Semua Bab Sang Pemburu Bayangan: Bab 1 - Bab 10

25 Bab

Andi

Kota ini menjadi tempat pecahnya bentrokkan saat Reformasi 98. Kota ini juga menjadi saksi bisu menghilang beberapa orang aktivis pada saat itu. Sepuluh tahun berlalu, kota ini telah menjelma menjadi kota yang maju. Dan kenangan kelam masa itu telah terkubur bersama runtuhnya rezim saat itu. Di pagi yang cerah itu, Andi sedang bersiap untuk berangkat kuliah. Dengan motornya, dia melewati gang yang cukup sempit di samping kosnya untuk pergi ke kampus. Andi merupakan anak seorang aktivis sekaligus penulis terkenal yang bernama Irwan. Sedangkan, Ibunya adalah seorang reporter dan jurnalis. Dia dibesarkan di lingkungan perkotaan yang cukup keras. Sehingga, membuatnya memiliki pola pikir yang kritis dan terbilang Apatis. Andi mengambil jurusan S-1 Ilmu Pemerintahan di kampus itu. Dia memiliki cita-cita menjadi seorang diplomat dan aktivis yang handal seperti ayahnya. kemahiran berdiplomasi dan pemikirannya yang kritis telah diakui oleh dosen dan
Baca selengkapnya

Sesuatu yang mencurigakan

Keadaan kampus saat itu masih ramai, hal ini karena sekarang baru pukul 15.15. Dengan mobil Jazznya, Taufik meluncur bersama Andi dan Wahyu ke rumahnya. Rumah Taufik berada di kawasan perumahan militer yang tak jauh dari kampus itu. Setelah beberapa menit, Taufik menghentikan laju mobilnya dan memarkirnya di depan sebuah rumah yang cukup besar dan mewah.   Setelah itu, Taufik berkata "Ayo masuk! Langsung ke kamar aja, bokap ama nyokap gue juga lagi ga ada." Andi dan Wahyu mengikutinya untuk masuk ke dalam rumah itu. Kemudian, Taufik langsung membawa mereka untuk masuk ke kamarnya dan dia berkata "Pake aja apa yang ada di sini, bebas kok!". Mereka berdua serempak menjawab "Oke bosque!"   Kamar Taufik memang cukup besar dan memiliki fasilitas yang lengkap di dalamnya. Hal ini tidak mengherankan, karena dia adalah anak seorang perwira tinggi di kemiliteran negara.   Ayahnya dulu sebenarnya ingin mema
Baca selengkapnya

Terbunuhnya Pak Rektor

Andi melirik ke kolong meja itu, dan menemukan mayat pak Rektor yang bersimbah darah. Lehernya robek seperti habis di gorok dengan golok. Melihat itu semua, pak Kastan dan Andi berlari keluar untuk mencari pertolongan. Haa....! Teriak pak Kastan sambil terus berlari.   Kampus yang tadinya sepi, sekarang ramai kembali. Para wartawan, mahasiswa, dosen, polisi dan masyarakat setempat mengerumbungi tempat kejadian. Ini adalah pertama kalinya pembunuhan dalam sepuluh tahun terakhir ini. Motif dibalik pembunuhan ini juga belum terungkap. Polisi juga sedang mengembangkan kasus ini.   Andi dan pak Kastan yang melihat kejadian itu tidak luput dari pantauan media. Mereka menanyakan berbagai hal terkait dengan kejadian itu. Setelah selesai diminta keterangan, Andi pulang ke kosnya. Dia memarkir si Jack di parkir kosnya. Kemudian, dia naik ke atas untuk menuju kamar kosnya.   Ternyata, di atas sudah ada Wahyu dan
Baca selengkapnya

