Suara tangisan terdengar dari luar rumah Pak Parlin. Jantung Rani berdegup semakin kencang, benaknya terus menerka kejadian apa yang membuat teman-temannya menangis seperti itu. "Assalamualaikum!" salam Rani dengan suara bergetar, menyapu pandangannya teman-temannya yang sedang di landa kesedihan. "Ran, kamu dari mana?" tanya Angga, lelaki gagah itupun nampak sedih. Jejak air mata masih ketara begitu jelas pada pipinya. Apalagi dengan Zaki, lelaki itu terduduk di atas lantai, menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut, satu tangannya menutupi wajahnya yang tertunduk. Hari ini lelaki itu nampak sangat menyedihkan sekali. "Dim, ada apa ini?" Batin Rani semakin bertanya-tanya, lelaki berkacamata itupun masih nampak terisak, tentang luka apa yang sedang menggores hatinya saat ini dan membuatmu menangis. "Hanum, Ran, Hanum!" Dimas menatap Rani berkaca-kaca. "Ha
Baca selengkapnya