Home / Lain / Sang Pemburu Bayangan / Terjadi pembunuhan lagi

Share

Terjadi pembunuhan lagi

Author: Andi_At98
last update Last Updated: 2021-09-10 00:11:16

Norma yang ditanya seperti itu, sekali lagi mematung. Sebenarnya Norma ingin mengatakan bahwa Andi tidak perlu minta maaf, karena Andi tidak salah. Namun, perasaan kagum yang dia miliki, membuatnya tak bisa berkata apa-apa, jika berhadapan langsung dengan Andi. Wajah Andi terlihat bingung dengan tingkah laku Norma sekarang ini. Karena yang dia tahu, bahwa gadis ini biasanya sangat anggun dan berwibawa. Namun, kali ini terlihat seperti kebalikannya.

Taufik yang terlalu lama menunggu di luar, kembali masuk ke kelas itu. Dia tercengang melihat Norma memegang tangan Andi.

Namun, semua itu tak berselang lama, karena Taufik ditarik kembali keluar oleh Wahyu.

Wahyu berbisik, "Jangan diganggu!"

"Oke!" jawab Taufik singkat.

Sementara itu, Norma masih saja diam sambil terus memegang tangan Andi.

Andi yang merasa tidak enak dengan teman-temannya, melepaskan tangan Norma yang memegang tangannya.

Kemudian, sekali lagi Andi mengucapkan "Maaf aku harus pergi!" kepada Norma sambil berjalan meninggalkannya.

Norma yang mendengar itu, hanya bisa menjawab "iya!"

Sambil menengadahkan sedikit pandangannya kepada Andi yang telah pergi.

Setelah itu, Andi menghampiri Wahyu dan Taufik yang sudah menunggunya di luar.

"Ayo pulang!" ajak Andi kepada teman-temannya.

Taufik yang penasaran bertanya, "Udah selesai urusan lo sama Norma?"

"Urusan apa?" jawab Andi keheranan.

Taufik menyahut, "itu-"

"Ssstt Normanya lewat!" potong Wahyu memberi tahu mereka.

Norma yang lewat di depan mereka menyapa, "Duluan ya semuanya!"

Sambil matanya melirik sedikit ke arah Andi dan kembali menunduk.

"Iya, silahkan!" jawab mereka bertiga dengan ramah.

Setelah Norma lewat, Taufik tidak meneruskan kata-katanya yang sempat terpotong tadi. Namun, dia langsung mengajak Andi dan Wahyu ke rumahnya. Karena hari ini, Ayah dan ibunya akan pulang dari luar kota. Biasanya, setiap ayahnya pulang, mereka bertiga selalu mendapatkan oleh-oleh.

Namun, kali ini Andi tidak ikut dengannya naik mobil. Karena Andi ingin pulang ke kos dulu sebentar. Dan akan menyusul nanti.

Diperjalanan pulang, Taufik dan Wahyu melihat pak Kastan menuju sebuah toko alat musik. Mereka hanya tersenyum, dan pak Kastan yang melihat mereka tersenyum membalasnya dengan senyuman khas beliau. Setelah itu beliau masuk ke dalam toko itu. Dan mereka melanjutkan perjalanannya.

Lima belas menit kemudian, mereka berdua telah sampai. Terlihat ada sebuah mobil mewah yang terparkir di depannya. Melihat itu Taufik kegirangan berlari masuk ke dalam rumahnya. Didalam rumah, Ayah dan Ibunya telah menunggu.

Ayahnya bertanya, "Mana Andi dan Wahyu?".

"Itu Wahyu!" tunjuk Taufik ke arah Wahyu yang baru saja sampai ke ruang tengah itu.

Walaupun, Wahyu sudah ada di situ, Mata Ayahnya seperti masih mencari sesuatu.

Namun, sebelum Ayahnya bertanya, Taufik memberitahu "Andi masih dijalan, dia enggak ikut kami! Tadi katanya mau ke kos dulu sebentar."

