YANG TAK KASAT MATA

YANG TAK KASAT MATA

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-05
Oleh:  syeli ariesselaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
27 Peringkat. 27 Ulasan-ulasan
25Bab
3.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Dara adalah seorang gadis rantau. Dara tanpa sengaja bertemu dengan seseorang yang ia kenal dari beberapa tahun lalu. Seseorang yang meninggalkan rentetan pertanyaan tak terjawab bagi Dara. Bersama sahabatnya Dara memahami satu-persatu apa yang terjadi dalam hidupnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

TERLUKA SENDIRI

         Akhirnya hujan turun. Setelah hampir seminggu dinanti-nanti, hari ini kota ini basah juga. Memulai pagi diawal Oktober, mengukir senyum di wajah sebagian penduduk kota. Walau aktivitas mereka tak secara langsung bergantung pada air hujan. Entah. Mungkin beberapa dari mereka pecinta hujan. Tapi bagi Dara, hujan ini tak lain sebagai penyejuk kota, penghapus debu-debu hasil aktifitas kota seminggu terakhir. Beruntung ia sampai di halte bus lebih cepat hingga tak harus kehujanan.

         Perjalanan menuju kantor Dara menggunakan bus memakan waktu sekitar 15 menit. Cukuplah untuknya melihat-lihat sekitar, menambah pengetahuannya tentang kota ini, walau dengan rute yang sama setiap hari. Namun selama setahun berada disini, Dara sudah cukup banyak mengetahui tempat-tempat wajib seperti supermarket, warung makan, mall, bahkan pasar terdekat dari kosnya.

         Menjadi anak kos memang bukan hal baru bagi  Andara Prima. Tapi tetap saja setiap tempat baru memerlukan adaptasi yang  apabila tidak dilakukan dengan benar akan berujung pada ketidakbetahan. Sejauh ini Dara tampak berhasil, ditambah lagi aktifitasnya yang sangat padat. Tidak kurang dari 11 jam setiap hari ia habiskan di luar kos kecuali hari Minggu.

***

         Dara sudah duduk dengan santai di depan meja kerjanya sambil menyeruput kopi panas dalam tumblr yang ia bawa sendiri dari kos. Karyawan yang terlihat masih satu dua orang. Matahari baru saja muncul, bercampur dengan dingin sisa hujan setengah jam yang lalu. Suasanapun masih sangat hening. Dengan menghadap jendela besar yang menampilkan langit tanpa terhalang pepohonan atau bangunan lainnya, membuat Dara melamunkan banyak hal. Pekerjaannya dulu,  pilihannya atas perusahaan ini, sampai rencana hidup kedepannya. Tentu saja Dara tak bisa lama-lama memikirkan semua itu karena ia harus segera mulai bekerja.

         “Dara bisa ikut sebentar?”, suara seseorang memecah lamunnya membuat Dara sedikit terkejut         .

         “Ya, Pak.” Dara segera mengikutinya di belakang kemudian masuk ke ruangan manajernya itu.

         Tak berapa lama ia telah duduk kembali di depan meja kerjanya. Kembali menatap jendela besar tadi, dengan wajah yang lebih serius. Kemudian ia berbalik, memilih melanjutkan pekerjaannya.

         Masih dengan wajah yang penuh pikiran Dara mulai mengutak-atik laptopnya. Tiba-tiba ia berhenti. Seperti ada yang memeperhatikannya. Setelah ia menoleh ke samping, benar saja. Seorang lelaki tinggi tengah menatapnya lekat-lekat dengan wajah yang sama seriusnya.

         “Ada apa?” tanya Dara mencoba mencari tahu.

         “Dar,”  lelaki itu mulai berbicara.

         “Hm?” jawab Dara sambil tersenyum.

         “Tidak semua yang terlihat itu seperti yang kau bayangkan,” jawabnya lagi. Raut wajahnya telah berubah, seperti orang melamun. Matanya tak lagi menatap ke wajah Dara.

         Dara kembali tersenyum. Diputarnya kursi kerjanya mencoba menghadap secara sempurna pada lelaki itu.

         “I know. Lantas?” Jawab Dara sambil balas menatap lelaki itu penuh selidik.

         “Ya, jika terlalu sulit untukmu memahami sesuatu, sebaiknya tak usah banyak menyimpulkan. Katakan saja pada dirimu ‘aku juga tidak tahu apa alasannya’,” jawabnya sambil bersandar di dinding menghindari tatapan Dara.

         “Tapi kita diberi akal untuk berpikir, mencari tahu apa yang terjadi.” Sanggah Dara.

