Beranda / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Bab 32. Presentasi Pertama di Hadapan Raja

Share

Bab 32. Presentasi Pertama di Hadapan Raja

Penulis: Yukari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tidak, Lissa. Ini adalah hasil pekerjaanmu. Kamu pasti bisa melakukannya. Lagi pula, anggap saja ini pelatihan. Ayo kita pergi,” ucap Steein dan langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar tanpa menunggu responku. 

“Tunggu saya, Tuan,” teriakku panik sambil mengambil semua keperluan yang aku butuhkan dan membawanya. 

Sepanjang perjalanan, aku hanya memperhatikan isi dokumen yang aku bawa dan membacanya di dalam kerete sambil bergumam. Selama waktu itu, Steein hanya tersenyum melihatku. 

Sekarang saatnya aku sampai di istana. Kemegahan Istana ini masih saja membuatku bergidik karena rasanya menyeramkan. 

Steein masuk ke dalam Istana dan menghadap Raja Edgar. Sementara aku hanya mengikutinya dari belakang. Selain kami dan Raja Edgar yang berada di ruangan ini, aku ada melihat beberapa bangsawan lain. Di antara bangsawan itu, salah satunya pastilah pemimpin wilayah Desia. Aku melirik m

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 33. Serangan Balik

    Setelah Viscount Derick mengatakan hal itu, Raja Edgar masih tetap berpangku tangan di tempatnya. Sementara itu, Steein hendak berbicara untuk membelaku. Namun, sebelum itu terjadi, aku terlebih dahulu berbicara untuk memberikan pembelaan terhadap diriku sendiri.“Saya punya bukti, Tuan. Tangan Tuan Bangsawan itu, hanya ia yang tidak meletakkan perhiasan apa pun di tangannya. Itu karena ia tidak mau direpotkan karena ia akan sering menggunakan tangannya. Selain itu, jari jempol, telunjuk, dan tengahnya kapalan. Itu karena ia sering menggunakannya untuk menulis. Lebih daripada bangsawan lainnya di sini,” jelasku.“I-Itu hal yang mustahil. Hanya dengan itu tidak—““Saya punya bukti lain,” ucapku untuk memotong ucapan Viscount Derick. “Silahkan Tuan Viscount dan Tuan Bangsawan itu menuliskan sebuah kata di kertas kosong ini. Lalu, kita cocokkan ke isi tulisan dari proposal yang Tuan berikan. Untuk

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 34. Satu Ruangan dengan Raja

    “Benar, Lissa. Coba kamu masuk kesana dan cari tahu apa yang terjadi, nanti aku akan menanyakannya kepadamu, oke? Dadah, Lissa, aku harus ke ruanganku sekarang,” ucap Stella yang kemudian dengan cepat melarikan diri.Sekarang aku berada di pintu depan ruanganku. Namun, tanganku rasanya berat untuk membuka pintu ruangan kerja yang biasanya aku masuki. Aku berjalan mondar-mandir karena gelisah. Namun, tingkahku yang tidak jelas itu dihentikan oleh sebuah suara menyeramkan yang terdengar dari balik pintu.“Hentikan tingkahmu, dan masuklah.”Tubuhku langsung membatu karena mendengar suara Suara yang biasanya aku dengar jika di Istana Raja, malah aku dengar juga di tempat kerjaku. Dengan tanganku yang gemetar, aku membuka pintu ruangan itu.Di dalam ruangan itu, aku melihat Raja Edgar duduk di tempat yang biasanya adalah tempat Steein. Sementara itu, meja kerjaku sekarang tidak hanya memiliki satu kursi,

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 35. Raja Edgar dan Teman Masa Kecilnya

    “Emm … meningkatkan mana agar kekuatan lebih besar. Lissa, jangan bilang kalau maksudmu…” ucap Steein.“Benar. Kita harus memanfaatkan batu mana dari daerah Desia, ‘kan?,” sambungku pada ucapan Steein.“Sebaiknya, jika kalian telah berhasil menyelesaikan tiga wilayah dalam satu hari, datanglah ke lokasi ini untuk berkumpul dengan para penyihir. Namun, istirahatlah selama sehari. Seorang penyihir yang membantu kalian teleportasi juga harus memulihkan mana yang ia miliki. Selama waktu itu, kalian juga bisa mengobati yang terluka. Lalu dua hari berikutnya, kalian bisa bertarung lebih cepat dan menyelesaikannya sebelum matahari terbenam. Setelah itu, kalian akan berteleportasi di lokasi ini, dan kembali membulihkan tenaga kalian di sana. Kemudian, keesokannya kalian akan mulai menyerang. Bagaimana?” tanyaku untuk mengakhiri penjelasan.“Kamu benar-benar luar biasa, Lissa. Tidak aku san

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 36. Raja juga Manusia Biasa

    Sekarang aku bisa mengerti apa yang dirasakan Rissa waktu bilang ia jatuh cinta sejak melihatnya. Rambut keemasan, dan mata merah. Benar-benar penampilan yang mencolok. Jika Steein memiliki rambut pirang, maka rambut Raja Edgar tampak lebih bersinar. Apalagi jika terkena pantulan cahaya lampu atau cahaya matahari. Jika mata Karl seperti langit biru yang memberikan rasa tenang, maka mata merah raja tampak sangat tegas dan penuh ambisi. Jika mereka menjadi grup idol di duniaku, pasti akan banyak muncul fan fanatik untuk bisa mencuri perhatian mereka.“Aku sudah mendengar rencana kalian. Jadi, bagaimana perkembangannya sejauh ini?” tanya Raja Edgar.“Oh, ya Lissa. Aku tadi sudah mengukur wilayah yang akan ditanam oleh pohon-pohon itu. Dan aku juga sudah mencari pohon yang kamu maksud dan sudah memenuhi jumlah yang sesuai. Ini laporannya. Coba kamu periksa,” lapor Steein sambil memberikan catatan mengenai penelitian yang telah ia lakuk

