Home / Romansa / Lidah Menantu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Lidah Menantu: Chapter 1 - Chapter 10

83 Chapters

Perintah Dini

  "Mak  … Mak, di mana?" Kudengar suara Dini, menantuku memanggil.    "Di belakang, Din," sahutku. Kulanjutkan pekerjaan membilas baju.   "Mak, kenapa, di tudung belum ada lauk? Dini laper!" tanya Dini ketus.    Aku menoleh kepadanya. Dini sudah berdiri di ambang pintu tempat cucian.    "Mak, belum masak! Baju kemarin numpuk, makanya, Mak nyuci dulu," jelasku.    "Tapi, ini udah jam sepuluh, Mak! Mak, kan tau kalau jam segitu, Dini makan lagi! Nyucinya tinggal aja, Mak masak dulu, gih!" perintah Dini padaku.    "Ta— tapi ini nanggung, Din."
Read more

Dini semakin menjadi

  Kulihat Dini memegang rantang urap tadi dan hampir menuangkan isinya, kedalam tong sampah.  Kurebut rantang dari tangan Dini, dan meletakkannya di atas meja.    "Kenapa, kamu mau buang urap dari Wita?" tanyaku kesal.    "Tadi, Dini coba cicip, ternyata gak enak, jadi Dini mau buang!" jawab Dini tanpa perasaan bersalah.    "Wita, kalau masak urap selalu enak. Lagipula itu, kan untuk mak. Kalau kamu dak suka, ya sudah, jangan main buang gitu!" ucapku kesal.    "Halah, timbang urap murahan gitu! Sudahlah!" ucap Dini akhirnya seraya berlalu dari dapur.    Tingkah Dini ta
Read more

Tamparan untuk Dini

  "Mak, yang apa-apaan! Coba liat gamis Dini, tuh! Itu gamis mahal dan favorit Dini, Mak! Kenapa, sampe kena luntur gitu?" tanya Dini murka.  Kuambil gamis yang dilempar Dini ke arahku dan memeriksa gamis tersebut. Hanya kena luntur sedikit di bagian bawah, itu pun tidak terlalu kelihatan.  "Sedikit cuma, Din. Lagipula ini bagian bawah, gak bakal keliatan juga," jawabku.  "Sedikit, kata Mak! Gamis itu mahal, Mak! Enak aja, Mak ngomong!" cecar Dini emosi.  Mm … Mak minta maaf, mak gak tau, sewaktu nyuci minggu lalu, kayaknya mak masuki ke mesin cuci. Gak tau kalau ada yang luntur." jawabku.  "Kan, sud
Read more

Bungkusan obat

 "Sebenarnya, apa Mak?" desak Imron.  "Mas, maaf, saya ikut campur!" Bagas menyela ucapan Imron.  "Ya, Gas. Bicaralah, mas juga sudah pusing ini." "Gini aja, Mas. Kita gak perlu lagi cari apa masalahnya. Yang jelas, itu sudah terjadi. Saya yakin, itu hanya salah paham saja. Sekarang ini, sebaiknya kita sudahi saja. Saya akan meminta Wita, minta maaf pada Mbak Dini dan saya janji, Wita gak akan mengulangi perbuatannya lagi," ucap Bagas lagi.  Wita mendelik ke arah Bagas tanda tak setuju. Yang ditatap terlihat santai.  "Huh, enak saja hanya minta maaf! Kamu gak tau, Gas, istrimu itu bar-b
Read more

Dini gosipin Wita

  Pagi ini, sengaja aku belanja di tukang sayur keliling. Kebetulan hanya sayur dan bumbu saja yang belum ada.  "Eh, Mak Esah. Udah lama, gak kelihatan belanja di sini? tanya Bu Leli, tetangga depan rumahku.  " Iya, Bu, cuma beli sayur aja," jawabku basa-basi.  Sebenarnya aku malas menanggapi omongan Bu Leli. Soalnya, dia terkenal akan gosipnya. Aku berusaha menghindar dengan orang yang satu ini. Bisa merusak iman dan ibadah kalau bergaul lama-lama dengan Bu Leli. Apalagi, aku ini sudah berumur.  "Eh, Mak Esah, mau nanya nih, kemarin lusa, saya ada dengar suara berantem di rumah Mak Esah. Siapa yang berantem, Mak?" tanya Bu Leli sam
Read more