"Ohh.. ya sudah kalau begitu, itu ada oleh-oleh buat kalian!" sahut Ibunya sambil menunjuk tiga buah _body bag_ yang berada di depannya.

Wajah Taufik tampak bersinar melihat oleh-oleh itu.

Kemudian, dia dan Wahyu berterima kasih kepada ayah dan ibunya. Setelah itu, dia bersama wahyu pergi menuju kamarnya.

Dua pulu menit kemudian, Andi sampai ke rumah Taufik. Di mengetuk pintu dan mengucap salam. Bi Ijah pembantu Taufik membukakan pintu dan menyuruh Andi untuk masuk. Di dalam ayah dan ibu Taufik menyambutnya dengan ramah. Setelah itu, Andi meminta izin kepada mereka untuk masuk ke kamar Taufik.

Didalam kamar, Taufik dan Wahyu lagi asik menonton tv. Kemudian, Andi ikut menonton tv bersama mereka. Tak lupa juga, Taufik menyerahkan oleh-oleh yang diberikan orang tuanya tadi kepada Andi. Isi dari oleh-oleh tersebut ternyata dua potong kain Sasirangan khas Bandarmasih. Setelah itu, Andi menyimpan dua potong kain itu kedalam tas yang dia bawa sambil mengucapkan terima kasih.

Kemudian, Andi memulai pembicaraan "Tadi aku di jalan melihat pak Kastan membeli sebuah gitar."

"Oh ya, mungkin beliau mau nostagia masa muda dulu," sahut Wahyu sambil tertawa.

"Bisa jadi!" sahut Andi kembali.

"Atau mungkin beliau mau ngerayu cewek sambil main gitar kaya lo, Ndi!" kata Taufik sembarangan sambil ikut tertawa.

"Hus! Enggak boleh kaya gitu, nanti kwalat lo! Emang lo mau langsung tua kaya beliau?"

Wahyu berkata dengan wajah serius.

Namun, semuanya bunyar karena dia juga tertawa setelah mengucapkan itu.

"Heleh lo, sok bijak!" celetuk Taufik dengan nada kesal.

Pembicaan mereka tiba-tiba terhenti, saat acara di tv memberitakan tentang percobaan pembunuhan yang baru saja terjadi. Saat media tv itu menyorot tempat kejadian, mereka semua terperangah dan saling memandang satu sama lain. Dari keterangan reporter di lapangan korban adalah seorang kakek-kakek pemilik toko alat musik. Korban diiris kedua daun telinganya dan salah satu telinganya sempat ditusuk oleh pelaku. Dan dari keterangan saksi mata, pelaku menggunakan jubah hitam dan bertopeng.

Kemudian, Taufik berkata "Bukan tempat itu merupakan toko alat musik yang didatangi oleh pak Kastan tadi?"

Sambil memandang ke arah Wahyu.

"Iya benar, memang itu tempatnya" jawab Wahyu sambil meneguk air liurnya.

"Aku juga tadi melihat pak Kastan baru keluar dari sana!"

Andi menyahut dengan wajah yang serius.

Dengan wajah yang sedikit takut, Taufik berkata "Jangan-jangan pak Kastan ...."

Related chapters

  • Sang Pemburu Bayangan   Berdebat soal pembunuh

    "Ya enggak mungkinlah!" sahut Wahyu cepat. "Tapi, Kan! Kita baru aja ngeliat beliau di sana, kejadian di kampus kemaren beliau juga ada." Taufik menyakinkan kedua sahabatnya itu. "Iya! ... Tapi! Mana mungkin beliau bisa keluar dengan santai, seperti kata Andi tadi!" sahut Wahyu dengan wajah seriusnya. "Ya mungkin aja, Kan! Kita juga enggak tau pastinya," jawab Taufik lagi. "Makanya! Kalo ga tau pastinya, enggak usah nuduh orang kaya gitu!" Wahyu kembali membantah pendapat Taufik. Taufik terdiam sebentar, kemudian dia berkata "Lo kenapa diam aja dari tadi, Ndi?" Sambil menatap Andi yang masih menonton tv. Dengan menarik nafas panjang, Andi menjawab "Ya! gimana gue mau ngomong, lo berdua ribut kaya anak kecil!" Hehe!" Mereka berdua sedikit nyengir mendengar itu. "Jadi! Gimana menurut lo, Ndi?" Taufik bertanya dengan wajah serius. "Ya! Kalo menurut pendapat gue sih, lebih baik kita tunggu du

