Plak! Bibik menepuk bahu Sapto. Sesaat lelaki itu meringis kesakitan satu tangannya mengusap bahunya yang terasa memanas. "Kamu tidak bisa ingkar dengan perjanjian yang sudah dibuat. Kamu harus tetap menikahi Non Indah," desak Bibik dengan netra membulat. "Tapi Bude tidak pernah bilang kalau wanita itu ternyata gila. Kalau aku tahu dia gila mungkin aku bisa mempertimbangkannya lagi, Bude," balas Sapto dengan wajah kesal. "Sudah, sudah, semuanya sudah terjadi, yang terpenting saat ini kamu harus menurut apapun perintah Bu Lastri jika kamu tidak ingin dalam keadaan bahaya." Wanita paruh baya itu terus saja mendesak Sapto. "Apalagi jika Bu Lastri sudah marah, ia pasti akan melipat gandakan hutang-hutang kamu," seloroh Bibik. Pemuda berkulit sawo matang itu nampak berpikir sesaat dengan wajah yang terlihat kesal. "Tapi Bude!" Sapto diliputi dengan kebimbangan. Jika saja pemuda itu me
Read more