         “Dan kita diberi mulut untuk bertanya langsung,” jawabnya cepat.

         “Kalau...” Dara mencoba menyanggah lagi.

         “Kalau tak mungkin ditanyakan, maka diam saja tanpa berasumsi yang tidak-tidak.” Jawabnnya lagi memotong ucapan Dara.

         “Bicara apa kita pagi-pagi begini?” kata Dara sembari memutar kembali kursinya menghadap meja.

         “Cuma kita yang tahu,” kata lelaki itu tersenyum manis. Iapun meninggalkan Dara yang sudah tampak tidak peduli dengan obrolan mereka tadi.

         Leo Andriano—nama lelaki tadi. Kolega Dara di kantor itu. Umur mereka sebaya, lahir di tahun yang sama. Mereka sangat cocok saat mengobrol. Atau yang kita kenal dengan sebutan satu frekuensi. Entahlah, 99 persen orang yang ada di perusahaan itu memang menyukai sastra, karena memang perusahaan mereka adalah penerbitan buku. Namun sastra Dara dan Leo sangat berbeda. Seperti di antara seluruh pecinta musik, Dara dan Leo menyukai genre yang sama dan tentu saja itu sangat menyenangkan untuk keduanya. Walaupun Leo lebih banyak memulai percakapan duluan. Dara memang tidak banyak bicara. Namun dari caranya berbicara dengan Leo, terlihat jelas bahwa ia sangat menikmati pembicaraan itu.

***

         Dara dan Leo menyusuri trotoar menuju halte bus. Sesekali mereka melangkah besar untuk menghindari genangan air hujan yang turun kembali sore tadi. Tak berapa lama kemudian, mereka sudah duduk manis di kursi halte bus.

         “Dar, menurutmu dia tahu tidak perasaanmu waktu itu?” tanya Leo tiba-tiba.

         “Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi kupikir tidak.” Jawab Dara.

         “Dia tahu.”

         “Kau tahu dari mana?”

         “Dia yang memberitahuku.”

         “Dan baru sekarang kau sampaikan?”

         “Memangnya kau pernah bertanya?”

         “Dia menyuruhmu?”

         “Tidak. Aku hanya inisiatif.”

         Beberapa detik hening.

         “Dia tahu perasaanmu. Sampai terakhir kau mencoba menghubunginya dengan nomor baru, dia sangat yakin itu kau.”

         “Dia juga memberitahumu tentang perasaannya?”

         “Tidak.”

         “Masa dia bercerita setanggung itu?”

         “Ya, itulah dia. Dia bercerita seenaknya tanpa menjawab apapun yang orang lain tanyakan setelahnya. Masa kau tidak tahu. Oh iya, kau kan memang tidak terlalu mengenalnya” Jawab Leo.

         “HEI!” Teriak Dara kesal. Leo hanya tersenyum jahil, senang melihat Dara marah.

***

         Bekerja di penerbitan buku adalah pekerjaan yang Dara impi-impikan. Terlebih ia masuk di bidang minat dan bakatnya, divisi penerjemah. Sebagai informasi, saat kuliah Dara tidak mengambil jurusan sastra melainkan administrasi negara. Minatnya di bidang linguistik membuatnya terus-terusan belajar banyak bahasa asing hingga mengantarnya pada satu tekad untuk bekerja sebagai penerjemah. Beberapa bahasa asing yang dipelajari Dara adalah bahasa Inggris, Arab, Korea, dan Jerman. Namun, dari empat bahasa itu Dara paling fasih berbahasa Jerman. Hal itu didorong oleh keinginannya yang suatu saat ingin pergi berjalan-jalan ke Jerman.

         Beruntung penerbit tempat Dara bekerja sekarang benar-benar menilai kemampuan. Kemampuan Dara memang tidak perlu diragukan lagi. Sebelum melamar di penerbit itu, Dara telah aktif sebagai penerjemah lepas bahasa Jerman.

         Sama seperti pekerja baru pada umumnya, senang, gugup, bercampur semangat. Itulah yang dirasakan Dara saat hari pertama mulai bekerja. Tapi perasaan itu tak berlangsung lama setelah akhirnya ia mengetahui bahwa divisi impiannya itu dimanajeri oleh seseorang yang  ia kenal. Seseorang dari sembilan tahun yang lalu. Semangat telah berganti menjadi bingung, bagaimana harus bersikap. Rasa senang juga masih ada, namun lebih karena senang mengetahui orang tersebut masih hidup setelah hampir sepuluh tahun hilang tanpa kabar.