    Last Updated : 2021-09-13
  • Sang Pemburu Bayangan   Andi menengahi perdebatan temannya

    Namun, saat dia berpaling, dia melihat bahwa berita di tv juga memberitakan tentang temuan rekaman cctv itu. Andi dan Taufik juga segera mengalihkan pandangannya ke tv itu. Dengan serius, mereka memperhatikan berita itu. Dan dalam berita itu, polisi juga mengkonfirmasi bahwa pelaku yang melakukan percobaan pembunuhan di toko itu merupakan orang yang sama dengan pelaku pembunuhan rektor di Universitas Jaya Masa kemarin. Namun, sayangnya polisi belum menemukan motif sesungguhnya dari dua kejadian ini. Dugaan sementara, bahwa ini merupakan sebuah balas dendam. Polisi juga akan mencari tahu hubungan dari kedua korban ini. Dan polisi berjanji akan mengusut kasus ini sampai tuntas agar terciptanya rasa aman di masyarakat. Berita terbaru itu, membuat Taufik semakin yakin bahwa pelakunya adalah pak Kastan. Sedangkan, Andi dan Wahyu masih memperhatikan berita itu sampai habis "Enggak gue sangka, pelakunya sama dengan pelaku pembun

    Last Updated : 2021-09-13
  • Sang Pemburu Bayangan   Pulang ke kampung

    Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 17.20. Andi dan Wahyu bersiap-siap untuk pulang. Mereka berpamitan kepada Taufik dan kedua orang tuanya. Wahyu hari ini pulang diantar oleh Andi. Dengan motor CB150Rnya, Andi meluncur ke rumah Wahyu. Hilir mudik kendaraan terasa sangat padat. Karena ini merupakan jam pulang kantor semua orang. Sesaknya kota semakin terasa ketika pemandangan rumah-rumah kumuh di sekitar TPA mulai terlihat. Semakin jauh masuk kedalam, semakin terlihat tumpukan-tumpukan sampah yang menggunung bagaikan semeru. Para bocah-bocah pemulung masih berhamburan mengais tumpukan-tumpukan sampah itu. Hahaha.. hehehe.. hihihi.. Suara canda tawa mereka, membuat hati siapa saja yang mendengarnya akan bergetar menyedihkan. Kebahagian yang mereka gambarkan ditengah kehidupan mereka yang serba kesusahan, menampar setiap wajah orang-orang berduit yang selalu mengeluh dengan keadaan. Namun sayang, secercah kehidupan masa depan yang mereka dambakan hanya menjadi

    Last Updated : 2021-09-16
  • Sang Pemburu Bayangan   Puisi mencurigakan

    Setelah itu, Bi Lida menghantarkan kopi yang dibuatnya bersama dengan beberapa potong kue yang baru dibuatnya. "Bagaimana kuliah kamu, Ndi?" tanyanya kepada Andi. "Baik-baik aja, Bi!" sahut Andi sambil memegang gelas kopinya. "Oh iya! Ibu kemana, Bi?" Andi bertanya sambil memperhatikan rumahnya yang terlihat sunyi itu. "Ibumu lagi pergi ke kantor, ada rapat mendadak katanya" jawab Bi Lida. "Oh iya, Katanya di kota ada pembunuhan misterius ya?" tanya Bi Lida penasaran. "Iya Bi! Sudah dua orang yang menjadi korbannya, salah satunya rektor kami di kampus" jawab Andi sambil mengambil kue dihadapannya. "Kenapa bisa begitu? tanya Bi Lida kembali. "Kami juga tidak tahu! Sampai hari ini kasus itu belum terpecahkan, polisi juga masih berusaha mengungkapnya" jawab Andi. "Oh.. mudah-mudahan pelakunya bisa cepat tertangkap ya! Dan negara kita kembali aman" sahut Bi Lida. "Aamiin!" jawab Andi singkat.

