MENJADI SAINTESS TERHEBAT

MENJADI SAINTESS TERHEBAT

last updateLast Updated : 2021-12-31
By:  Yukari  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
14 ratings. 14 reviews
189Chapters
25.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aku berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan adik kembarku agar tidak tertabrak truk. Namun, begitu membuka mata, kami sudah berada di dunia yang berbeda tanpa terluka sedikit pun. Ini adalah dunia fantasi dengan sistem Pemerintahan Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja Tiran. Berdasarkan kepercayaan mereka, jika ada yang datang dari dunia lain, maka orang tersebut adalah Saintess. Akan tetapi, Saintess yang dipercayai hanya ada satu orang. "Karena kamu bukan Saintess. Aku akan membunuhmu di sini. Ada pesan terakhir?" ucap Raja sambil menarik pedangnya ke arahku.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Kebencian Tersembunyi

“Kak, aku minta maaf!” ucap Rissa sambil menyatukan kedua tangannya memohon di depanku. ”Tadi Ryan mengajakku ke rumahnya karena orang tuanya ingin bertemu denganku. Jadi aku tidak bisa wawancara kerja hari ini. Aku mohon kak, bantu aku,” lanjut Rissa. “Apa?” ucapku kaget. “Rissa, kau tidak bisa tiba-tiba begitu. Bukannya kamu yang memohon waktu itu agar bisa wawancara hari ini? Aku bahkan sudah memohon kepada atasanku agar dokumenmu bisa lulus persyaratan administrasi. Padahal seharusnya itu tidak bisa karena kamu tidak lulus kuliah,” jelasku kepada Rissa. Raut wajah Rissa berubah menjadi sedih. Matanya mulai berkaca-kaca dan ucapannya bergetar. “Jadi … maksud kakak aku harus bersyukur … hanya karena sudah lulus syarat administrasi?” “Bukan begitu Rissa,” ucapku dengan nada selembut mungkin agar Rissa tidak menangis. “Padahal kakak tahu sekalipun aku ikut wawancara, tidak ada jaminan ‘kan kala

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Verina Adikara
cerita yang sangat imaginatif dan cerdas. loveeeee .........
2023-08-26 12:32:42
0
user avatar
Aslamiyah Hasibuan
ku suka banget cerita ini, apakah masih ada season 2 nya ......... Terimakasih atas novel nya thor, selamat berkarya dan sukses selalu ......... dan semangat .........
2022-10-23 20:57:52
0
user avatar
Ms.X
good.............
2022-03-23 19:35:57
2
user avatar
Defitri Zakiaturrahmah
bacanya kebawa suasana bgt bikin penasaran terus
2022-03-01 20:14:44
2
user avatar
Alimah Khairunisa
msih blom rela aku tuh kak msih pen liat pertumbuhan anak2 Lisa sampe pda dewasa ,bikin cerita lanjutan nya kak
2022-01-03 23:43:05
1
user avatar
Alimah Khairunisa
yah udh tamat ini yah kak
2022-01-03 23:42:04
1
user avatar
dearhujan
Keren kak ceritanya ^^
2021-12-11 00:33:00
1
user avatar
Iro Magenta
lanjuuuut lagi
2021-11-26 13:43:21
1
user avatar
Mymos
Berikan kritik dan saran yang membangun yuk, agar author semangat! ...
2021-11-05 17:29:12
1
user avatar
Asya Ns
Aku mampir kesini, kakak mampir ke rumah -Anila yah...:)
2021-10-25 08:31:26
2
user avatar
Khoirul N.
real good novel
2021-10-19 12:22:30
2
user avatar
Mega setia
semangat thor ...
2021-10-14 21:23:03
1
user avatar
Khanna
Semangat thor
2021-09-13 22:06:53
3
user avatar
Mentari
Kk ayo saling dukung......
2021-10-31 13:01:37
2
189 Chapters