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 37. Komandan Utama

    “Aku tahu!” seruku.Dengan membuka semua dokumen pemindahan wilayah yang sudah aku persiapkan, aku berkata kepada Raja Edgar. “Tolong Yang Mulia beri stempel yang mulia di sini. Sewaktu dokumen ini diberikan, mereka harus diberi pesan bahwa jika mereka tidak mau pindah dalam dua hari, maka wilayah mereka otomatis akan milik Kerajaan. Dengan adanya stempel Raja, maka dokumen ini resmi menjadi perintah Raja. Dengan demikian, otomatis mereka akan memilih untuk pindah wilayah daripada kehilangan wilayah mereka sama sekali. Bukankah begitu?” tanyaku.Raja tersenyum setelah mendengar perkataanku. “Kamu lebih hebat daripada yang aku bayangkan. Baiklah. Steein, ambil cap Kerajaan,” perintah Raja.“Baik, Yang Mulia,” jawab Steein. Setelah itu, ia yang tadi berada di sebelahku langsung menghilang. Sepertinya ia menggunakan sihir teleportasi untuk mengambil stempel Raja.Aku cukup takjub melihat mer

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 38. Menghabiskan Waktu Berdua bersama Raja

    Sekarang, aku sudah tiba di depan kamarku. “Terima kasih Yang Mulia,” ucapku sambil menundukkan kepala untuk memberikan hormat.“Baiklah,” balas Raja. Kemudian ia melangkah pergi.*****Hari ini, Steein sibuk untuk mengasi penyebaran dokumen kepada semua wilayah yang akan dipindahkan hari ini. Jadi, Steein hanya datang bekerja untuk sebentar dan segera pergi. Untuk mengisi kekosongan Steein, aku langsung mengambil alih beberapa pekerjaannya.Aku pikir, aku akan sendirian seharian ini. Namun, pada tengah hari, Raja Edgar datang.“Apakah Yang Mulia ingin menunggu Tuan Steein?” tanyaku.“Tidak,” jawab Raja Edgar.“Kalau begitu, apakah ada yang bisa saya bantu Yang Mulia?” tanyaku sambil berdiri.“Tidak ada. Kerjakan saja tugasmu seperti biasa, dan anggap aku tidak ada di sini,” ucap Raja Edgar.“Baik, Ya

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 39. Raja tidak Terlalu Menyeramkan Lagi

    Jawaban yang diberikan oleh Raja Edgar bukannya membuatku senang, tetapi membuatku semakin ketakutan. “Ini mengerikan. Jika Rissa tahu bahwa Raja Edgar sering ke sini. Rissa akan semakin membenciku dan merencanakan sesuatu yang lebih jahat,” batinku.*****Ini sudah hari kelima Raja Edgar datang ke Departemen Sihir. Sekarang, tersebar berita bahwa aku adalah orang yang dikasihi oleh Raja Edgar. Kenapa dikasihi dan bukan dicintai? Karena Raja Edgar juga akrab dengan Karl dan Steein. Selain itu, setiap kali kami bersama, suasana kami sangat mencekam dan kaku. Tidak ada situasi romantis sama sekali. Jadi orang-orang memikirkan bahwa Raja menyayangiku sama seperti ia menyayangi Karl dan Steein.“Apakah di dunia kalian ada Saintess?” tanya Raja Edgar.Sekarang, aku sudah terbiasa diajak mengobrol oleh Raja Edgar di tengah-tengah pekerjaanku. Lama-lama, aku merasa kalau Raja Edgar ini semakin banyak rasa penasarannya sepert

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 40. Salah Kostum

    Setelah membisikkan itu, aku berjalan lurus ke depan dan menemui Steein yang berdiri tidak jauh di sana. Walaupun aku tidak berbalik untuk melihat langsung bagaimana wajah Rissa, aku bisa membayangkan bagaimana wajah kesalnya sekarang.Aku merasa cukup lega karena mengetahui kalau Rissa masih sama seperti dulu. Ia hanya berfokus dirinya sendiri tanpa melihat sekitarnya.“Kamu tidak tahu Rissa, kalau pertanyaan yang diajukan Raja kepadamu bukan karena bentuk perhatiannya, tetapi untuk mengetahui cara berpikir orang lain. Entah itu orangnya, ataupun musuhnya,” ucapku dalam hati.Dari ucapan Rissa yang berkata kalau aku bisa ikut melakukan pembasmian karena dirinya, membuatku mengetahui kalau Raja Edgar tidak mempercayai Rissa sepenuhnya walaupun ia seorang Saintess. Itu karena Raja Edgar tidak memberi tahu fakta dibalik dilaksanakannya perburuan kali ini, dan alasan aku ikut.“Rissa!” sapa Steein padaku keti

Bab terbaru

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 188. Keluarga Legendaris

    SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 187. Kakak Adik yang Akur

    “Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 186. Eden yang Bahagia

    Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 185. Hamil Kedua

    “Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 184. Kebahagiaan Eden

    Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Tumbuh Menjadi Tidak Berperasaan

    Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Eden Berusia Lima Tahun

    "Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 182. Posesif dan Over Protektif

    “Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 181. Senyuman si Kecil

    Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare

DMCA.com Protection Status