    Last Updated : 2021-09-16
  • Sang Pemburu Bayangan   Makan bersama keluarga

    Andi dan Candra berjalan menuju rumah.Dari jauh mereka sudah mencium bau harum yang khas.Kemudian, mereka berdua berlari sambil berteriak "Sambal Petai!" dengan cukup keras. Dan benar saja, setelah mereka sampai di meja makan.Mereka melihat sambal petai yang baru saja dimasak dan masih mengeluarkan kukus diatasnya.Candra langsung duduk di kursi makan. Sedangkan Andi terlebih dahulu mencuci tangannya. "De! Lupa?" tanya Andi. Candra menoleh dan berkata "Oh.. iya!" sambil mendekati Andi. Setelah selesai mencuci tangan, mereka duduk dan bersiap untuk makan. Namun, sebelum mereka mulai makan. Kreeekk...! Pintu rumah terbuka dan ternyata itu ibu mereka. "Nah pas banget!" ucap Bi Lida. "Hari ini kerjaan banyak! Esok harus berangkat ke kota Tanjung Puri buat meliput berita," keluh Ibunya. "Esok anterin Ibu ke kota ya, Nak!" pinta Ibunya. "Iya, Bu!" jawab Andi. Mende

    Last Updated : 2021-09-17
  • Sang Pemburu Bayangan   Sesuatu yang ditutup-tutupi

    Jreng! Genjreng! Suara gitar yang sedang Candra mainkan memecah kesunyian malam. Petikan nada mengalir bagaikan alunan angin yang menghanyutkan. Alunan melodi tanpa lirik itu semakin sempurna dengan senandung dari Andi yang berjalan mendekat. Sebuah lagu kangen mengalun dengan lembut yang membuat pendengarnya merasakan rindu yang tak tertahankan. Candra yang mendengar senandung dari Abangnya itu juga terlihat tersenyum. Sebuah lagu telah habis dinyanyikan. Kemudian, Andi berkata "Semakin jago saja kamu main gitarnya!" Sambil tersenyum kepada candra. "Tidak juga Bang! Masih kalah sama Abang," jawab Candra sambil meletakkan gitarnya. "Tidak usah merendah!" sahut Andi singkat. Candra hanya tersenyum dan bertanya, "Bawa apa tuh Bang?" Menunjuk bungkusan plastik yang dibawa Andi. "Ini martabak buat kamu." Andi memberikan bungkusan itu kepada Candra. "Nah! Pas nih Bang." Candra segera me

    Last Updated : 2021-09-24
  • Sang Pemburu Bayangan   Telpon dari orang misterius

    Setelah selesai makan, mereka kembali ke kamar masing-masing. Candra kembali ke kandang ayamnya di belakang.Andi merebahkan badannya dan bersiap untuk tidur. Namun, saat dia ingin memejamkan matanya. Hpnya berbunyi dan setelah diangkat ternyata itu dari Taufik.Taufik bertanya, "Lo lagi dimana?""Gue lagi di kamar," sahut Andi singkat."Ini gue sama Wahyu di depan kos lo," kata Taufik memberitahunya."Ngapain?" tanya Andi sambil duduk."Seperti biasa! Kita mau ngajak lo nongkrong di cafe," ajak Taufik."Gue lagi di rumah, Bro!" jawab Andi sedikit tertawa."Kamprett lo! Tadi lo bilang di kamar," sahut Taufik sedikit kesal."Iya gue dikamar, tapi kamar di rumah!" Andi berusaha menahan tawanya."Heleh! Ya udah gue cabut aja kalo gitu!" jawab Taufik sedikit marah."Jangan gitu dong, Bos!" Andi mencoba menenangkan Taufik."Sini biar gue yang ngomong," suara bisik-bisik wahyu terdengar.

