG SEMERU: Chapter 61 - Chapter 70

143 Chapters

Suara Dari Kamar Lastri

Prapto berlari tergopoh-gopoh menghampiri Lastri yang sedang berada di dalam gudang kelapa. Wajahnya panik setelah mendengar kabar tentang kematian Tejo dan semua harta benda Tejo yang habis terbakar tidak tersisa. "Ada apa, Prapto!" sergah Lastri terkejut dengan kedatangan menantunya. "Bu, ada kabar buruk, Bu!" sergah Prapto dengan nafas yang masih tersengal. "Ada apa, Prapto?" Lastri mengalihkan tatapannya dari buku nota yang ada di tangannya, kemudian melihat pada Prapto. "Kabar buruk, Bu! Pak De Tejo meninggal dunia!" cetus Prapto setelah nafasnya sedikit berangsur normal. "Apa!" Lastri membungkam mulutnya yang menganga dengan mata membeliak. "Prapto, jangan asal bicara kamu, darimana kamu dapat berita seperti itu, Prapto!" pekik Lastri dengan wajah kesal. "Benar, Bu, sumpah! Saya tidak bohong!" tukas Prapto penuh keyakinan. Nota yang
Read more

Putus Asa

Perlahan Prapto menarik gagang pintu kamar Lastri. Bayangan manusia berbulu hitam tengah bergumul dengan Lastri di atas ranjang. "Astaghfirullahaladzim!" batin Prapto. Satu tangan lelaki itu mengusap dadanya yang masih terkejut. Seketika tubuh Prapto bergetar ketakutan. Lastri terlihat menikmati permainan dengan makhluk yang dipenuhi bulu hitam itu. Bahkan erangan Lastri semakin keras terdengar sangat menjijikan. Prapto perlahan menarik gagang pintu kamar Lastri dan menutupnya kembali. Jantung Prapto hampir terlepas dari tempurungnya. "Apa yang sebenernya ibu lakukan dengan mahluk itu!" batin Prapto ketakutan. Dengan sangat hati-hati sekali Prapto memutar tubuhnya menuju lantai bawah.____ Subuh buta Prapto sudah meninggalkan rumah. Setelah ia menyiapkan semua keperluan Indah. Saat ia pergi lelaki itu juga sudah memasrahkan istrinya kepada Bibik pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Last
Read more

Misteri Semeru

Sorot mata Indah menatap lekat pada Prapto yang berkaca-kaca. Sepersekian detik Indah dan Prapto saling bersitatap dalam pikiran mereka masing-masing."Dek, apakah kamu sudah mengingat aku?" seloroh Prapto dengan wajah senang. Baru kali ini Indah merespon ucapan Prapto meskipun bukan dengan sebuah tatapan."Tak lelo lelo ledung, cup menengo ...!" Prapto terduduk lesu. Ternyata Indah masih saja sama. Wanita itu memalingkan wajahnya menatap kepada boneka yang berada di pangkuannya, lalu menembangkan lagu jawa khas untuk menidurkan bayi.Prapto tergugu. Lelaki itu menengelamkan wajahnya pada kedua kakinya yang di tekuk di hadapan Indah. Wanita dengan dress merah itu sama sekali tidak peduli, Indah justru semakin merdu menyanyikan tembang jawa untuk boneka bayi yang berada di pangkuannya."Aku harus bagaimana, Dek!" isak Prapto. "Sebenarnya Mas sangat menyayangimu, tapi di sini sangat bahaya sekali untuk kita, Dek!" Prapto mengangkat wajahnya men
Read more

Korban

Kerongkongan Prapto terasa tercekat. Entah mengapa perutnya terasa sudah penuh. Lingkar hitam di sekitar netranya pun nampak begitu jelas. Prapto hanya mengaduk-aduk makanan yang berada di dalam piring. Sesekali ia menyuapkannya ke dalam mulut hanya seujung sendok. "Den, kenapa tidak di makan? Masakan Bibik tidak enak?" seloroh Bibik membuyarkan lamunan Prapto. "Eh, Bik, engak kok, engak ada apa-apa!" balas Prapto tergeragap. "Ada apa, Bik?" Lastri yang baru datang bergegas menghampiri Prapto yang sedang menikmati sarapan pagi. Wanita itu menarik bangku yang berada tepat di hadapan Prapto. "Enggak, Bu, Enggak apa-apa kok!" sela Prapto sebelum Bibik menjawab pertanyaan Lastri.  Lastri meraih piring kemudian mengisinya dengan nasi dan beberapa lauk pauk yang terhidang di atas meja. "Prapto di mana, Indah?" tanya Lastri yang tidak menemukan keberadaan putrinya di meja makan.
Read more

Psikiater

Bibik menatap lekat pada Prapto. Bibir lelaki itu bergetar hebat dengan wajah menegang.  "Ada apa, Den?" Bibik mengulangi pertanyaannya. Wanita itu berusaha untuk membantu Indah bangkit. Namun, sorot matanya tertuju pada Prapto yang nampak masih syok. "Sebenernya Indah adalah korban ...!" Prapto yang kalut ingin mengucapkan semua beban yang menyiksa batinnya pada Bibik. Namun, tiba-tiba Lastri muncul dari ambang pintu kamar Indah. "Indah!" Lastri tercekat, wanita itu mempercepat langkah kakinya menghampiri Indah yang masih tergulai di atas lantai. "Ada apa ini, Bik?" sergah Lastri membantu Bibik membopong tubuh Indah pada bagaian kepalanya dan meletakannya di atas pangkuan. "Indah, bangun!" Lastri menepuk lembut pipi Indah, sorot matanya penuh kekhawatiran pada Indah yang masih pingsan. "Prapto, apa yang sudah terjadi?" sergah Lastri mengalihkan tatapann
Read more

