Home / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Kabanata 31 - Kabanata 40

Lahat ng Kabanata ng MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Kabanata 31 - Kabanata 40

189 Kabanata

Bab 31. Mendiskusikan Rencana

 “Astaga, Lissa. Lukanya semakin parah. Kenapa kamu melepaskan perbanmu jika lukamu masih separah ini?” tanya Karl.“Karena merepotkan,” jawabku sambil tertawa canggung.“Sial. Seandainya aku punya kekuatan sihir untuk menyembuhkan,” gumam Steein.Aku menatap wajah Steein yang menunjukkan kekesalan. Bukan rasa kesal kepada orang lain, namun kepada dirinya sendiri. “Steein, apakah kekuatan penyembuhan yang dimiliki Saintess bisa menyembuhkan luka seperti ini?” tanyaku kepada Steein.“Benar, Lissa,” jawab Steein. Ia tampak bingung karena aku tiba-tiba mengungkit tentang hal ini.“Lalu, apakah kekuatan penyembuhan yang dimiliki Saintess juga bisa menyembuhkan diri mereka sendiri?” tanyaku lagi.“Benar, Lissa,” kali ini ekspresi Steein tampak semakin kebingungan.Aku menatap langsung ke mata Steein di balik kacamatanya itu. &ldquo
Magbasa pa

Bab 32. Presentasi Pertama di Hadapan Raja

 “Tidak, Lissa. Ini adalah hasil pekerjaanmu. Kamu pasti bisa melakukannya. Lagi pula, anggap saja ini pelatihan. Ayo kita pergi,” ucap Steein dan langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar tanpa menunggu responku. “Tunggu saya, Tuan,” teriakku panik sambil mengambil semua keperluan yang aku butuhkan dan membawanya. Sepanjang perjalanan, aku hanya memperhatikan isi dokumen yang aku bawa dan membacanya di dalam kerete sambil bergumam. Selama waktu itu, Steein hanya tersenyum melihatku. Sekarang saatnya aku sampai di istana. Kemegahan Istana ini masih saja membuatku bergidik karena rasanya menyeramkan. Steein masuk ke dalam Istana dan menghadap Raja Edgar. Sementara aku hanya mengikutinya dari belakang. Selain kami dan Raja Edgar yang berada di ruangan ini, aku ada melihat beberapa bangsawan lain. Di antara bangsawan itu, salah satunya pastilah pemimpin wilayah Desia. Aku melirik m
Magbasa pa

Bab 33. Serangan Balik

 Setelah Viscount Derick mengatakan hal itu, Raja Edgar masih tetap berpangku tangan di tempatnya. Sementara itu, Steein hendak berbicara untuk membelaku. Namun, sebelum itu terjadi, aku terlebih dahulu berbicara untuk memberikan pembelaan terhadap diriku sendiri. “Saya punya bukti, Tuan. Tangan Tuan Bangsawan itu, hanya ia yang tidak meletakkan perhiasan apa pun di tangannya. Itu karena ia tidak mau direpotkan karena ia akan sering menggunakan tangannya. Selain itu, jari jempol, telunjuk, dan tengahnya kapalan. Itu karena ia sering menggunakannya untuk menulis. Lebih daripada bangsawan lainnya di sini,” jelasku.“I-Itu hal yang mustahil. Hanya dengan itu tidak—““Saya punya bukti lain,” ucapku untuk memotong ucapan Viscount Derick. “Silahkan Tuan Viscount dan Tuan Bangsawan itu menuliskan sebuah kata di kertas kosong ini. Lalu, kita cocokkan ke isi tulisan dari proposal yang Tuan berikan. Untuk
Magbasa pa