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Pemburu Bayangan   Ulang tahun Norma

    Andi merebahkan dirinya di kasur. Merasa bosan dengan kesunyian yang ada, Andi bangun dan duduk di depan tvnya. Andi segera menghidupkan tv dan menontonnya. Tak lupa juga secangkir kopi dan beberapa potong kue kering di hadapannya. Beberapa film kartun animasi yang tayang di tv menemaninya hari minggunya yang terasa membosankan. Setelah film-film kartun animasi itu berakhir, beberapa acara berita menghiasi berbaga channel di tv.Andi sudah merasa bosan dan ingin mematikan tvnya. Akan tetapi, niatnya terhenti setelah seorang pembawa acara memberitakan bahwa ada penemuan baru mengenai salah satu pembunuhan kemarin. Andi yang sudah dalam posisi rebahan kembali bangun dan duduk sambil memperhatikan berita itu dengan serius. Dari keterangan reporter yang berada di lapangan, polisi baru saja menemukan sebuah rekaman cctv yang telah terhapus dari toko itu. Diri rekaman cctv itu terlihat seseorang yang datang untuk membeli gitar. Setelah orang itu pergi, tak berapa lama

    Last Updated : 2021-10-19

Latest chapter

  • Sang Pemburu Bayangan   Kembali ke Kampus

    Wahyu hanya mengelengkan kepalanya."Lo tahan Andi bentar ya!" ucap Wahyu sambil berlari."Lo mau kemana?" tanya Taufik kaget dan penasaran."Udah jagain aja dulu!" teriak Wahyu yang mulai menjauh.Taufik tidak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung mengunci Andi agar tidak bisa bergerak lagi.Beberapa kali tangan Andi memukul badan Taufik, tetapi Taufik pantang menyerah dan sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada Andi."Cepetan dong Yu!.." teriak Taufik yang sudah hampir mencapai batasnya.Beberapa saat kemudian Wahyu muncul dengan sebuah ember ditangannya."Lo, lo mau ngapain?" tanya Taufik.Tanpa mendengar kata-kata Taufik dan tanpa ragu-ragu dia langsung membalikkan air di ember itu pada Taufik dan Andi.Taufik hanya pasrah ketika air itu membasahi tubuhnya. Namun, Andi yang tadi dikuncinya kembali sadar."Apa-apaan lo?" teriak Andi dengan nada marah."Lo tuh yang apa-apaan!" balas

  • Sang Pemburu Bayangan   Ganjil

    Andi masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari buku itu. Tatapannya tetap tajam dan penuh pertanyaan. Andi kembali meletakkan cangkir kopinya dan beberapa kali membolak-balik buku itu. Dari setiap lembar buku, wajah Andi selalu berubah tidak menentu. "Dari mana kalian dapet ini?" tanya Andi. Mereka berdua menatap sebelum menjawab. "Lo aja yang jawab Yu!" Lempar Taufik kepada Wahyu. Wahyu menggangguk lalu menjelaskan semuanya. Huuh!....Andi menghembuskan napas lega setelah itu. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang dia pikirkan. "Lo kenapa, Ndi?" tanya Taufik yang terlihat penasaran. "Enggak apa-apa," jawab Andi sambil tersenyum. Taufik segera merajut alisnya mendengar jawaban Andi itu. Matanya semakin tajam menatap Andi. Tiba-tiba Taufik bertanya, "Lo serius?""Iya gue serius!" jawab Andi cepat. Wahyu yang melihatnya hanya bisa mengelengkan kepalanya. Dia tahu pasti banyak pemikiran di kepala Andi. Dan analisisnya di setiap masalah pasti mendalam dan kri