         Saat perkenalan diri di hari pertama itu, untung saja ia ditemani oleh ketua timnya—Pak Bagas, masuk ke dalam ruangan Gio—nama manajer itu. Kalau  tidak, bisa-bisa Dara diam mematung tak tahu harus berucap apa.

         “Dara?” Kata Gio langsung menutup buku yang ia baca.

         “Bapak kenal?” kata Pak Bagas sedikit kaget.

         “Adik kelas saya dulu waktu SMA, Pak.” Kata Gio lagi mencoba terdengar ramah.

         “Dara?” Kata Pak Bagas sambil mengisyaratkan Dara untuk segera memperkenalkan diri.

         Dara tersadar, ia mulai memperkenalkan diri, tak lupa didahului senyum. Ekspresi yang terekam jelas oleh Dara dari Gio ialah ekspresi orang pada umumnya saat bertemu kawan lama. Kaget, kemudian bertanya ini dan itu. Dara menjadi kecewa. Dara tahu bahwa sambutan yang ia dapatkan hari ini sudah lebih dari cukup. Gio mengenalinya, bahkan mengakuinya sebagai adik kelas. Tapi bukankah seharusnya orang yang pernah pergi tanpa pamit tidak bicara sesantai itu? Dara tidak menangkap rasa bersalah di wajah Gio, bahkan sedikit canggungpun tidak ada.