Teman-temannya ikut menginap

Kemudian, Taufik menelpon ibunya untuk meminta izin. Karena jika meminta izin dengan ayahnya, pasti tidak diizinkan. Dan akhirnya Taufik diizinkan untuk menginap.   Setelah itu, Andi meminta izin kepada mereka untuk mandi. "Gue mandi dulu ya, gue belum mandi dari tadi sore!" "Emang enggak papa mandi jam segini?" Taufik bertanya sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21.50. "Ya enggak papa lah, gue juga sering mandi jam segini!" celetuk Wahyu menanggapi pertanyaan Taufik. Andi menjawab "Ya enggak bagus sih sebenarnya! Tapi badan gue gatal, dan enggak enak kalo tidur belum mandi." "Nah, dengerin tu Yu, enggak baik! Ini Andi cuma karena terpaksa aja harus mandi pukul segini" Taufik memandang Wahyu, matanya seolah-olah menasehatinya. "I-iya gue tau, gue juga terpaksa!" desah Wahyu dengan nada rendah. "Terpaksa kenapa lo?" sahut Taufik kembali bertanya. "I-iya terpaksa, terpaksa karena n
Baca selengkapnya

Di kampus

Kemudian, ekonomi negara kita berangsur-angsur membaik sampai sekarang. Namun, jauh sebelum peristiwa Reformasi itu terjadi, telah banyak aktivis dan para kritikus pemerintahan yang hilang entah ke mana?. Tak ada satupun dari mereka yang terdengar kabarnya sampai sekarang. Pemerintah saat itu juga seakan-akan tutup mulut dan telingga terhadap kasus itu. Mendengar penjelasan dari pak Syariffudin itu, sebenarnya Andi sangat ingin bertanya. Namun, mulutnya seakan terkunci oleh hatinya yang berkata tidak. Tak lama berselang, ada salah satu mahasiswa yang bertanya begini. "Kalau memang begitu, kemungkinan pak Rektor kita yang telah terbunuh itu ada hubungannya dengan kejadian itu?. "Karena di tempat kejadian ditemukan barang bukti berupa sobekkan koran yang berisi tentang hilangnya para aktivis Reformasi itu."   Pak Syariffudin tidak langsung menjawabnya. Huu.... Beliau menghela nafas panjang dan berkata "Kemungkinan se
Baca selengkapnya

Kritisnya pemikiran Andi

"Itu memang benar! "Karena tidak mungkin masyarakat melakukan hal seperti itu jika mereka masih percaya dengan pemerintah. Hal ini sama dengan ketika dua orang pacaran, mereka akan berpisah ketika salah satu atau keduanya sudah memiliki rasa tidak percaya," jawab pak Ibnu Sabil sambil melogikakan jawabannya.   Kemudian, Andi bertanya lagi, "Hal apa yang bisa menyebabkan masyarakat tidak percaya lagi kepada pemerintah Dan langkah terbaik apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menangani kasus hilangnya kepercayaan ini?"   Pertanyaan itu sedikit membuat pak Ibnu Sabil mengernyitkan dahinya. Ini merupakan pertanyaan yang bagus dan berbobot untuk dijawab.   Kemudian, dia menarik nafas panjang dan menjawabnya. "Banyak hal yang bisa membuat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah itu hilang. "Pertama, perbedaan visi & misi antara pemerintah dan masyarakat. Kedua,
Baca selengkapnya

Terjadi pembunuhan lagi

Norma yang ditanya seperti itu, sekali lagi mematung. Sebenarnya Norma ingin mengatakan bahwa Andi tidak perlu minta maaf, karena Andi tidak salah. Namun, perasaan kagum yang dia miliki, membuatnya tak bisa berkata apa-apa, jika berhadapan langsung dengan Andi. Wajah Andi terlihat bingung dengan tingkah laku Norma sekarang ini. Karena yang dia tahu, bahwa gadis ini biasanya sangat anggun dan berwibawa. Namun, kali ini terlihat seperti kebalikannya.   Taufik yang terlalu lama menunggu di luar, kembali masuk ke kelas itu. Dia tercengang melihat Norma memegang tangan Andi. Namun, semua itu tak berselang lama, karena Taufik ditarik kembali keluar oleh Wahyu. Wahyu berbisik, "Jangan diganggu!" "Oke!" jawab Taufik singkat.   Sementara itu, Norma masih saja diam sambil terus memegang tangan Andi. Andi yang merasa tidak enak dengan teman-temannya, melepaskan tangan Norma yang memegang tangannya. Kemudian, seka
Baca selengkapnya

