Home / Lain / PESUGIHAN GUNUNG SEMERU / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of PESUGIHAN GUNUNG SEMERU: Chapter 101 - Chapter 110

143 Chapters

Bab 101

Subuh buta Zaki sudah kembali dari pasar. Lelaki itu harus berjalan cukup jauh untuk mendapatkan kendaraan umum yang bisa membawanya ke pasar. Semua barang persediaan sudah habis tidak tersisa dan terpaksa Zaki harus melakukan pekerjaan itu karena tidak ada lagi orang yang bisa ia minta pertolongan. Dengan menenteng dua kantong plastik besar yang berisi barang-barang kebutuhan sehari-hari, sebuah pemandangan mengalihkan tatapan Zaki saat lelaki itu hendak masuk ke halaman rumah Pak Parlin. "Siapa itu?" desis Zaki melihat seorang wanita tengah mencakar-cakar tangannya pada tahan di halaman rumah kosong yang berada di depan rumah Pak Parlin. Zaki berjalan mengendap-endap mendekat ke arah pagar. Dari sela-sela pagar Zaki bisa melihat wanita dengan daster sedang menggali tanah sedalam siku dengan tangannya di halaman rumah kosong itu. "Siapa wanita itu?" batin Zaki penasaran. Zaki me
Read more

Bab 102

"Mas Angga!" semburat senyuman tersungging dari kedua sudut bibir Siska saat melihat Angga keluar dari dalam kamarnya. Gadis itu merapikan sedikit almamater yang ia kenakan, kemudian mempercepat langkah kakinya menghampiri Angga. "Mas Angga!" seru Siska memasang wajah secantik mungkin di depan Angga. Angga menghentikan langkah kakinya, sesaat menoleh ke arah Siska yang sedang melambaikan tangan kepadanya. "Ada apa, Sis?" tanya Angga. Sepersekian detik Siska nampak mengatur nafasnya yang tersengal. Sepatu tinggi yang ia kenakan membuat betis gadis itu sedikit pegal. Karena tak biasanya Siska menggunakan sepatu seperti itu. Kecuali jika ia ingin di lihat cantik oleh orang yang ia sukai. "Mas Angga mau kemana?" tanya Siska ramah. "Aku masih ingin meneruskan pencarianku!" jawab Angga datar. Siska tidak bergeming, sorot matanya tidak berkedip
Read more

Bab 103

Rani meradang, melihat Yuda mengacuhkannya. Bergegas Yuda pergi meninggalkan kamar Pak Parlin seperti orang yang sedang ketakutan. "Yud!" panggil Rani lagi, tapi Yuda sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Rani mendengus berat, sesaat ia berdecak kesal menatap ada kepergian Yuda. Rani menoleh ke arah lemari besi yang ada di dalam kamar Pak Parlin, sepertinya Pak Parlin sedang menyembunyikan sesuatu di dalam lemari itu. Perlahan Rani menyeret langkah kakinya mendekat ke arah lemari. Namun, suara derap langkah kaki yang berjalan' mendekat menghentikan langkah Rani. "Ada Siska!" cetus Rani saat melihat Siska yang hendak naik ke atas tangga menoleh ke kamar Pak Parlin yang terbuka. Bergegas Rani bersembunyi di bawah kolong ranjang saat Siska berjalan cepat ke arah kamar itu. Wajah gadis itu nampak sangat penasaran. Suara derap langkah kaki Siska terhenti di depan pintu kamar Pak Parlin. Rani dapat melihat
Read more

Pembunuhan

Rani terus berlari saat menyadari Pak Parlin dan Yuda menyadari kehadirannya sedang mendengarkan pembicaraan mereka. Gadis itu berlari menaiki anak tangga menuju lantai atas dengan sangat ketakutan. Bruakk! Rani terjatuh saat menaiki tangga kedua menuju lantai atas. Tubuh gadis itu tergelincir jatuh di bahwa anak tangga. "Ha ... Mau kemana kamu gadis kecil!" desis Pak Parlin menampakan seringainya. Berjalan mendekat ke arah Rani. Rani hendak bangkit, namun sepertinya kakinya terkilir. Dengan jantung bergemuruh, Rani menarik tubuhnya menjauh dari Pak Parlin dan Yuda yang berjalan semakin mendekat ke arahnya. "Jangan Pak, jangan!" lirih Rani dengan wajah ketakutan. Peluh membahasi pelipisnya yang menegang. "Apa yang sudah kamu dengar, Rani?" ucap Yuda menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. Kemudian wajah lelaki itupun nampak menyeramkan. 
Read more

Bab 105

Wanita dengan rambut berantakan itu berjalan menuju ke arah pintu. Sorot matanya tajam, satu tangannya semakin mengeratkan pelukannya pada boneka menyeramkan yang ada di dadanya. Rani yang masih terduduk di atas lantai di depan pintu tercekat. "Apakah dia juga hantu!" batin Rani menatap ke arah wanita gila yang ada di hadapannya. "Siapa itu?" sentak wanita berwajah menyeramkan itu menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan sepi dan mencekam di rumah Lasti. Rani menyadari jika wanita itu tidak dapat melihatnya. Perlahan Rani bangkit dan mencoba untuk meraih tubuh wanita itu. Namun, sentuhannya seperti menembus dan tidak dapat menyentuh. "Dia bukan hantu, dia manusia. Jadi dia yang selama ini menjadi penghuni rumah kosong ini," ucap Rani menatap pada wanita gila yang kembali memutar tubuhnya berjalan menuju ke bangku goyang yang berada di samping jendela kamar. "Tentu saja dia masi
Read more

