Jreng! Genjreng! Suara gitar yang sedang Candra mainkan memecah kesunyian malam. Petikan nada mengalir bagaikan alunan angin yang menghanyutkan.
Alunan melodi tanpa lirik itu semakin sempurna dengan senandung dari Andi yang berjalan mendekat. Sebuah lagu kangen mengalun dengan lembut yang membuat pendengarnya merasakan rindu yang tak tertahankan. Candra yang mendengar senandung dari Abangnya itu juga terlihat tersenyum.
Sebuah lagu telah habis dinyanyikan.
Kemudian, Andi berkata "Semakin jago saja kamu main gitarnya!"
Sambil tersenyum kepada candra.
"Tidak juga Bang! Masih kalah sama Abang," jawab Candra sambil meletakkan gitarnya.
"Tidak usah merendah!" sahut Andi singkat.
Candra hanya tersenyum dan bertanya, "Bawa apa tuh Bang?"
Menunjuk bungkusan plastik yang dibawa Andi.
"Ini martabak buat kamu."
Andi memberikan bungkusan itu kepada Candra.
"Nah! Pas nih Bang." Candra segera me
Setelah selesai makan, mereka kembali ke kamar masing-masing. Candra kembali ke kandang ayamnya di belakang.Andi merebahkan badannya dan bersiap untuk tidur. Namun, saat dia ingin memejamkan matanya. Hpnya berbunyi dan setelah diangkat ternyata itu dari Taufik.Taufik bertanya, "Lo lagi dimana?""Gue lagi di kamar," sahut Andi singkat."Ini gue sama Wahyu di depan kos lo," kata Taufik memberitahunya."Ngapain?" tanya Andi sambil duduk."Seperti biasa! Kita mau ngajak lo nongkrong di cafe," ajak Taufik."Gue lagi di rumah, Bro!" jawab Andi sedikit tertawa."Kamprett lo! Tadi lo bilang di kamar," sahut Taufik sedikit kesal."Iya gue dikamar, tapi kamar di rumah!" Andi berusaha menahan tawanya."Heleh! Ya udah gue cabut aja kalo gitu!" jawab Taufik sedikit marah."Jangan gitu dong, Bos!" Andi mencoba menenangkan Taufik."Sini biar gue yang ngomong," suara bisik-bisik wahyu terdengar.
Andi merebahkan dirinya di kasur. Merasa bosan dengan kesunyian yang ada, Andi bangun dan duduk di depan tvnya. Andi segera menghidupkan tv dan menontonnya. Tak lupa juga secangkir kopi dan beberapa potong kue kering di hadapannya. Beberapa film kartun animasi yang tayang di tv menemaninya hari minggunya yang terasa membosankan. Setelah film-film kartun animasi itu berakhir, beberapa acara berita menghiasi berbaga channel di tv.Andi sudah merasa bosan dan ingin mematikan tvnya. Akan tetapi, niatnya terhenti setelah seorang pembawa acara memberitakan bahwa ada penemuan baru mengenai salah satu pembunuhan kemarin. Andi yang sudah dalam posisi rebahan kembali bangun dan duduk sambil memperhatikan berita itu dengan serius. Dari keterangan reporter yang berada di lapangan, polisi baru saja menemukan sebuah rekaman cctv yang telah terhapus dari toko itu. Diri rekaman cctv itu terlihat seseorang yang datang untuk membeli gitar. Setelah orang itu pergi, tak berapa lama
Taufik masih bingung dengar pertanyaan Mahlini tadi."Kenapa sih mereka mencari gula merah, padahalkan udah gue beli'in gula putih tadi." Taufik menatap ke arah Wahyu yang sedang mengupas kelapa."Gue enggak tau! Tanya langsung sama mereka aja!" suruh Wahyu.Mendengar itu, Taufik meningalkan Wahyu dan segera naik ke atas.Taufik bertanya, "Emang gula merahnya buat apa, Sih?""Ini buat ngebuat bumbu rujaknya," sahut Mahlini."Emang enggak bisa pake gula putih?" tanya Taufik kembali."Bisa aja sih, tapi kurang sip," jawab Ummi menjelaskan."Oh.. ya udah! Gue beli aja dulu ya," sahut Taufik."Enggak usah, Fik! Biar gue aja sekalian," pinta Andi sambil berdiri."Yakin lo? Emangnya lo mau kemana?" tanya Taufik sedikit menyelidiki."Gue sekalian beli kopi sama batu es," jawab Andi."Cocok tu," sahut Taufik.Kemudian, Andi segera turun dari kosnya. Dia naikki Si Jack dan meninggal teman-temannya yang
Selama di motor, Norma hanya diam membisu. Pipinya memerah dan tambak jelas senyum malu-malu di wajahnya. Untuk mencairkan suasana Andi mengajak Norma untuk mengobrol."Pegangan Nor, Nanti jatoh lo," tegur Andi sambil tersenyum.Tanpa menjawab, Norma langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Andi."Kekencangan, Nor!" canda Andi kepada Norma yang terlihat gugup.Norma terlihat kagok dan segera melepaskan tanggannya dari pinggang Andi."Bercanda, Nor!" ucap Andi sambil tertawa."Pegang aja enggak papa, Kok!" sambung Andi.Norma sedikit bingung, tetapi tangan Andi segera memegang tangan Norma dan membimbing Norma untuk melingkarkan tangannya kembali. Tanpa perlawanan, Norma mengikuti bimbingan Andi itu.Mereka berdua terus melaju dengan motornya. Tak sengaja, dari jauh Andi melihat sebuah pameran mingguan yang masih buka. Andi berinisiatif untuk mengajak Norma mampir sebentar ke sana."Nor, kita mampir ke pa