Bab 1. Kebencian Tersembunyi

“Kak, aku minta maaf!” ucap Rissa sambil menyatukan kedua tangannya memohon di depanku. ”Tadi Ryan mengajakku ke rumahnya karena orang tuanya ingin bertemu denganku. Jadi aku tidak bisa wawancara kerja hari ini. Aku mohon kak, bantu aku,” lanjut Rissa. “Apa?” ucapku kaget.  “Rissa, kau tidak bisa tiba-tiba begitu. Bukannya kamu yang memohon waktu itu agar bisa wawancara hari ini? Aku bahkan sudah memohon kepada atasanku agar dokumenmu bisa lulus persyaratan administrasi. Padahal seharusnya itu tidak bisa karena kamu tidak lulus kuliah,” jelasku kepada Rissa. Raut wajah Rissa berubah menjadi sedih. Matanya mulai berkaca-kaca dan ucapannya bergetar.  “Jadi … maksud kakak aku harus bersyukur … hanya karena sudah lulus syarat administrasi?” “Bukan begitu Rissa,” ucapku dengan nada selembut mungkin agar Rissa tidak menangis.  “Padahal kakak tahu sekalipun aku ikut wawancara, tidak ada jaminan ‘kan kala
Read more

Bab 2. Selamat dari Maut

Karena cahaya lampu truk yang semakin terang, Rissa akhirnya menoleh dan melihat truk sudah berada dekat ke arahnya.  Begitu menyadari bahwa tidak ada peluang untuk selamat. Aku menutup erat mataku dan mengatupkan gigiku sebagai persiapan untuk merasakan rasa sakit. Dalam waktu yang singkat sewaktu berada di ambang kematian, terlintas kisah bahagia saat kedua orang tua kami masih hidup serta aku dan Rissa bermain dengan sangat akrab. Aku ingin sekali kembali ke masa-masa itu.  Beberapa detik berlalu, aku masih belum merasakan apa-apa. Debaran jantungku terasa sangat kuat sampai ujung kakiku juga bisa merasakan iramanya yang cepat. Aku masih menutup mataku dan bertanya-tanya dalam hati, “Apakah memang akan terasa selama ini kalau mau mati?” “Kak … Lissa?”Aku mendengar suara lirih yang sangat ku kenal yang adalah suara Rissa. Aku pun langsung membuka mataku.  Lissa duduk tidak jauh dariku dengan posisi  seperti habis
Read more

Bab 3. Budaya yang Aneh

Tok, tok, tok! Terdengar ada yang mengetuk pintu. “Nona, bolehkah saya masuk?” ucap seorang wanita dari balik pintu.Karena aku tidak memberi tanggapan, wanita itu membuka pintunya dan masuk. Ia memakai pakaian seperti seorang pelayan. Ia masuk dengan membawa pakaian dan banyak makanan. “Halo Nona, saya yang akan menjadi pelayan Nona mulai sekarang,” ucapnya sambil membungkukkan badannya.Ia melanjutkan, “Saya membawa pakaian untuk nona pakai. Saya harap ukurannya sesuai untuk Nona. Silakan ganti baju, Nona.” Aku menerima pakaian yang diberikan pelayan itu dan langsung menggantinya di tempatku berdiri. Begitu aku mulai membuka kancing atas kemejaku, pelayan itu tampak terkejut dan menutup wajah dengan kedua tangannya. “No—Nona, Nona bisa mengganti pakaian dalam ruangan itu,” ucapnya sambil menunjuk ke sebuah ruangan kecil yang ad
Read more

