Home / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Chapter 21 - Chapter 30

189 Chapters

Bab 21. Proyek Bersama Steein

Aku menjadi kesal karena Steein tidak menyadari betapa sulitnya untuk bisa bertemu dengannya. “Tuan selalu berada di ruangan kerja Tuan yang tertutup. Tuan juga tidak ada memanggil saya untuk alasan apa pun ke ruangan Tuan. Saya tidak pernah menemui Tuan sejak Tuan mengantar saya ke Departemen Pusat. Dan setahu saya, Olivia selalu ke ruangan kerja Tuan untuk menyampaikan hasil kerja kami. Selain itu, bukankah Tuan dan Olivia adalah teman sejak kecil? Jadi, Tuan dan Olivia pasti punya lebih banyak alasan untuk bertemu walaupun di luar waktu kerja,” jelasku.“Haaahhhh…” Steein menghela napas. Ia menyilangkan kedua tangan di dadanya dan raut wajahnya menunjukkan kekesalan. “Saya pikir Anda lah yang sibuk selama ini untuk menyelesaikan tugas dari Yang Mulia Raja. Karena Anda tidak menemui saya sama sekali, saya pikir Anda tidak membutuhkan bantuan saya. Ahh … satu lagi, saya dan Olivia tidak punya alasan apa pun untuk bertemu satu
Read more

Bab 22. Begadang di Kamar Steein

“Maaf, Tuan, saya akui kalau saya tidak bisa menggambar,” ucapku lesu.“Anda benar. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan Anda soal ini,” balas Steein. Hal itu memang benar. Akan tetapi, melihat Steein yang mengatakannya dengan terus terang membuatku merasa lebih kesal. “Kalau begitu, besok saya akan ke perpustakaan dan membawa buku yang memberikan informasi tentang tanaman,” ucap Steein.“Apakah ada semacam buku itu di sini? Luar biasa, itu akan sangat membantu,” balasku dengan bersemangat.“Anda pikir Kerajaan ini seperti apa? Itu adalah pekerjaan yang telah dilakukan oleh Departemen Sihir di bawah Kepala Departemen sebelumnya. Akan tetapi, sejak saya yang mengambil alih, banjir dan tanah longsor mulai terjadi, jadi kami hanya terus berfokus mengatasi hal itu hingga sekarang,” jelas Steein.Dilihat dari cara bicara Steein, ia tampaknya sangat frustasi kare
Read more

Bab 23. Rumor

“Ahh, emm.. Karena Tuan tidur lelap? Perasaan takut membuat aku menjadi tidak yakin dengan jawabanku. Tanpa kusadari, aku malah kembali bertanya kepada Steein.Wajah Steein menjadi semakin gelap setelah mendengar jawabanku. Dengan tekanan pada nada bicaranya, ia kembali bertanya, “Apakah Anda tidak tidur semalaman?”“Ahh… tidak, Tuan. Saya tidur, dan saya baru saja bangun dari tidur saya.” Ucapku. Walaupun aku berusaha mengatakannya dengan percaya diri, nada suaraku yang bergetar membuktikan ketakutan masih ada dalam diriku.“Ohh, begitu. Syukurlah.” Ekspresi wajah Steein langsung kembali cerah sambil mengatakan hal itu. Aku tidak tahu apakah dugaanku salah. Akan tetapi, mungkin saja Steein marah karena takut aku begadang seperti kemarin.“Baiklah, Tuan. Saya kembali ke kamar dulu untuk bersiap-siap. Besok, saya akan datang lagi untuk membahas tentang pohon yang akan ditanam,”
Read more

Bab 24. Kepribadian di Balik Topeng Olivia

Karena aku kalah jumlah, terpaksa aku mengikuti ucapan Olivia. Jika aku melawan, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Olivia selanjutnya. Mengingat reputasi yang dimiliki oleh Olivia, jika kami bertengkar di sini, orang-orang akan tetap membelanya dan menyalahkanku, terlebih lagi karena rumor yang tersebar tentangku sangat tidak baik. Aku dibawa ke belakang gedung Depatemen. Aku sudah bisa tebak apa yang akan terjadi. Ternyata, hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi di duniaku. Sifat dan perilaku manusia karena buta oleh kecemburuan ternyata sama saja. “Apa yang Anda bicarakan dengan Steein,” tanya Olivia.Wahh, ternyata sekaran Olivia secara terang-terangan langsung menyebut nama Steein tanpa embel-embel apa pun di depanku. “Apa aku harus melaporkannya padamu?” jawabku.“Heh… kamu tidak tahu ya, kalau Olivia ini adalah tunangannya Tuan Kepala!” bentak salah satu pengikutnya terh
Read more

Bab 25. Kunjungan Pertama Karl

Steein kemudian mendekat ke arah kami. Aku yang hanya menatapnya, terkejut karena Steein menarik pergelangan tanganku sehingga pegangan tanganku terhadap Karl terlepas. “Bisakah Anda bersikap lembut sedikit? Anda tidak lihat kalau Lissa sedang sakit?” ucap Karl.Perkataan Karl itu membuat Steein tersentak. Steein menoleh kepadaku. Ia memandangi semua tubuhku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Mungkin ia marah, sedih, kesal, atau khawatir, aku tidak tahu. “Apa Anda baik-baik saja?” tanya Steein.Sebelum aku sempat menjawab, Karl langsung berkata, “Apakah menurutmu ia baik-baik saja?”Steein dan Karl sekarang saling menatap dengan ekspresi seakan ingin melakukan perang. “Sudahlah, kalian berdua. Aku baik-baik saja, kok. Aku melakukannya dengan sengaja,” ucapku.Karl dan Steein langsung menatapku dengan ekspresi tidak percaya.“Hahhh… “ A
Read more

