Semua Bab MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Bab 11 - Bab 20

189 Bab

Bab 11. Saintess Asli Terlihat

Apa? Kenapa?” Aku hampir saja menaikkan suaraku karena terlalu terkejut. Untung saja Mariana sedang tidak berada di sini sekarang. Tadi, begitu Mariana selesai menyiapkan segala sesuatu untukku, ia langsung pergi karena ia tahu sebentar lagi Karl akan datang dan kami akan pergi bersama ke perpustakaan.  “Saya tidak tahu pastinya, Lady. Akan tetapi, Lady Rissa juga dipanggil ke sana,” jawab Karl. Jantungku berdetak keras, aku menggigit kuku tanganku karena gugup. Entah kenapa, perasaanku tidak enak soal ini. Akan tetapi, tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa menghindar kemana pun, karena ini bukanlah duniaku. Untung saja, Mariana selalu memakaikan aku gaun setiap aku berencana pergi ke perpustkaan. Jadi, sekarang aku bisa langsung pergi bersama Karl tanpa repot mengganti pakaian dan menuju Istana. Jika aku pergi dengan pakaian dengan bawahan celana, begitu Raja Edgar melihatku, ia pasti akan menanyakan hal yang sama kepadaku dengan nada
Baca selengkapnya

Bab 12. Antara Hidup atau Mati

“Yang Mulia Raja, biar saya—““Beraninya kamu ikut campur ketika tidak diperintahkan, Karl.” Karl yang hendak menolongku dengan mewakiliku untuk berbicara dihentikan oleh Raja Edgar. Nada ucapan Raja benar-benar menekan dan terdengar sangat mengerikan. “Saintess Rissa, apakah aku harus menyelamatkan nyawa kembaranmu?” tanya Raja Edgar kepada Rissa. Aku sudah memperkirakan peristiwa ini. Akan tetapi, yang aku bayangkan adalah diriku yang memiliki kekuatan Saintess, bukan Rissa. Maka, jika Raja Edgar menanyakan pertanyaan itu padaku, aku akan memohon padanya untuk mengampuni nyawa Rissa. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat Rissa. Aku membuat ekspresi memohon agar Rissa membantu agar aku tidak dibunuh. Sekarang, ucapan Rissa sebagai Saintess akan sangat berpengaruh. Wajar saja, jika Raja Tiran ini ingin segera membunuhku, karena mengira aku tidak ada gunanya lagi. Namun, Rissa berbeda. Bagaimanapu
Baca selengkapnya

Bab 13. Isi Hati Rissa

"Tidak, Karl. Aku tahu kalau kamu sudah mencoba melakukan yang terbaik. Semua orang mengerti kalau tidak ada yang bisa membantah perkataan Yang Mulia Raja,” balasku untuk menenangkan Karl.Bukannya merasa lega atau senang, Karl malah tampak lebih murung setelah aku aku mengatakan hal itu.“Tapi, Lady, kita tidak akan bisa bersama lagi,” ucap Karl.Aku terkejut karena tidak memikirkan tentang hal ini. Raja telah mencabut semua kemewahan yang telah kunikmati selama ini. Kemewahan itu juga berarti Karl yang selama ini ditugaskan sebagai Kesatria pribadiku. Aku paham betul dan sangat siap jika memang aku tidak lagi tinggal di kamar mewah atatupun dilayani oleh seorang pelayan. Namun, aku tidak bisa membayangkan jika Karl tidak akan ada di sebelahku dan mengikutiku lagi. Itu pasti karena aku tidak pernah menganggap Karl sebagai Kesatria yang ditugaskan untuk mengawasiku, tapi sebagai teman. Jika Karl dibebastugaskan dari Kesatria pribad
Baca selengkapnya