Kumat

"Halo Mbak Indah, perkenalkan nama saya Puspita. Bagaimana kabar Mbak Indah?" tutur wanita berseragam putih yang bernama Puspita itu dengan sangat ramah sekali. Indah masih saja tidak bergeming. Sorot matanya tertuju pada boneka bayi menyeramkan yang ada di pangkuannya. "Dulu, saya juga pernah kehilangan bayi sama seperti yang Mbak Indah alami. Saya tahu itu adalah hal yang sangat sulit sekali. Tapi saya yakin, akan selalu ada pelangi yang datang setelah badai hujan yang lebat. Mbak Indah harus tetap semangat ya." Psikiater wanita itu berusaha untuk memancing perhatian Indah.  "Dek, ayolah bicaralah sesuatu!" Prapto berusaha mengoyangkan bahu Indah. Indah mengelak, ia menepis tangan Prapto dari atas bahunya. "Pelan-pelan saja, Pak!" tutur Dokter Puspita melemparkan senyuman kecil pada Prapto kemudian kembali mengalihkan tatapannya pada Indah. "Saya boleh lihat boneka bayi, I
Read more

Mencari suami untuk Indah

Rahang Lastri mengeras. Sorot matanya berubah menakutkan pada Prapto. Wanita itupun bangkit mensejajari Prapto."Maksud kamu apa?" cetus Lastri dengan wajah merah menyala. Dadanya bergemuruh bergerak naik turun, menahan amarah yang ingin sekali meletus.Prapto menyugar rambutnya kasar, sesaat ia memalingkan wajahnya dari tatapan nyalang Lastri. "Jika Ibu terus memaksaku untuk memberikan Indah keturunan, aku memilih mundur dari pernikahan ini, Bu!" Prapto mengulangi ucapannya dengan penuh penekanan. Sorot matanya membalas tatapan nyalang Lastri."Apa? Apakah aku tidak salah mendengar? Kamu ingin menceraikan Indah, seperti itu?" decih Lastri dengan nada sinis. Lastri menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. "Hey, Prapto apakah ini adalah balasanmu pada keluargaku?" decih Lastri menaikkan nada suaranya. Rahangnya mengeras dengan gigi bergerutuk."Dari hidupmu susah dan sekarang aku memberikan kamu segalanya tapi kamu justru ingin meninggalkan
Read more

Lelaki Baru

"Sialan!" Lastri mengamuk. Ia membuang semua bantal-bantal yang berada di atas ranjang ke sembarang tempat. Wanita itu meremas kuat seprai yang membungkus kasur berukuran king size yang berada di kamarnya hingga berantakan. "Apakah kamu pikir aku tidak bisa mencarikan anakku suami. Dasar tidak berguna!" hardik Lastri dengan bahu bergerak naik turun menahan gemuruh amarah yang meletup-letup di dadanya. Keputusan Prapto meninggalkan Indah seperti penghinaan bagi Lastri. Lastri bangkit dari pembaringan, berdiri sesaat di depan cermin meja rias yang berada di dalam kamarnya. Membenarkan pakaian yang ia kenakan. Lalu berjalan menuju pintu keluar. "Bik, Bibik!" teriak Lastri seraya menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan di lantai bawah. "Iya, Bu!" sahut Bibik yang muncul dari arah dapur. "Ada apa, Bu?" tanya Bibik meletakan k
Read more

Mencari Calon Suami

Lastri menarik pelan pergelangan tangan Bibik masuk ke dalam rumah. Tubuh wanita yang basah kuyup itu hanya mampu menurut mengekori langkah kaki Lastri. Persendiannya terasa lemas tidak dapat melawan. "Lihat, Indah ada di dalam kamar, Bik?" Lastri mengacungkan jari telunjuknya ke arah Indah yang tengah meringkuk di atas pembaringan. "Apa?" Bibik tercekat, mengusap lembut kedua matanya seperti tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.  "Tapi tadi Non Indah benar-benar tidak ada di sana, Bu!" tegas Bibik berusaha meyakinkan Lastri. "Kalau Ibu tidak percaya lihatlah alat kompres yang sudah saya siapkan di atas meja nakas." Seketika Bibik mengarahkan tatapannya pada nakas yang berada di samping ujung ranjang. Di mana ia meletakan alat kompres untuk Indah. "Apa?" Lagi, wanita itu kembali terkejut, Bibik tidak menemukan baskom yang sudah ia siapkan untuk mengompres I
Read more

Penolakan

Wanita paruh baya yang mengenakan kerudung berwarna nude itu menarik pergelangan tangan Lek Nar sedikit menjauh dari putranya, Sapto.  Bibik memperhatikan ke sekeliling, pada Sapto yang terlihat penasaran. "Aku bisa memberikan uang berapapun yang kamu minta, Nar!" bisik Bibik mendekatkan wajahnya ke telinga Lek Nar. Lelaki dengan baju lusuh itu mengeryitkan dahi menatap pada Bibik. "Bagaimana caranya?" lek Nar semakin penasaran. "Gampang! Sangat gampang sekali!" Bibik menarik kedua sudut bibirnya tersenyum kecil. "Juraganku di kota sedang mencari calon suami untuk anaknya. Bagaimana kalau anak kamu si Sapto itu menjadi calon suami anak juraganku itu," ucap Bibik dengan nada berbisik.  Wajah' Lek Nar terlihat ragu, sekilas ia melirik kepada putranya yang sedari tadi mengawasinya. "Sekarang tidak ada pilihan lain Nar yang bisa kamu lakukan. Uang 20 juta itu sangat banyak
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status