  • Sang Pemburu Bayangan   Sebuah Penemuan

    Setelah Andi masuk beberapa ratus meter, barulah Andi dapat melihat kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam. Ada sebuah garis polisi yang terbentang mengelilingi sebuah tumpukkan sampah. Di dekat garis polisi itu, ada ambulan yang tadi ditemui Andi waktu di jalan. Ambulan itu dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Di sekitaranya banyak para wartawan yang mengerumbungi ambulan itu.Para wartawan itu terlihat sangat bersemangat dalam melakukan itu. Karena sejatinya mereka sadar bahwa ini adalah sebuah berita besar. Berita yang bisa membuat rating mereka naik.Dengan semangat seperti itu, ada beberapa orang dari mereka yang berani menerobos ke dalam penjagaan polisi. Para polisi pun bertindak untuk menahan mereka. Para polisi itu juga sadar betul privasi yang dimiliki orang yang di dalam perlindungannya. Hal ini membuat para kepolisian itu sangat tegas tanpa ampun kepada para wartawan yang tidak mematuhi perintah mereka. Terlihat ada seorang wartawan ya

  • Sang Pemburu Bayangan   Sesuatu di TPA

    Di perjalanan menuju rumah Wahyu, Andi menemukan beberapa keanehan di jalan. Jalanan yang tampak sunyi seketika dipenuhi oleh lalu lalang mobil yang cukup padat. Dan yang paling lucu, mobil-mobil itu seperti hanya menuju satu arah. Andi bertanya dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya terjadi?" Belum sempat dia memikirkan dan menemukan jawaban dari pertanyaannya. Andi dikejutkan dengan sirine dari mobil ambulan yang melaju dengan cepat di belakangnya. Andi segera meminggirkan motornya dari jalan. Kemudian, Ambulan tadi segera lewat di sampingnya. Ambulan itu tidak sendirian, tetapi ada dua buah motor dinas polisi yang mengawal ambulan itu. Andi semakin bingung melihat pemandangan itu. Karena dengan jelas dia melihat bahwa ambulan tadi kosong. Biasanya ambulan yang membunyikan sirine seperti itu membawa pasien atau seseorang yang sangat kritis. "Atau mungkin ambulan itu ingin menjemput seseorang yang sedang kritis? Tet

  • Sang Pemburu Bayangan   Sebuah Artikel

    Andi yang baru sadar segera mengosok-gosok matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing karena terkejut tadi. Samar-samar Andi masih bisa mendengar suara kucing yang sedang berkelahi. Namun suara itu terdengar terus menjauh. Dalam hatinya dia berkata, "Berarti memang suara kucing itu tadi yang ngebangunin gue."Andi menundukkan kepalanya ke bawah dan menemukan layar hpnya yang hidup. Andi memperhatikan dengan jelas dan melihat sebuah chat yang masuk ke dalam hpnya. Andi meraih hpnya dan membuka chat itu. Chat itu dari Taufik yang menanyakan dimana posisinya."Gue di kos," balas Andi.Tidak berapa lama Taufik kembali membalas, "Oke! Gue otw ke sana.""Yoi!" balas Andi singkat.Andi kemudian kembali meletakkan hpnya di depannya. Matanya kembali ke komputernya, dia kembali mencari-cari sesuatu di mesin pencarian yang mungkin dapat membantunya. Setelah beberapa kali menscroll, Andi akhirnya menemukan sebuah situs yang sedikit an

  • Sang Pemburu Bayangan   Mimpi

    Di kamar kosnya, Andi kembali membuka beberapa buku yang di bawanya dari rumahnya kemarin. Andi membaca buku-buku lama itu dan menemukan beberapa hal yang menarik. Namun, sayangnya di buku-buku itu tidak tergambar dengan jelas. Oleh sebab itu, Andi membuka komputernya untuk mencari refensi lainnya yang mungkin dapat membantunya.Sejujurnya Andi masih penasaran dengan kasus dua pembunuhan kemarin. Walaupun keduanya tidak mempunyai keterkaitan seperti yang disampaikan oleh pihak kepolisian, tetapi andi masih belum yakin seratus persen soal itu. Menurutnya polisi terlalu cepat mengambil keputusan mengenai ini, dan akhirnya menjadikan ketajaman mereka sendiri yang berkurang. Seharusnya mereka tidak memberikan stegmen itu kepada masyarakat. Memang, ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menenangkan masyarakat yang sudah mulai panik dengan kejadian kemarin. Akan tetapi, menurutnya ini akan membuat masyarakat kembali terlena.Andi sendiri