Bab 34. Satu Ruangan dengan Raja

 “Benar, Lissa. Coba kamu masuk kesana dan cari tahu apa yang terjadi, nanti aku akan menanyakannya kepadamu, oke? Dadah, Lissa, aku harus ke ruanganku sekarang,” ucap Stella yang kemudian dengan cepat melarikan diri. Sekarang aku berada di pintu depan ruanganku. Namun, tanganku rasanya berat untuk membuka pintu ruangan kerja yang biasanya aku masuki. Aku berjalan mondar-mandir karena gelisah. Namun, tingkahku yang tidak jelas itu dihentikan oleh sebuah suara menyeramkan yang terdengar dari balik pintu. “Hentikan tingkahmu, dan masuklah.”Tubuhku langsung membatu karena mendengar suara Suara yang biasanya aku dengar jika di Istana Raja, malah aku dengar juga di tempat kerjaku. Dengan tanganku yang gemetar, aku membuka pintu ruangan itu. Di dalam ruangan itu, aku melihat Raja Edgar duduk di tempat yang biasanya adalah tempat Steein. Sementara itu, meja kerjaku sekarang tidak hanya memiliki satu kursi,
Magbasa pa

Bab 35. Raja Edgar dan Teman Masa Kecilnya

 “Emm … meningkatkan mana agar kekuatan lebih besar. Lissa, jangan bilang kalau maksudmu…” ucap Steein.“Benar. Kita harus memanfaatkan batu mana dari daerah Desia, ‘kan?,” sambungku pada ucapan Steein.“Sebaiknya, jika kalian telah berhasil menyelesaikan tiga wilayah dalam satu hari, datanglah ke lokasi ini untuk berkumpul dengan para penyihir. Namun, istirahatlah selama sehari. Seorang penyihir yang membantu kalian teleportasi juga harus memulihkan mana yang ia miliki. Selama waktu itu, kalian juga bisa mengobati yang terluka. Lalu dua hari berikutnya, kalian bisa bertarung lebih cepat dan menyelesaikannya sebelum matahari terbenam.  Setelah itu, kalian akan berteleportasi di lokasi ini, dan kembali membulihkan tenaga kalian di sana. Kemudian, keesokannya kalian akan mulai menyerang. Bagaimana?” tanyaku untuk mengakhiri penjelasan.“Kamu benar-benar luar biasa, Lissa. Tidak aku san
Magbasa pa

Bab 36. Raja juga Manusia Biasa

 Sekarang aku bisa mengerti apa yang dirasakan Rissa waktu bilang ia jatuh cinta sejak melihatnya. Rambut keemasan, dan mata merah. Benar-benar penampilan yang mencolok. Jika Steein memiliki rambut pirang, maka rambut Raja Edgar tampak lebih bersinar. Apalagi jika terkena pantulan cahaya lampu atau cahaya matahari. Jika mata Karl seperti langit biru yang memberikan rasa tenang, maka mata merah raja tampak sangat tegas dan penuh ambisi. Jika mereka menjadi grup idol di duniaku, pasti akan banyak muncul fan fanatik untuk bisa mencuri perhatian mereka.“Aku sudah mendengar rencana kalian. Jadi, bagaimana perkembangannya sejauh ini?” tanya Raja Edgar.“Oh, ya Lissa. Aku tadi sudah mengukur wilayah yang akan ditanam oleh pohon-pohon itu. Dan aku juga sudah mencari pohon yang kamu maksud dan sudah memenuhi jumlah yang sesuai. Ini laporannya. Coba kamu periksa,” lapor Steein sambil memberikan catatan mengenai penelitian yang telah ia lakuk
Magbasa pa

Bab 37. Komandan Utama

 “Aku tahu!” seruku. Dengan membuka semua dokumen pemindahan wilayah yang sudah aku persiapkan, aku berkata kepada Raja Edgar. “Tolong Yang Mulia beri stempel yang mulia di sini. Sewaktu dokumen ini diberikan, mereka harus diberi pesan bahwa jika mereka tidak mau pindah dalam dua hari, maka wilayah mereka otomatis akan milik Kerajaan. Dengan adanya stempel Raja, maka dokumen ini resmi menjadi perintah Raja. Dengan demikian, otomatis mereka akan memilih untuk pindah wilayah daripada kehilangan wilayah mereka sama sekali. Bukankah begitu?” tanyaku.Raja tersenyum setelah mendengar perkataanku. “Kamu lebih hebat daripada yang aku bayangkan. Baiklah. Steein, ambil cap Kerajaan,” perintah Raja.“Baik, Yang Mulia,” jawab Steein. Setelah itu, ia yang tadi berada di sebelahku langsung menghilang. Sepertinya ia menggunakan sihir teleportasi untuk mengambil stempel Raja.Aku cukup takjub melihat mer
Magbasa pa