         Benar saja, cuma aku yang terluka. Ucapnya dalah hati.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
100%(27)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
27 Peringkat · 27 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Rezquila
aku pikir cerita horor, keren kak. dari judulnya sudah bikin penasaran
2021-10-21 22:16:11
1
user avatar
Aery18
ceritanya menarik,, aku menunggu cerita selanjutnya kak, semangat terus aku akan mengikuti cerita kakak ...
2021-10-20 20:45:47
2
user avatar
Yourbaescorpio
Ceritanya bagus ... Suka sama karakter Dara semangat up ya kak ...
2021-10-20 16:17:57
1
user avatar
Skyler Artemis
terus berkarya dan update cepat. Novelmu ini ceritanya bagus
2021-10-20 13:03:04
0
user avatar
Gideon Budiyanto
Karakter Dara bikin orang yang membacanya langsung jatuh cinta. Ditunggu update bab-bab berikutnya ya Kak, semangat.
2021-10-20 11:45:12
0
user avatar
Sachie
bagus ceritanya, semangat berkarya kak
2021-10-20 11:12:53
0
user avatar
Kim-Yn
Keren... Lanjut ya thor
2021-10-20 10:59:30
0
user avatar
Suciwati
Keren, bab awal aja udah bikin jatuh cinta ...
2021-10-20 10:52:37
1
user avatar
Alinaa
Cerita yang luar biasa
2021-10-18 15:38:54
1
user avatar
RAZILEE
baguss thor nextt ya
2021-10-17 14:20:49
1
user avatar
Tanty Longa
Aku suka ceritanya, semangat author
2021-10-17 11:28:03
1
default avatar
Naonao
ceritanya seru kak, semangat terus nulisnya!!
2021-10-07 13:13:22
1
user avatar
Rhill
Critanya bguss Sukaaaaaa ama critanyaa
2021-10-07 13:07:00
1
user avatar
Suci AD
Ceritanya bagus. Semangat.
2021-10-06 12:14:11
0
user avatar
Suci AD
Ceritanya bagus. Semangat.
2021-10-06 12:13:38
0
  • 1
  • 2
25 Bab
TERLUKA SENDIRI
         Akhirnya hujan turun. Setelah hampir seminggu dinanti-nanti, hari ini kota ini basah juga. Memulai pagi diawal Oktober, mengukir senyum di wajah sebagian penduduk kota. Walau aktivitas mereka tak secara langsung bergantung pada air hujan. Entah. Mungkin beberapa dari mereka pecinta hujan. Tapi bagi Dara, hujan ini tak lain sebagai penyejuk kota, penghapus debu-debu hasil aktifitas kota seminggu terakhir. Beruntung ia sampai di halte bus lebih cepat hingga tak harus kehujanan.         Perjalanan menuju kantor Dara menggunakan bus memakan waktu sekitar 15 menit. Cukuplah untuknya melihat-lihat sekitar, menambah pengetahuannya tentang kota ini, walau dengan rute yang sama setiap hari. Namun selama setahun berada disini, Dara sudah cukup banyak mengetahui tempat-tempat wajib seperti supermarket, warung makan, mall, bahkan pasar terdekat dari kosnya.       
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-30
Baca selengkapnya
DUA HUJAN
          Dara bersandar santai di kursi rotan depan rumah Leo. Memandang bebas ke hamparan bunga di halaman tepat di depannya. Hal yang paling menarik perhatian Dara adalah jalan kecil yang hanya seukuran dua orang dewasa bersisian di tengah taman itu, mengingatkannya akan bentuk halaman rumahnya di Kalimantan.         Rasa yang ia dapatpun sama persis seperti saat melewati halaman rumahnya sendiri. Berjalan di jalan kecil dengan kiri kanan berhias hijau rumput dan warna-warni bunga, Dara bagai merasa di negeri dongeng. Belum lagi di seberang jalan adalah area persawahan yang saat ini didominasi warna hijau. Membuat siapa saja yang duduk di tempat Dara sekarang betah berlama-lama.         Sejujurnya seperti inilah rumah impian Dara, walaupun sedikit berbeda dengan apa yang ia selalu ceritakan pada orang lain. Dulu Dara menginginkan rumah yang apabila ia membuka j
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-30
Baca selengkapnya
KISAH TERSAYANG
         Kali ini giliran Dara yang duduk termenung sendiri di dalam kafe kemarin. Saat tersadar dari lamunannya, ia telah mendapati Leo duduk manis di depannya. Dara seperti tahu apa yang akan Leo bahas.         “Pak Firman bilang kau adalah adik kelasnya?" Ucap Leo to the point, menyampaikan pertanyaannya.         “Pak Firman? Klienmu kemarin?” Dara balik bertanya, memasang wajah berpura-pura berpikir. Leo tak bergeming. Sia-sia. Leo pasti sudah tahu, pikirnya. Darapun kembali dengan wajah normalnya, membalas pertanyaan Leo tadi dengan sebuah anggukan.         “Berarti Kak Gio mengenalnya?” Tanya Leo lagi.         “Ya. Aku lihat mereka makan siang bersama tadi.”        
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-30
Baca selengkapnya
TABIR
         Dara menatap keluar jendela kafe. Menatap kosong pada orang yang berlalu-lalang. Apa yang sedang ia pikirkan? Sebagian kecil penasaran tentang apa yang akan Firman bicarakan,  sebagaian yang lain adalah kebingungan tentang dirinya sendiri. Kenapa ia bisa sesenang itu bertemu Firman disaat ia masih kesal dengan sikap Gio yang benar-benar tidak peduli. Pertanyaan sebenarnya adalah, benarkah ia merasa senang? Mungkinkah, pelampiasan?         Dara menggeleng, menepis pikirannya. Pelampiasanpun tidak boleh. Andai saja ia bisa meralat ekspresi girangnya kemarin. Sayang sudah terlihat oleh beberapa temannya termasuk Leo. “Tidak boleh menyukai Firman. Kau mana tahu, jangan-jangan dia sudah punya istri.” Ucapnya dalam hati.         Firman yang baru datang menatap Dara dengan aneh.         “Kena
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-30
Baca selengkapnya
ENGLISH CLUB