Setelah selesai, Andi secara tidak sengaja menanyakan bagaimana perasaan Norma saat ini. Norma yang mendengar itu seketika kembali mematung. Pipinya merah dan matanya tak bisa berkedip. Karena dia menyangka bahwa Andi sedang menanyakan perasaannya selama ini.Andi yang melihat itu kaget, "Nor! Nor! Kamu enggak apa-apa?" tanya Andi sedikit panik."Kamu enggak senang ya, aku ajak ke sini?" sambung Andi sambil menepuk bahu Norma.Dengan replek Norma menjawab, "Iya, aku suka sama kamu!"Andi terkejut sekaligus kaget mendengar jawaban dari Norma tadi.Andi terdiam sebentar memikirkan jawaban Norma tadi. Norma yang sekarang telah sadar meminta Andi untuk melupakan kata-katanya tadi.Dengan sengaja Andi bertanya, "Memangnya kenapa harus dilupain? Tadi kamu jujurkan?" Andi menggoda Norma."Sudah lupain!" Norma memelas."Kok, dilupain?" balas Andi sambil tertawa."Malu, ah!" Norma memalingkan wajahnya."Engga
Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah sebulan berlalu sejak hari itu. Dalam sebulan ini tidak terjadi apapun di kota itu. Pembunuh misterius yang telah mengegerkan beberapa waktu yang lalu seperti menghilang begitu saja. Darah yang ditumpahkannya mungkin sudah kering, tetapi misteri dibalik semuanya masih bergentayangan. Menghantui pikiran-pikiran mereka yang mempunyai masa lalu dengan dirinya. Pagi itu seperti biasa Andi berangkat ke kampusnya. Si Jack sudah menunggu di bawah. Andi menememui si Jack dan segera menghidupkannya. Lima menit kemudian dia sudah sampai di kampusnya. Dan seperti biasa dia terlebih dahulu menemui pak Kastan untuk memberi beliau makanan yang memang sengaja Andi siapkan. "Terima kasih Mas, semoga sukses!" Begitulah doa pak Kastan untuk Andi. Setelah masuk kelas Andi belajar seperti biasanya. Pembelajaran hari ini terasa membosankan bagi Andi. Tidak ada bahasan materi yang menarik perhatiannya. P
Di kamar kosnya, Andi kembali membuka beberapa buku yang di bawanya dari rumahnya kemarin. Andi membaca buku-buku lama itu dan menemukan beberapa hal yang menarik. Namun, sayangnya di buku-buku itu tidak tergambar dengan jelas. Oleh sebab itu, Andi membuka komputernya untuk mencari refensi lainnya yang mungkin dapat membantunya.Sejujurnya Andi masih penasaran dengan kasus dua pembunuhan kemarin. Walaupun keduanya tidak mempunyai keterkaitan seperti yang disampaikan oleh pihak kepolisian, tetapi andi masih belum yakin seratus persen soal itu. Menurutnya polisi terlalu cepat mengambil keputusan mengenai ini, dan akhirnya menjadikan ketajaman mereka sendiri yang berkurang. Seharusnya mereka tidak memberikan stegmen itu kepada masyarakat. Memang, ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menenangkan masyarakat yang sudah mulai panik dengan kejadian kemarin. Akan tetapi, menurutnya ini akan membuat masyarakat kembali terlena.Andi sendiri
Andi yang baru sadar segera mengosok-gosok matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing karena terkejut tadi. Samar-samar Andi masih bisa mendengar suara kucing yang sedang berkelahi. Namun suara itu terdengar terus menjauh. Dalam hatinya dia berkata, "Berarti memang suara kucing itu tadi yang ngebangunin gue."Andi menundukkan kepalanya ke bawah dan menemukan layar hpnya yang hidup. Andi memperhatikan dengan jelas dan melihat sebuah chat yang masuk ke dalam hpnya. Andi meraih hpnya dan membuka chat itu. Chat itu dari Taufik yang menanyakan dimana posisinya."Gue di kos," balas Andi.Tidak berapa lama Taufik kembali membalas, "Oke! Gue otw ke sana.""Yoi!" balas Andi singkat.Andi kemudian kembali meletakkan hpnya di depannya. Matanya kembali ke komputernya, dia kembali mencari-cari sesuatu di mesin pencarian yang mungkin dapat membantunya. Setelah beberapa kali menscroll, Andi akhirnya menemukan sebuah situs yang sedikit an