Home / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Chapter 51 - Chapter 60

189 Chapters

Bab 51. Mengenal Ayah Karl

“Baik, Yang Mulia,” jawabku dan kemudian berdiri.“Sesuai persyaratan yang kamu janjikan, maka kamu akan dibebaskan dari hukuman mati,” ujar Raja Edgar.Aku sangat gembira hingga kakiku ingin melompat-lompat untuk merayakan hari pembebasanku. Akan tetapi, rasa gembiraku itu terhenti karena Raja Edgar kembali melanjutkan ucapannya.“Mulai besok, kamu akan pindah ke Istana, dan menjadi sekretaris pribadi Raja. Tugasmu adalah membantu Raja dalam menangani administrasi kerajaan dan mengatur semua urusan yang terjadi di Istana,” ucap Raja Edgar.Aku terpaku di tempatku karena seperti mendengar sesuatu yang mustahil. Tidak pernah terbersit di benakku untuk berada lama-lama di dunia ini. Apalagi memiliki posisi yang penting di tempat yang sama sekali asing. Aku tidak ingin repot-repot karena ingin segera kembali. Namun, bukan hanya posisi penting biasa, sekarang aku malah diberikan posisi karir tertinggi bagi wanit
Read more

Bab 52. Rasa Suka Karl dan Steein

 Aku terkekeh kecil karena sikap malu-malu Steein masih sama. “Tidak apa-apa, aku hanya senang karena kamu dan Karl masih bersikap sama seperti sebelumnya walaupun kalian mendapatkan gelar baru.”Kemudian, aku menyambut uluran tangan Steein dan berkata, “Ayo kita kembali.” Bukannya Steein, tetapi aku yang menarik tangan Steein dan membawanya menuju kereta kuda. Aku tidak menoleh untuk melihat wajah Steein, tapi aku sudah bisa menebak bagaimana merahnya wajah Steein sekarang.“Kenapa kalian bergandengan tangan seperti itu?” ucap Karl yang sudah duduk di dalam kereta begitu kami tiba.Aku melihat posisi duduk Karl. Karl duduk di tempat yang sebelumnya aku sudah katakan bahwa aku akan duduk di situ ketika pulang. “Apakah Karl buru-buru kembali ke kereta kuda karena ingin duduk di situ juga?” batinku.“Biar aku duluan yang masuk, Lissa,” ucap Steein.“Hahh?” ucapku spo
Read more

Bab 53. Itu Alkohol!

 “Kenapa kamu ikut? Aku tidak mengajakmu,” cetus Steein.“Anggap saja sebagai perayaan kita bertiga mendapat gelar baru. Jika aku tidak ikut dengan kalian, kemungkinan besar keluargaku akan membuat perayaan besar dan memaksa kalian untuk ikut, terutama kamu Duke Karan. Apakah kamu mau?” Karl mempertegas ucapannya ketika ia menyebut gelar Steein. Sepertinya, keluarga Karl memang sungguh-sungguh akan memaksa Steein untuk ikut dalam perayaan itu mengingat bahwa mereka yang adalah teman masa kecil.“Ck!” Steein berdecak kesal dan tampak sangat membenci memikirkan untuk ikut perayaan seperti itu. Ya, tipe orang seperti Steein memang lebih memilih menghabiskan waktu untuk mengurung diri dan melakukan penelitian, daripada menghadiri perayaan pesta.“Kapan mau melakukan acara perpisahannya?” tanyaku memecahkan ketegangan antara Steein dan Karl.“Hari ini. Kamu beres-beres dulu, kemudian kalau suda
Read more