Bab 38. Menghabiskan Waktu Berdua bersama Raja

 Sekarang, aku sudah tiba di depan kamarku. “Terima kasih Yang Mulia,” ucapku sambil menundukkan kepala untuk memberikan hormat. “Baiklah,” balas Raja. Kemudian ia melangkah pergi. *****Hari ini, Steein sibuk untuk mengasi penyebaran dokumen kepada semua wilayah yang akan dipindahkan hari ini. Jadi, Steein hanya datang bekerja untuk sebentar dan segera pergi. Untuk mengisi kekosongan Steein, aku langsung mengambil alih beberapa pekerjaannya. Aku pikir, aku akan sendirian seharian ini. Namun, pada tengah hari, Raja Edgar datang.“Apakah Yang Mulia ingin menunggu Tuan Steein?” tanyaku.“Tidak,” jawab Raja Edgar.“Kalau begitu, apakah ada yang bisa saya bantu Yang Mulia?” tanyaku sambil berdiri. “Tidak ada. Kerjakan saja tugasmu seperti biasa, dan anggap aku tidak ada di sini,” ucap Raja Edgar. “Baik, Ya
Magbasa pa

Bab 39. Raja tidak Terlalu Menyeramkan Lagi

 Jawaban yang diberikan oleh Raja Edgar bukannya membuatku senang, tetapi membuatku semakin ketakutan. “Ini mengerikan. Jika Rissa tahu bahwa Raja Edgar sering ke sini. Rissa akan semakin membenciku dan merencanakan sesuatu yang lebih jahat,” batinku.*****Ini sudah hari kelima Raja Edgar datang ke Departemen Sihir. Sekarang, tersebar berita bahwa aku adalah orang yang dikasihi oleh Raja Edgar. Kenapa dikasihi dan bukan dicintai? Karena Raja Edgar juga akrab dengan Karl dan Steein. Selain itu, setiap kali kami bersama, suasana kami sangat mencekam dan kaku. Tidak ada situasi romantis sama sekali. Jadi orang-orang memikirkan bahwa Raja menyayangiku sama seperti ia menyayangi Karl dan Steein.“Apakah di dunia kalian ada Saintess?” tanya Raja Edgar.Sekarang, aku sudah terbiasa diajak mengobrol oleh Raja Edgar di tengah-tengah pekerjaanku. Lama-lama, aku merasa kalau Raja Edgar ini semakin banyak rasa penasarannya sepert
Magbasa pa

Bab 40. Salah Kostum

 Setelah membisikkan itu, aku berjalan lurus ke depan dan menemui Steein yang berdiri tidak jauh di sana. Walaupun aku tidak berbalik untuk melihat langsung bagaimana wajah Rissa, aku bisa membayangkan bagaimana wajah kesalnya sekarang.Aku merasa cukup lega karena mengetahui kalau Rissa masih sama seperti dulu. Ia hanya berfokus  dirinya sendiri tanpa melihat sekitarnya.“Kamu tidak tahu Rissa, kalau pertanyaan yang diajukan Raja kepadamu bukan karena bentuk perhatiannya, tetapi untuk mengetahui cara berpikir orang lain. Entah itu orangnya, ataupun musuhnya,” ucapku dalam hati. Dari ucapan Rissa yang berkata kalau aku bisa ikut melakukan pembasmian karena dirinya, membuatku mengetahui kalau Raja Edgar tidak mempercayai Rissa sepenuhnya walaupun ia seorang Saintess. Itu karena Raja Edgar tidak memberi tahu fakta dibalik dilaksanakannya perburuan kali ini, dan alasan aku ikut.“Rissa!” sapa Steein padaku keti
Magbasa pa
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status