“Benar, Lissa. Coba kamu masuk kesana dan cari tahu apa yang terjadi, nanti aku akan menanyakannya kepadamu, oke? Dadah, Lissa, aku harus ke ruanganku sekarang,” ucap Stella yang kemudian dengan cepat melarikan diri. Sekarang aku berada di pintu depan ruanganku. Namun, tanganku rasanya berat untuk membuka pintu ruangan kerja yang biasanya aku masuki. Aku berjalan mondar-mandir karena gelisah. Namun, tingkahku yang tidak jelas itu dihentikan oleh sebuah suara menyeramkan yang terdengar dari balik pintu. “Hentikan tingkahmu, dan masuklah.”Tubuhku langsung membatu karena mendengar suara Suara yang biasanya aku dengar jika di Istana Raja, malah aku dengar juga di tempat kerjaku. Dengan tanganku yang gemetar, aku membuka pintu ruangan itu. Di dalam ruangan itu, aku melihat Raja Edgar duduk di tempat yang biasanya adalah tempat Steein. Sementara itu, meja kerjaku sekarang tidak hanya memiliki satu kursi,
Magbasa pa