Bab 14. Sikap Steein yang Menyebalkan

Setelah Rissa telah selesai mengucapkan semua hal yang ia ingin katakan, ia kemudian pergi dengan sombongnya tanpa menunggu tanggapan dariku.Kata-kata Rissa, apalagi ketika ia menyebutku Kakak, benar-benar terdengar mengerikan. Aku tidak pernah berpikir kalau hal Rissa sungguh-sungguh membenciku sejak kecil. Padahal ia selalu baik dan tersenyum manis padaku. Itu artinya, selama ini semuanya hanya kepura-puraan.Ketika aku masih berdiam diri di tempatku, aku melihat Steein mendatangiku. “Lady, tadi saya melihat Saintess Rissa datang dari arah sini, apakah pembicaraannya –“ Steein menghentikan ucapannya ketika ia melihatku yang sedang berdiri dengan ekspresi terluka.“Maaf, Lady. Kita harus segera ke Departemen Sihir sekarang,” ucap Steein.Tidak buruk juga rasanya mengalami ini semua, karena aku bisa melihat Steein meminta maaf dan bersikap sopan padaku untuk pertama kalinya. Selama dala
Baca selengkapnya

Bab 15. Hari Pertama menjadi Pegawai Baru

“Siapa yang kamu maksud unik? Aku? Apakah aku termasuk manusia langka di sini?” batinku.Ketika aku masih dibuat bingung akan perkataan Steein, Steein kemabali melanjutkan ucapannya, “Mulai sekarang, saya tidak akan menyapa dengan sebutan Lady. Akan tetapi, saya akan langsung menggunakan namamu, Malissa.”“Baiklah.” Aku mengangguk.“Pekerjaan Anda akan dimulai besok. Datanglah ke gedung yang di sebelah sana, dan Anda akan bekerja di gudang dokumen,” jelas Steein sambil menunjuk gedung yang ada tepat di sebelah gedung tempat kami berdiri sekarang.“Karena Anda tidak memiliki pakaian, nanti akan ada orang yang memberikan beberapa pakaian yang akan Anda gunakan. Namun, karena pakaian itu untuk bekerja, maka itu hanyalah pakaian biasa, bukan gaun yang mewah,” kata Steein.“Baiklah, tidak masalah,” balasku.“Dan, itu bukanlah celana.” Setelah Steein mengucapkan ka
Baca selengkapnya

Bab 16. Menunjukkan Kemampuan

Ada apa? Jika tidak penting, jangan bicara, kami sibuk,” ucap salah satu pria di situ dengan ketus. Aku agak kesal mendengar balasan mereka. Padahal aku berniat membantu, namun mereka malah memperlakukanku seperti ini. Akan tetapi, aku merasa risih melihat pekerjaan yang seharusnya dikerjakan malah terbengkalai seperti itu. Setelah berupaya merendahkan hatiku, aku bisa kembali punya niat untuk membantu mereka. “Aku bisa menyelesaikan itu,” ucapku.Seketika, suasana yang rusuh itu menjadi hening. Setelah itu, banyak yang memberikan berbagai pendapat. Ada yang bilang untuk jangan mempercayaiku karena Saintess palsu. Yang lain bilang kalau aku sedang cari perhatian. Namun, ada juga yang mengatakan kalau tidak ada salahnya untuk membiarkanku mencobanya. Setelah mereka menggunakan waktu untuk berdiskusi, akhirnya mereka memberikanku izin untuk melihat dokumen itu.Aku terkejut setelah melihatnya. Ini lebih mudah dari
Baca selengkapnya

Bab 17. Memanfaatkan Kesempatan

Sebelum masalah ini tambah rumit, aku membalikkan badanku dan berencana menjauh dari kekacauan ini. Akan tetapi, langkah kakiku terhenti karena Steein memanggilku. “Nona Lissa, Anda mau pergi ke mana?” tanya Steein dengan suaranya yang berat dan tegas.“E.. Em… ,” Aku tidak bisa memikirkan alasan apapun.“Sebaiknya Anda kemari,” ucap Steein lagi. Awalnya aku hanya berdiam di tempatku dan tersenyum. Dengan ekspresi wajahku, aku memberikan kode kepada Steein agar tidak melibatkanku. Akan tetapi, jelas saja itu tidak berhasil. Dengan pasrah, aku mengikuti perintahnya.“Apakah Anda yang membuat tanda ini?” tanya Steein.“Apa sih? Dari tadi bicara tanda ini, tanda itu. Coba kulihat hal apa yang membuat masalah menjadi sebesar ini,” batinku. Namun, seketika batinku berteriak karena melihat tanda itu. Itu adalah tanda yang aku buat sendiri. Tanda cen
Baca selengkapnya