Bab 4. Sejarah Kerajaan Heroit dan Saintessnya

Ketika aku berjalan mendekat, orang itu tahu kalau aku meyadari kehadirannya. Aku menghentikan langkahku ketika ia menyelipkan tangannya dan memegang ujung pintu. Tangan itu kemudian mendorong pintu agar terbuka lebih lebar. Sepasang kaki melangkah masuk dan aku terkejut saat orang itu menunjukkan diriya. Ia adalah kesatria berambut biru yang aku lihat dari jendela tadi. Ia memberi salam dengan menyilangkan tangan kanannya ke dada kirinya. “Saya adalah kepala Kesatria yang bertugas melindungi Anda, Lady.” Aku hanya diam dengan wajah datar dan tidak membalas perkataannya sama sekali. Awalnya jantungku berdetak dengan keras karena rasa khawatir. Namun, matanya yang menatap langsung ke bola mataku memberi perasaan yang menenangkan. Mungkin itu karena aku melihat warna matanya yang kebiruan seperti langit yang luas, seolah-olah memberikanku kebebasan. “Saya akan pergi Nona, s
Read more

Bab 5. Undangan Menghadap Raja

Aku mengalihkan pikiranku dari pikiran yang tidak menyenangkan itu dan melihat buku yang satu lagi. Buku itu berjudul Bahasa Saintess dan Gambar Sihirnya. Saat aku membuka isinya, aku terkejut karena tulisannya memakai Bahasa Inggris. “Apakah ini yang dimaksud Bahasa Saintess? Jadi ketika mengucapkan mantra ini dan menggambar sihirnya, maka akan bisa melakukan penyembuhan?” tanyaku dalam hati. “Hahahahahaha …,” tawaku langsung lepas begitu membaca isi buku itu. Aku bahkan tertawa sampai air mataku keluar. Saat aku mengusap air mataku, sudut mataku melihat bayangan pria. Aku pun langsung menghentikan tawaku dan menoleh untuk memperhatikan bayangan itu lebih jelas. Ternyata, kesatria berambut biru sudah berdiri melihatku dari depan pintu. Aku pun langsung terkejut dan spontan menutup mulutku. Kesatria itu memberikan sapu tangannya. Mungkin agar aku menggunakannya untuk mengusap air mataku. 
Read more

Bab 6. Perjalanan Menuju Kandang Singa

Wajah Karl memerah dan ia langsung melepaskan tangannya. Aku bisa melihat Karl yang salah tingkah. Ia mengacak-acak rambutnya dan menutup mulutnya secara bergantian.  “Polos sekali,” ucapku dalam hati. Sepertinya budaya di dunia ini membuat sentuhan tidak biasa digunakan.  Karl memperhatikan sekitar. Begitu memastikan tidak ada yang sadar kalau aku baru saja menjerit, ia  bernapas lega.  “Lady harus berhati-hati,” ucapnya.  Wajahnya kembali datar dan serius. Akan tetapi, aku salah fokus ke telinganya yang masih memerah. Spontan aku menutup mulutku dan tertawa kecil. Setelah aku sudah mulai tenang, barulah aku bisa kembali bicara dengan Karl. “Jadi, kapan aku akan pergi ke Istana?” tanyaku “Sekarang, Lady,” jawab Karl. “Saya akan memanggil pelayan untuk membantu Lady  bersiap-siap.” “Baiklah,” jawabku. Kemudian, Karl melangkah pergi. Aku memperhatikan kembali amplop undangan itu. Di luarnya
Read more

Bab 7. Dugaan Raja

Perkataan Raja Edgar membuatku tersentak karena beberapa alasan. Alasan pertama, karena aku takut kebohonganku terbongkar oleh Raja Tiran ini. Berbeda dengan orang lain, sepertinya Raja lebih pintar dan lebih sensitif. Satu tindakan yang salah dariku bisa membuat kepalaku melayang saat itu juga. Alasan yang kedua, ketika menanyakan aku yang tidak bisa berbicara, Raja Edgar ada mengucapkan kata ‘juga’. Itu artinya, selain aku, ada juga orang yang tidak bisa bicara. Orang itu tidak lain adalah Rissa, karena hanya aku dan Rissa yang dipanggil menghadap Raja sekarang.  Aku mengendalikan ekspresiku. Aku memang ketakutan karena auranya yang tidak biasa, tetapi aku menekan rasa takutku dan berusaha terlihat percaya diri agar tidak ketahuan berbohong. Sambil menatap mata Raja Edgar, aku menjawabnya dengan mengangguk. Raja Edgar kembali menatap mataku dengan lama, seolah-olah ingin memeriksa apakah respon yang aku berikan adalah kebenaran atau tidak.  Aku me
Read more