        Tok...tok...         “Kak Anton?” Panggil Dara di depan kamar Anton.         Pintu terbuka dari dalam. Si pembuka pintu menampakkan wajahnya. Dahi Dara berkerut, wajahnya sempurna menunjukkan ekspresi bingung. “Apa aku salah rumah?” pikirnya.         “Anton sedang keluar.” Kata orang itu.         “Oh, dia hanya bertamu,” katanya dalam hati. “Oh, ya. Aku tunggu diluar saja.” Kata Dara lagi yang hanya dibalas dengan anggukkan oleh lawan bicaranya. Darapun segera menuju teras, menunggu Anton pulang.         Selang berapa menit, “Dara?” Sapa Anton.         “Eh, Kak. Ini aku mau mengembalikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-30
Baca selengkapnya
KEPINGAN MEMORI
Dua minggu setelah novel Dua Hujan rilis.             “Leo...” Sebuah kepala menyembul dari belakang Leo, menampakkan wajahnya yang penuh siasat. “Temani aku, yuk!”             “Kemana?” Leo menjawab sambil terus fokus memasukkan barang-barang ke dalam ranselnya untuk dibawa pulang.             “Ikut saja.” Si pembuat pertanyaan tak memerdulikan jawaban Leo. Ia langsung berlari keluar kantor  dengan menganggap Leo akan membuntuti langkahnya. Dan benar saja. Tanpa membantah, Leo mengekor di belakang Dara. Ia naik bis yang sama dengan Dara, dan turun dimana Dara memilih untuk turun, hingga akhirnya mereka masuk ke sebuah toko buku. Leo hanya mengikuti langkah Dara yang terlihat serius  menyusuri rak demi rak buku. “Nah, ini dia.” Seru Dara sembari menarik sebuah buk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-08
Baca selengkapnya
KADO ULANG TAHUN
Hari masih sangat pagi. Dara berniat masuk ke ruangan manajernya—Gio, untuk meletakkan beberapa berkas yang diminta Gio kemarin. Tepat di depan pintu, Dara berhenti sebentar melihat pintu  yang terbuka sedikit. Ruangan yang dikiranya kosong ternyata sudah dimasuki oleh empunya. Dan tak hanya sendiri, Gio sedang bercakap-cakap dengan seseorang.“Oh, Firman.” Pikirnya. Tanpa sadar Dara mencoba mencuri dengar apa yang mereka bicarakan. Sebab Dara tidak tahu dengan pasti bagaimana persisnya hubungan mereka. Dara hanya tahu anak yang dekat dengan Gio adalah Anton.“Jadi kau tidur di rumah adikmu lagi malam tadi?”  Firman memutar-mutar kursi yang didudukinya di depan Gio.“Hah, Gio punya adik?” Dara semakin memfokuskan pendengarannya.“Ya, kasihan dia kutinggal terus. Lagipula ada yang ingin kudiskusikan dengannya.”“Hmm, terdengar familiar.” Pikir Dara.“Dia bukan a
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-14
Baca selengkapnya
PERANG
Dara sengaja mengambi arah yang berbeda dengan Gio, menacari sendiri apa yang ingin mereka beli. Sebab jika tidak begitu, rasanya akan seperti suami istri yang mencari satu kado. Sedang mereka berniat membeli masing-masiing.             Anak Anton laki-laki. Ini adalah ulang tahunnya yang ke-2. Sekitar lima belas menit berputar-putar di bagian pakaian, Dara masih juga bingung pakaian mana yang harus ia ambil. Walau sudah melihat fotonya, tetap saja ada keraguan. Takut ukurannya tidak pas. Akhirnya Dara putuskan mengambil yang ukurannya sedikit lebih besar. Kalau tidak muat sekarang, maka bisa dipakai nanti. Iapun membawa barang pilihannya menuju kasir. Terlihat Gio baru saja selesai dengan urusan kadonya, bahkan telah menjadi bingkisan cantik siap untuk diserahkan. Laki-laki memang praktis. Gio lalu mengisyaratkan kepada Dara bahwa ia akan menunggu di luar.          &n
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-15
Baca selengkapnya
AKU TAHU
              Riuh lagu ulang tahun masih terdengar di setiap sudut ruangan. Suara tawa dan tangis bocah juga masih terdengar. Namun bukan dari tamu, melainkan keluarga, karena saat ini acara memang sudah hampir berakhir. Dara masih berbincang-bincang dengan Anton dan Gio sebagai pelepas rasa rindunya akan masa-masa SMA dulu. Mereka duduk agak jauh di luar ruangan, agar tidak terganggu oleh suara musik. Di sebelah Anton duduk pula istrinya yang sesekali mengalihkan perhatiannya ke arah bocah yang sedang bermain bola di dekatnya. Rania namanya, biasa dipanggil Nia, begitu katanya tadi saat berkenalan dengan Dara. Nia rupanya orang asli kota ini.             Anak yang bermain bola tadi, tiba-tiba datang menjatuhkan tubuhnya di pangkuan Ibunya. Bibir kecilnya mengeluarkan sedikit rengekan, pertanda mulai mengantuk. Segera diangkatnya tubuh kecil itu, ditawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-18
Baca selengkapnya
ANAK NAKAL
Leo melambaikan tangannya begitu melihat Dara yang baru memasuki area samping kafe. Leo  memilih outdoor karena bisa langsung melihat danau yang cukup indah disini.  Dara segera menghampiri Leo dan langsung duduk di depannya. Kepalanya menoleh kiri kanan memperhatikan sekitar, menyiapkan penilaian untuk tempat yang dipilih Leo itu. Dilihat dari sudut bibirnya yang terangkat ke atas, dapat dipastikan Dara menyukainya. Leo jamin itu.             “Tumben sekali kau mengajakku ke tempat bagus begini.” Dara tak henti-hentinya tersenyum. Ia masih terpana oleh pemandangan di sisi danau itu.             “Kau jangan pura-pura bodoh.  Kau kan yang kemarin mengancamku?” Leo agak marah, tapi ia pasrah.             “Apa terdengar seperti ancaman? Rasanya tidak.” Kata Dara dengan wajah t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-19
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status