  • Sang Pemburu Bayangan   Menggoda Norma

    Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah sebulan berlalu sejak hari itu. Dalam sebulan ini tidak terjadi apapun di kota itu. Pembunuh misterius yang telah mengegerkan beberapa waktu yang lalu seperti menghilang begitu saja. Darah yang ditumpahkannya mungkin sudah kering, tetapi misteri dibalik semuanya masih bergentayangan. Menghantui pikiran-pikiran mereka yang mempunyai masa lalu dengan dirinya. Pagi itu seperti biasa Andi berangkat ke kampusnya. Si Jack sudah menunggu di bawah. Andi menememui si Jack dan segera menghidupkannya. Lima menit kemudian dia sudah sampai di kampusnya. Dan seperti biasa dia terlebih dahulu menemui pak Kastan untuk memberi beliau makanan yang memang sengaja Andi siapkan. "Terima kasih Mas, semoga sukses!" Begitulah doa pak Kastan untuk Andi. Setelah masuk kelas Andi belajar seperti biasanya. Pembelajaran hari ini terasa membosankan bagi Andi. Tidak ada bahasan materi yang menarik perhatiannya. P

  • Sang Pemburu Bayangan   Baper

    Setelah selesai, Andi secara tidak sengaja menanyakan bagaimana perasaan Norma saat ini. Norma yang mendengar itu seketika kembali mematung. Pipinya merah dan matanya tak bisa berkedip. Karena dia menyangka bahwa Andi sedang menanyakan perasaannya selama ini.Andi yang melihat itu kaget, "Nor! Nor! Kamu enggak apa-apa?" tanya Andi sedikit panik."Kamu enggak senang ya, aku ajak ke sini?" sambung Andi sambil menepuk bahu Norma.Dengan replek Norma menjawab, "Iya, aku suka sama kamu!"Andi terkejut sekaligus kaget mendengar jawaban dari Norma tadi.Andi terdiam sebentar memikirkan jawaban Norma tadi. Norma yang sekarang telah sadar meminta Andi untuk melupakan kata-katanya tadi.Dengan sengaja Andi bertanya, "Memangnya kenapa harus dilupain? Tadi kamu jujurkan?" Andi menggoda Norma."Sudah lupain!" Norma memelas."Kok, dilupain?" balas Andi sambil tertawa."Malu, ah!" Norma memalingkan wajahnya."Engga

  • Sang Pemburu Bayangan   Jalan bareng

    Selama di motor, Norma hanya diam membisu. Pipinya memerah dan tambak jelas senyum malu-malu di wajahnya. Untuk mencairkan suasana Andi mengajak Norma untuk mengobrol."Pegangan Nor, Nanti jatoh lo," tegur Andi sambil tersenyum.Tanpa menjawab, Norma langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Andi."Kekencangan, Nor!" canda Andi kepada Norma yang terlihat gugup.Norma terlihat kagok dan segera melepaskan tanggannya dari pinggang Andi."Bercanda, Nor!" ucap Andi sambil tertawa."Pegang aja enggak papa, Kok!" sambung Andi.Norma sedikit bingung, tetapi tangan Andi segera memegang tangan Norma dan membimbing Norma untuk melingkarkan tangannya kembali. Tanpa perlawanan, Norma mengikuti bimbingan Andi itu.Mereka berdua terus melaju dengan motornya. Tak sengaja, dari jauh Andi melihat sebuah pameran mingguan yang masih buka. Andi berinisiatif untuk mengajak Norma mampir sebentar ke sana."Nor, kita mampir ke pa

DMCA.com Protection Status