Bab 54. Setelah Sadar dari Mabuk

 Entah kenapa rasanya hati ini menggelitik ketika melihat Raja Edgar. Mungkin itu karena aku benar-benar ingin berterima kasih kepada Raja Edgar karena ia telah menyelamatkan nyawaku.“Kenapa ia seperti itu?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.“Ia minum alkohol yang dibawa Karl, Yang Mulia,” balas Steein. Jawaban Steein itu spontan membuat Raja Edgar memberikan tatapan tajam kepada Steein.Aku bisa mendengar pembicaraan Steein dan Raja Edgar, tetapi posisi mereka yang jauh berdiri dan berbicara berdua saja tanpa melibatkan aku dalam pembicaraan mereka, membuatku kesal.“Yang Mulia, duduk di sini, duduk di sini. Ayo gabung bersama kami. Kami sedang mengadakan acara perpisahan …. perpisahan karena aku tidak lagi bekerja di departemen Sihir…,” ucapku sambil menepuk-nepuk tempat duduk yang ada di sebelahku.Raja Edgar menepuk menatapku sambil
Read more

Bab 55. Harta yang Mengikat

 Aku menoleh dengan kaku dan dengan tubuh yang gemetar. Napasku tercekat ketika tatapanku bertemu dengan Raja Edgar.“Dari antara semua orang, kenapa harus Raja Edgar yang bangun lebih dulu?” teriakku dalam hati.“Emmm…” Tidak berapa lama, Karl dan Steein juga terbangun. Darahku semakin tersendat dan berhenti mengalir sehingga ujung kaki dan ujung jari tanganku terasa dingin, karena sekarang, aku harus menahan rasa malu terhadap Karl dan Steein juga.“Lissa? Kamu sudah bangun?” ucap Karl sambil mengucek-ngucek matanya.“Apakah itu patut ditanyakan ketika kamu sudah melihatku dengan jelas? Jawaban apa yang kamu harapkan?” tanyaku dalam hati karena tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Karl.Sementara itu, Steein beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur. Setelah dari dapur, ia mendekat ke arahku sambil membawa segelas air putih di tangannya. “Minumlah. Bagaimana peras
Read more

Bab 56. Perubahan Mendadak Raja Edgar

 “Kalau ini sih, sudah selayaknya aku menjadi bupati karena lebar wilayahnya sudah seperti satu kabupaten,” batinku.“Maaf, Yang Mulia. Setelah saya pertimbangkan beberapa kali pun, saya tetap tidak bisa menerima ini,” ucapku sambil menyodorkan kembali dokumen-dokumen itu. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana cara aku menjaga kesejahteraan warga di wilayah itu sambil menjalani tugasku sebagai sekretaris Raja.“Lissa, itu bukanlah sesuatu yang bisa kamu tolak, karena ini adalah tanggung jawab kamu sebagai seorang Marchoness. Bukankah kamu sudah menerima gelarmu itu di hadapan banyak orang semalam,” ucap Raja Edgar.“Sial, ternyata itu sebabnya dilakukan serah terima tugas di depan bangsawan lain. Jika aku tahu kalau aku akan mendapatkan beban sebanyak ini, aku akan lebih memilih hidup seperti biasa dan bisa memiliki lebih banyak waktu luang,” batinku.Sekarang, aku tidak punya pilihan lagi, j
Read more

Bab 57. Mencari Sekutu Baru

 Tap, tap, tap.Suasana sangat sunyi. Hanya terdengar derapan langkah tiga pasang kaki yang beradu dengan lantai di seluruh lorong itu. Dari kejauhan, aku bisa melihat para pelayan yang melirik ke arahku.Aku menghela napas berat untuk melepas rasa frustrasiku. “Hahhh … apa ini? Sekarang tiba-tiba keadaan berbalik? Dari seorang pahlawan yang berhasil mengatasi banjir dan terjun langsung dalam membasmi monster sehingga diberi gelar baru menjadi seseorang yang menjadi pelampiasan amarah Raja dan dikawal oleh kedua kesatria menuju tempat tahanan?” batinku.Selama aku berjalan, aku bisa merasakan tatapan menusuk dari kedau kesatria yang sedang membawaku sekarang ini.“Kalian bisa bertanya kepadaku kalau kalian penasaran,” ucapku kepada mereka karena tidak tahan lagi dengan sikap mereka yang menunjukkan rasa penasaran dengan sangat jelas seperti itu.Kesatria yang di sebelah kananku akhirnya memutuskan untuk m
Read more