Berdebat soal pembunuh

"Ya enggak mungkinlah!" sahut Wahyu cepat. "Tapi, Kan! Kita baru aja ngeliat beliau di sana, kejadian di kampus kemaren beliau juga ada." Taufik menyakinkan kedua sahabatnya itu. "Iya! ... Tapi! Mana mungkin beliau bisa keluar dengan santai, seperti kata Andi tadi!" sahut Wahyu dengan wajah seriusnya. "Ya mungkin aja, Kan! Kita juga enggak tau pastinya," jawab Taufik lagi. "Makanya! Kalo ga tau pastinya, enggak usah nuduh orang kaya gitu!" Wahyu kembali membantah pendapat Taufik. Taufik terdiam sebentar, kemudian dia berkata "Lo kenapa diam aja dari tadi, Ndi?" Sambil menatap Andi yang masih menonton tv. Dengan menarik nafas panjang, Andi menjawab "Ya! gimana gue mau ngomong, lo berdua ribut kaya anak kecil!" Hehe!" Mereka berdua sedikit nyengir mendengar itu. "Jadi! Gimana menurut lo, Ndi?" Taufik bertanya dengan wajah serius. "Ya! Kalo menurut pendapat gue sih, lebih baik kita tunggu du
Baca selengkapnya

Andi menengahi perdebatan temannya

Namun, saat dia berpaling, dia melihat bahwa berita di tv juga memberitakan tentang temuan rekaman cctv itu. Andi dan Taufik juga segera mengalihkan pandangannya ke tv itu. Dengan serius, mereka memperhatikan berita itu. Dan dalam berita itu, polisi juga mengkonfirmasi bahwa pelaku yang melakukan percobaan pembunuhan di toko itu merupakan orang yang sama dengan pelaku pembunuhan rektor di Universitas Jaya Masa kemarin.   Namun, sayangnya polisi belum menemukan motif sesungguhnya dari dua kejadian ini. Dugaan sementara, bahwa ini merupakan sebuah balas dendam. Polisi juga akan mencari tahu hubungan dari kedua korban ini. Dan polisi berjanji akan mengusut kasus ini sampai tuntas agar terciptanya rasa aman di masyarakat.   Berita terbaru itu, membuat Taufik semakin yakin bahwa pelakunya adalah pak Kastan. Sedangkan, Andi dan Wahyu masih memperhatikan berita itu sampai habis "Enggak gue sangka, pelakunya sama dengan pelaku pembun
Baca selengkapnya

Pulang ke kampung

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 17.20. Andi dan Wahyu bersiap-siap untuk pulang. Mereka berpamitan kepada Taufik dan kedua orang tuanya.  Wahyu hari ini pulang diantar oleh Andi. Dengan motor CB150Rnya, Andi meluncur ke rumah Wahyu. Hilir mudik kendaraan terasa sangat padat. Karena ini merupakan jam pulang kantor semua orang. Sesaknya kota semakin terasa ketika pemandangan rumah-rumah kumuh di sekitar TPA mulai terlihat. Semakin jauh masuk kedalam, semakin terlihat tumpukan-tumpukan sampah yang menggunung bagaikan semeru. Para bocah-bocah pemulung masih berhamburan mengais tumpukan-tumpukan sampah itu. Hahaha.. hehehe.. hihihi.. Suara canda tawa mereka, membuat hati siapa saja yang mendengarnya akan bergetar menyedihkan. Kebahagian yang mereka gambarkan ditengah kehidupan mereka yang serba kesusahan, menampar setiap wajah orang-orang berduit yang selalu mengeluh dengan keadaan. Namun sayang, secercah kehidupan masa depan yang mereka dambakan hanya menjadi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status