Rahasia apa

 Sore itu, aku baru pulang dari pengajian. Kulihat motor Bagas ada di depan rumah. Aku pikir, mungkin, Wita dan cucu-cucuku ikut berkunjung dan sudah menungguku di dalam. Namun, baru saja kaki ini melangkah, lamat-lamat  terdengar suara Dini. Kuhentikan langkahku dan berdiri di ambang teras.  "Gas, kenapa, kamu gak seperti dulu lagi? Sikapmu juga sangat berubah," Dini bertanya.  "Maaf, Din. Kita bukan siapa-siapa lagi. Kamu, harusnya bisa menjaga kepercayaan suamimu. Mas Imron sangat menyayangimu. Seharusnya kamu bersyukur. Dia lelaki yang baik dan soleh," ucap Bagas.  Aku tercenung. Sebenarnya ada hubungan apa Bagas dan Dini. Kenapa, Bagas ngomong seperti itu. Apa mungkin sebelum ini mereka sudah saling mengenal.  
Read more

Pelajaran awal

 Keesokan paginya, aku baru saja selesai menyiapkan sarapan. Sarapan kali ini pun aku buat sesuai seleraku saja, tidak atas permintaan Dini, seperti biasanya. Kalau dia tidak mau, toh dia bisa beli sendiri. Setelah selesai membuat sarapan, aku berniat mencuci pakaian. Sesampai di pintu belakang, kulihat sudah teronggok sekeranjang penuh pakaian Dini. Kugeleng-gelengkan kepalaku. Saatnya memberi pelajaran pada menantu yang lidahnya tajam itu. Biar dia tau, aku selama ini bersabar, bukan karena aku takut, aku berharap dia akan berubah, namun sepertinya, aku salah langkah. Mungkin dengan jalan, bersikap sedikit tegas dan tidak memanjakannya, bisa membuat Dini sadar. Kusingkirkan keranjang pakaiannya dekat sudut pintu. Lalu kulanj
Read more

Kekuatiran Wita

  POV Wita Namaku Wita. Aku seorang ibu rumah tangga, dan mempunyai sepasang anak. Suamiku, mas Bagas seorang guru di salah satu sekolah dasar negeri di daerah kami. Selain itu, kami mempunyai toko kelontong kecil-kecilan di depan rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Walaupun seadanya, Alhamdulillah cukup untuk kami sekeluarga.    Aku mengenal mas Bagas, lima tahun yang lalu. Kala itu, aku mengajar di salah satu sekolah dasar swasta sebagai tenaga kontrak. Awal aku mengenal mas Bagas, karena kami bertemu disalah satu lomba cerdas cermat dan kami berdua sebagai guru pembimbing. Sejak saat itu, kami menjadi dekat dan memutuskan untuk menikah.    Alhamdulillah, tak lama kami menikah, aku hamil. Semenjak aku hamil, mas Bagas memintaku untuk resig
Read more

Kabar dari Bu Leli

  POV Wita 2Selesai membuatkan teh untuk mas Bagas, kutaruh di meja makan. Segera kusiapkan nasi goreng dan telur mata sapi untuk mas Bagas. Tak lama, kulihat Mas Bagas sudah rapi dengan seragamnya. Dia menuju ke meja makan. Mas Bagas menarik kursi dan duduk. "Wah … nasi goreng, makasih ya, Bun," ucap Mas Bagas. Dia memang selalu seperti itu. Berusaha menyenangkan hatiku apalagi kalau aku sedang galau. "Sama-sama, Yah," jawabku sembari duduk di hadapan Mas Bagas. Kuperhatikan wajah Mas Bagas. Aku ber
Read more

Dini Menggibah

Lidah Menantu 10 Pov Wita 3  Aku mengernyitkan dahi. Penasaran apa yang akan dikatakan Bu Leli. "Itu, Wit. Tentang kakak iparmu itu, Dini!"Hah, Dini, tentang Dini. Jadi tambah bingung. Masalah apa lagi ini. "Gini lho, Wit! Tempo hari, Dini ada belanja tuh ke tukang sayur keliling. Terus dia alih-alih ngomongin kamu," jelas Bu Leli. "Ngomongin gimana, Bu?" tanyaku penasaran."Iya, ngomongin kamu. Katanya dia sama kamu tuh gak akur, terus kamu itu kasar. Terus katanya lagi Bag
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status