Bab 58. Menjadi Tahanan

Kami masih berada di depan pintu kamarku. Jadi, Ivan bertanya, “Apakah kita akan membicarakannya di sini, Lady?” tanya Ivan. “Ya, benar,” balasku. Ivan tampak khawatir kalau ada orang yang mendengarkan pembicaraan kami, karena ia berkali-kali memperhatikannya sekitarnya. “Jangan khawatir, Ivan. Ini adalah tempat yang terbaik. Coba pikirkan, jika kita berbicara berdua di dalam kamar ini, padahal aku seperti seorang tahanan sekarang. Apa yang akan dipikirkan orang-orang jika para pelayan melihatnya? Jadi, lebih baik menunggu di sini, ‘kan? Kita hanya perlu mengecilkan suara kita,” ucapku. “Baiklah, Lady,” jawab Ivan. “Dimulai dari kamu dulu. Apa yang sebenarnya ingin kamu tanyakan?” tanyaku kepada Ivan. “Saya bingung, Lady. Kenapa Yang Mulia toba-tiba ingin mengurung Lady di sini? Padahal, yang aku dengar, Raja Edgar sangat puas dengan hasil kerja Lady dalam mengatasi masalah banjir,” ucap Ivan. Aku sudah menduga kalau Ivan a
Read more

Bab 59. Pembicaraan yang Dibatasi Pintu

Beberapa waktu berlalu, tetapi Raja Edgar tidak ada orang lain yang datang ke kamar Lissa, kecuali para pelayan yang mengantarkan makanan. Ada juga para pelayan yang datang untuk membantuku mandi.Namun, jelas saja aku langsung menolak mereka.Lebih tepatnya, ini sudah hari ketiga aku dikurung, namun aku hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apa pun. “Bukankah aku adalah sekretaris Raja dan seorang Marchioness? Kenapa aku malah diperlakukan seperti tahanan seperti ini?’ gerutuku.Aku berulang kali menatak ke luar jendela karena keinginanku untuk melarikan diri semakin hari semakin kuat. Akan tetapi, karena belum ada pemberitahuan apa pun, aku takut kalau Raja Edgar juga menyediakan para penjaga atau mata-mata di suatu tempat untuk mencegahku melarikan diri.Aku tidak boleh ketahuan satu kali pun sewaktu keluar dari kamar ini, agar aku bis menjalankan rencanaku. Jika tidak, satu-satunya akses yang bisa aku gunakan untuk keluar, yaitu je
Read more

Bab 60. Tingkah Gila Lissa

“Tidak apa-apa. Aku hanya berjalan di sekitar sini karena tidak ada kerjaan,” balas Ivan.Aku sedikit menyalahkan Ivan karena alasannya sangat tidak masuk akal. “Bagaimana mungkin seseorang bisa mempercayai kalau ada seseorang yang mendekat ke tempat seorang tawanan secara tidak sadar,” batinku. Akan tetapi, hati nuraniku juga sebagian menyalahkan diriku karena sudah membuat Ivan berada di situasi sulit seperti ini.“Benarkah? Kamu berjalan di sekitar sini tanpa alasan?” balas rekan Ivan itu.Setelah rekan Ivan itu mengajukan pertanyaan, tidak ada suara lagi yang terdengar selama beberapa saat.Deg, deg, deg.Jantungku kembali berdegup keras. “Apa ini? Apa yang terjadi? Apakah Ivan sudah ketahuan? Kenapa tidak ada suara lagi yang terdengar?” batiku gusar. Tanpa sadar, kakiku juga aku hentak-hentakkan pelan ke lantai kamarku.Karena rasa penasaran mulai menguasai diriku, kakiku bergerak da
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status