Bab 26. Rumor berganti Rumor

Aku terdiam di tempatku setelah mendengar hal itu. Aku tidak menyangka kalau Steein bahkan sampai berbuat sejauh ini. Hal ini sangat menguntungkanku. Aku bahkan tidak perlu menjelaskan apa-apa kepada orang-orang ini. “Lalu, apa yang terjadi kepada Olivia dan teman-temannya?” tanyaku. Aku menanyakannya dengan ekspresi dan nada khawatir, namun sebenarnya isi hatiku sangat penasaran dengan akhir mereka agar aku tahu bagaimana mempersiapkan diri jika bertemu dengan mereka di kemudian hari. “Kamu tidak perlu khawatir, Lissa. Wajah Olivia sangat pucat begitu tahu kalau kami menyaksikan dirinya dan teman-temannya yang telah menyiksamu. Setelah itu, Steein bahkan memanggilnya dengan ekspresi marah. Begitu keluar dari ruangan Steein, Olivia dan teman-temannya langsung berlari keluar dan pulang ke rumahnya. Kurasa, ia tidak akan berani untuk menampakkan wajahnya besok,” ucap mereka secara bergantian untuk memberi penjelasan kepadaku.
Read more

Bab 27. Bergabungnya Karl dalam Malam Begadang

Aku melihat dokumen yang dipegang oleh Karl. “Bukankah dokumen itu harusnya berada di kamarku? Kenapa sekarang malah ada di tanganmu?” tanyaku bingung,  Karl memalingkan wajahnya dan menolak berbicara. Kemudian, aku memandang Steein. Steein juga melakukan hal yang sama, ia menghindari pandangan mataku.  “Apakah salah satu dari kalian mencurinya?” tanyaku dengan penuh curiga. Steein menjadi panik mendengar pertanyaanku, sehingga ia membuat pembelaan untuk dirinya sendiri. “Bukan saya … Eh … Maksudnya, memang benar saya yang menggunakan sihir untuk mengambil dokumen itu dari kamarmu.” Selama Steein berbicara, aku terus menatapnya tajam.Hal itu membuatnya gugup. “Na-Namun, emm… Benar! Karl yang memaksa saya melakukannya. Ia tadi datang ke ruanganku dan menyuruhku untuk melakukan itu.” Aku menoleh untuk melihat Karl. “Karl... benarkah itu?” tanyaku dengan mengalihkan tatapanku dari Steein ke Karl. Karl yang dari tadi memalingkan wajahnya
Read more

Bab 28. Wawancara Dadakan dengan Stella

 “Baiklah. Terima kasih, Steein,” ucapku.“Tiga tahun lalu, ada terjadi perluasan pemukiman di daerah ini,” lanjutku sambil menandakan sebuah lokasi yang berada di dataran rendah.  “Beberapa bulan setelah perluasan pemukiman dilakukan, ternjadi banjir. Dan itu masih berlangsung sampai sekarang. Orang-orang di sana saling menyalahkan satu sama lain dengan mengatakan kalau itu adalah kutukan. Namun, sebenarnya sangat tidak dianjurkan untuk membuat pemukiman di dataran rendah ataupun di pinggir sungai. Karena, jika debit air bertambah ... Ehh ... maksudnya, jika terjadi banjir di wilayah lain yang merupakan dataran tinggi, maka dataran rendah dan pinggir sungai otomatis juga akan terkena banjir.”Kata-kata itu mengakhiri penjelasanku.“Hmm … ternyata begitu,” ucap Karl dan Steein bersamaan. Aku tersenyum puas mereka bersikap kompak, dan mengerti akan penjelasanku. “J
Read more

Bab 29. Naik Jabatan

 “Belum. Aku masih mempertimbangkannya. Aku belum memberikan jawaban apa pun. Lagi pula, bukan aku yang memutuskan, karena ini adalah hubungan antar keluarga,” jelas Stella.Aku lupa kalau budaya di sini seperti itu. Aku pernah membaca novel seperti itu. Rata-rata, para kaum bangsawan kaya, ataupun orang kelas atas di jaman modern menikah bukan karena mencintai satu sama lain. Melainkan karena perjodohan atau karena hubungan diplomatik. Mereka akan mencari dan memilih pasangan yang selevel dengan mereka atau menguntungkan kedudukan mereka. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan kalau yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan semakin miskin. Hukum kasta itu tidak akan bisa berubah jika pernikahan dengan sistem seperti itu terus terjadi. “Baiklah, tetap semangat ya, Stella. Pilihlah mana yang terbaik untukmu,” ucapku kepada Stella. “Baik, Lissa. Terima kasih,” balas Stella.Tok, tok.
Read more

Bab 30. Manfaat Pendidikan 12 Tahun

 Namun, aku kembali memfokuskan pikiranku dan membaca proposal itu. Alasan yang ditulis di proposal itu adalah karena dampak yang diberikan oleh banjir. Jadi, Kepala Daerah mengeluarkan cukup banyak dana untuk perbaikan wilayah. “Di saat daerah itu memiliki tambang, tetapi terjadi banjir?” batinku bingung. Dengan sigap, aku mengambil dokumen dari tasku dan memeriksa data lokasi banjir yang telah aku catat. Dan, benar saja. Wilayah Desia sama sekali bukan wilayah yang pernah mengalami banjir. “Jadi, kamu mau menipu, ya?” ucapku sambil tersenyum licik. “Jadi, kamu sudah menemukan jawabannya?” tanya Steein.“Sudah, Tuan. Saya akan menyusun laporannya dulu,” ucapku. Steein hanya membalasku dengan tersenyum. Pekerjaanku sudah selesai, namun sekarang belum waktunya jam pulang. Aku langsung menyerahkan laporan yang telah aku susun kepada Steein.“Aku sudah me
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status