Bab 8. Menggambar Mantra

Perkataan Karl itu sungguh mengejutkan. Selama ini banyak orang yang mengagumi perawakan Rissa. Jika kami dua dibandingkan, banyak yang akan merasa bahwa Rissa lebih cantik daripada aku. Namun, Karl mengatakan rambut hitamku lebih baik? Aku tidak tahu kata ‘baik’ yang dimaksud Karl itu adalah cantik. Namun, apa pun artinya, aku merasa senang karena ia berpihak padaku. Tanpa terasa, kami sudah tiba di rumah. Aku lebih suka menyebut rumah ini sebagai rumah tahanan, karena disinilah aku diawasi dan dilatih.  Setelah waktu itu, Karl lebih sering menunjukkan dirinya. Ia juga selalu menemaniku walaupun aku hanya berada di dalam kamar. Tidak ada hal khusus yang kami lakukan, namun ia tetap datang walau kami hanya mengobrol ringan dan meminum teh bersama. *****Hari ini adalah hari pelajaran dengan Steein. Biasanya, Karl sudah pergi entah kemana. Namun, hari ini berbeda. Sejak bangun di pagi hari, Karl sudah menunggu di
Read more

Bab 9. Praktek Sihir yang Gagal

Setelah itu, aku kembali berfokus untuk melanjutkan gambarku. Tanpa terasa, matahari sudah mulai terbenam. Karena merasa sangat lelah, aku merebahkan badanku di lapangan itu. “Sial! Hanya untuk menggambar saja sudah menghabiskan waktu seharian. Sekarang aku harus melakukan apa lagi?” batinku kesal. “Lady bisa mencoba membacakan mantranya,” ucap Steein yang sekarang sudah berdiri di sebelahku. Ketika aku hendak mengerahkan tenagaku yang tersisa untuk berdiri, aku melihat Steein mengulurkan tangannya. Aku sempat menatapnya sebentar karena kebaikannya yang tidak biasa itu. Ini adalah hal yang paling luar biasa yang pernah aku terima dari Steein. Jadi, aku tidak menyia-nyiakan hal itu dan membiarkannya membantuku kembali berdiri. Aku berdiri dalam diam sambil memandang gambar mantra sihir yang berada di depanku. Tawa datar yang keluar dari mulutku tidak bisa kucegah, karena rasanya sungguh aneh kalau gambar seperti ini b
Read more

Bab 10. Peristiwa di Perpustakaan

Aku menelan ludah, dan menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan Raja Edgar. “Siapa yang memberimu hak untuk masuk ke perpustakaan ini?” tanya Raja Edgarlagi. Kali ini, aku merasakan tanganku yang gemetar ketika aku mengangkatnya untuk menunjukkan lencana yang diberikan Steein. Setelah melihat lencana milik Steein, Raja berkata, “Ternyata kamu cukup disayangi oleh pria kaku itu. Aku sudah selesai. Masuklah.” Aku langsung bisa merasa lega karena akan segera berpisah dengan Raja Edgar. Akan tetapi, begitu aku menghembuskan napas lega, napasku kembali tercekat saat Raja Edgar bertanya lagi, “Kenapa pakaianmu seperti itu?” Pikiranku kosong. Tidak ada alasan yang bisa terdengar masuk akal terlintas di kepalaku.  Melihatku yang terdiam lama dengan wajah yang semakin pucat, Karl memutuskan untuk berbicara. “Lady baru saja menyelesaikan latihan menggunakan sihir Yang Mulia. Ia menggunakan celana, agar ia bisa latihan dengan lebih n
Read more
DMCA.com Protection Status