Bab 18. Lingkungan Kerja yang Nyaman

Setelah mendengar jawaban Steein, aku hanya bisa tertawa datar. Itu adalah respon terbaik yang bisa aku berikan dalam situasi ini.Setelah Steein pergi, aku duduk termenung di tempat tidurku. Aku tidak pernah berpikir akan tinggal di atap yang sama dengan atasanku. Bagaimanapun, rasanya tidak nyaman. Sepanjang hari, aku akan merasa sikapku di awasi. Pemikiran untuk bisa bersikap bebas di rumah sendiri tidak akan pernah terwujud selama aku bekerja di sini. *****“Halo… Perkenalkan, nama saya Malissa. Saya akan bekerja di sini mulai dari sekarang.”Rasanya baru beberapa waktu lalu aku memperkenalkan diri, namun sekarang aku kembali mengulangi hal yang sama. Padahal aku sudah mulai terbiasa dengan lingkungan kerjaku, dan rekan-rekanku sudah mulai menerimaku. Sekarang, aku pasti akan mengalami hal yang sama seperti waktu itu. Orang-orang pasti akan merendahkanku lagi dan memberikan pekerjaan yang tidak terlalu berarti.  A
Baca selengkapnya

Bab 19. Perilaku Mencurigakan Olivia

Mengatasi banjir dan tanah longsor itu mudah. Hanya dengan menanam pohon di lokasi yang tepat. Namun, untuk bisa melakukan itu, aku harus mengetahui tata letak wilayah Kerajaan Heroit. Mengingat frekuensi wilayah yang terkena banjir, artinya ada semakin banyak penebangan hutan yang terjadi. Atau saluran air yang tidak mengalir dengan baik. Jadi, ada banyak hal yang masih harus diperiksa. Beberapa minggu sudah berlalu. Dan memang benar apa yang dikatakan Stella. Aku tidak pernah bertemu dengan Steein sejak waktu itu. Aku juga tidak pernah melihat ruangan kerjanya terbuka. Ia juga tidak pernah memanggil kami ke ruangannya. Yang pernah ke ruangannya hanya Olivia. Untuk dapat mendapatkan data terbaru, aku harus segera memintanya dari Steein. Hanya ada dua pilihan. Pertama, aku akan menunggu Stein di depan kamarnya, karena di situlah kami bisa bertemu. Atau, pilihan kedua, aku meminta tolong kepada Olivia untuk menyampaikan surat kepada Steein. 
Baca selengkapnya

Bab 20. Dikerjain oleh Steein

“Olivia? Wahh… sasaranmu memang besar. Olivia itu adalah anak dari seorang seorang Count. Namun, karena kecantikan dan kepintarannya, ia sangat disayang oleh Marchioness. Ia juga Lady yang terkenal sebagai pribadi yang paling ramah. Semua orang menyukainya. Laki-laki atau perempuan. Ia adalah Lady nomor satu di Kerajaan Heroit ini. Akan tetapi, ada desas-desus kalau Olivia adalah tunangannya Tuan Steein. Memang benar kalau mereka berdua teman dekat sejak kecil. Namun, Tuan Steein membantah perkataan itu. Sementara Olivia tidak memberikan tanggapan apa pun soal rumor itu. Ia tidak membenarkan, tetapi juga tidak membantahnhya,” jelas Stella.“Apakah kamu juga menyukainya?” tanyaku.“Aku? Tidak terlalu. Tapi, entahlah. Aku sama sekali tidak pernah berbicara dengannya,” jawab Stella.Dari penjelasan Stella, sepertinya aku sudah mengerti secara garis besarnya. Olivia bersikap ramah kepadaku, karena ia dikenal sebagai orang d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status