Bab 106

Ribuan kesal membuat Siska meradang. Gadis yang merasa dengan kecantikannya dapat mendatangkan semua keinginannya itu nampak kecewa. Karena kali ini dia harus mengalah dengan kenyataan. Jika Angga, lelaki yang selama ini ia puja tenyata sama sekali tidak pernah menaruh perasaan kepadanya. Bahkan ilmu pelet yang Pak Parlin berikan seperti tidak berfungsi kepada Angga. "Siapa wanita yang sedang berbicara dengan Angga itu?" guman Siska saat melihat Angga sedang bercakap dengan seseorang yang berada di ujung jalan. Dengan langkah cepat Siska menghampiri Angga. "Mas Angga!" Siska melirik sinis pada wanita yang berdiri di depan Angga. "Siska!" Angga melirik kecil pada Siska yang berdiri mensejajarnya. "Siapa dia, Mas!" bisik Siska mendekatkan bibirnya ke telinga Angga. Namun ekor matanya melirik pada wanita yang ada di hadapan Angga. "Dia orang baru di kampung ini. Dia mau nanya kontra
Read more

Bab 107

"Malam ini adalah malam tumbal berikutnya. Kamu harus memancing Siska keluar dari rumah ini karena aku tidak mau mengambil terlalu banyak resiko," cetus Pak Parlin menatap tajam pada Yuda. "Kenapa tidak di sini saja?" cetus Yuda. "Yud, kamu harus menurut dengan perkataanku. Tidak mungkin kita menghabisi Siska di rumah ini. Kecuali kamu ingin semua teman-temanmu itu mencurigai kita dan kamu akan tahu apa akibatnya setelah itu," Pak Parlin bangkit, menatap pada Yuda dengan rahang mengeras. Yuda menghela nafas panjang. "Aku harus menuruti permintaan Om Parlin. Jika tidak, dia pasti akan curiga padaku!" batin Yuda. Wajah lugu lelaki itu telinga berpikir._____ Ting! Ponsel yang berada di samping laptop Siska berbunyi. Sekilas gadis itu melirik pada layar ponsel yang menampakkan nama Angga sebagai pengirim pesan. Bergegas Siska pun meraih benda pipih miliknya dengan tidak sabar
Read more

Bab 108

"Selamat pagi, kami dari kepolisian membawa surat penangkapan kepada saudara yang bernama Angga," tutur Polisi membuat Angga seketika tercekat. Begitu juga dengan Zaki dan Dimas. "Penangkapan? Penangkapan atas kasus apa, Pak?" Angga tercekat. Wajah dengan bulu halus di sekitar rahang itu nampak menegang bercampur bingung. Salah satu polisi menyodorkan sebuah kertas kepada Angga. Dengan segera Angga membaca isi surat penangkapan atas dirinya itu. "Apa? Aku benar-benar sama sekali tidak melakukan kejahatan itu, Pak!" cetus Angga penuh keyakinan. "Tapi, dari barang bukti yang kami temukan di tempat kejadian, anda sempat mengirimkan pesan pada saudara Siska untuk datang ke TKP," debat polisi. "Tidak, Pak, tidak! Sudah beberapa hari ini ponsel saya tiba-tiba menghilang, jadi saya tidak mungkin melakukan hal itu!" Angga mencoba membela dirinya sendirinya sendiri. S
Read more

Bab 109

Huf! Pak Parlin menghela nafas panjang. Berjalan masuk ke dalam mobilnya diikuti Yuda yang nampak kelelahan. Pemuda itu mengempeskan kasar tubuhnya pada bangku di samping kemudi. "Om, Yakin jika mereka akan aman berada di tempat itu?" Yuda menoleh ke arah Pak Parlin yang duduk di bangku kemudi. "Kamu tenang saja, mereka pasti akan aman di sana dan mereka tidak akan pergi kemana pun!" balas Parlin berfokus pada jalanan yang berada di depan mobil.  Gerimis perlahan mulai turun membasahi kaca depan mobil. Benda pajang itu bergerak ke kiri dan ke kanan membasuh percikan gerimis yang membuat padangan meramun. Sekali Pak Parlin menyalakan lampu jarak jauh dan mengedipkan untuk memastikan jalanan tidak terlalu licin. "Dengan seperti ini semuanya pasti akan aman. Tidak akan ada lagi yang menunggu persembahan kita dan sebentar lagi kita akan menjadi orang paling kaya raya, Yud!" Pak Parlin menarik kedua
Read more

Bab 110

Wajah wanita yang mengenakan kerudung coklat itu tergugu. Beberapa kali ia menyeka sudut matanya yang basah. Sementara seorang lelaki bertubuh tambun yang mengenakan kacamata sedang bercakap-cakap dengan Pak Parlin. "Saya benar-benar tidak menyangka jika Angga dapat melakukan hal senekat itu kepada Siska." Lelaki bertubuh tambun itu menghela nafas panjang. "Saya sangat kecewa dengan Angga!" tutur lelaki yang tidak lain adalah dosen para mahasiswa yang berasal dari Jakarta itu. "Saya sendiri juga tidak menyangka jika Angga akan melakukan hal senekat itu kepada temannya sendiri, Pak!" imbuh Pak Parlin memasang wajah sedih. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. "Lalu bagaimana dengan Rani, bagaimana bisa dia menghilang?" Lelaki bertubuh tambun yang memakai kacamata itu menatap pada Yuda dan Pak Parlin bergantian. Lelaki bertubuh sedang dengan gaya rambut klimis itu menggeleng lemb
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status