Home / Romansa / Lidah Menantu / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Lidah Menantu: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

Kecurigaan Mak Esah

   Kembali Pov Mak Esah Pagi ini aku berencana akan menelepon Bagas untuk meminta bantuannya. Sengaja kutelepon pagi-pagi karena yang aku tau pagi kayak gini, Wita pasti sibuk di dapur.  Kuambil gawai di atas nakas samping ranjang. Kutekan nomor Bagas. Tak lama panggilan tersambung.  "Assalamu'alaikum, Mak." Panggilan teleponku dijawab Bagas.  "Wa'alaikumsalam, Gas." "Ada apa, Mak?" tanya Bagas.  Mungkin dia keheranan aku menelepon langsung ke nomornya, karena biasanya aku melalui Wita.  "Gas, Wita ada di dekat kamu atau di dapur?" aku balik bertanya.  "Dekat Bagas, Mak," jawab Bagas lagi.  "Coba kamu keluar dulu menghindar dari Wita, mak gak mau Wita tau masalah ini!" ujarku.  "Nggeh, Mak,"
Read more

Bagas Kecelakaan

  "Mak, sebelumnya Bagas minta maaf. Memang seharusnya sedari awal, Bagas jujur terutama pada Wita," ucap Bagas.  "Jadi, Le kamu sama Dini?" tanyaku memastikan.  "Sebenarnya Dini mantan pacar Bagas, Mak," jelas Bagas.  Aku menghela napas. Berarti dugaanku tidak salah.  "Dini yang selingkuh dan mutusin Bagas karena waktu itu kan Bagas belum jadi PNS, masih honorer." lanjut Bagas.  "Jadi, Wita benar-benar gak tau masalah ini? Pantas saja Dini begitu memusuhi dan membenci Wita," ucapku lagi.  "Wita gak tau apa-apa Mak. Lagipula semenjak putus sam
Read more

Bertemu Wita

Lidah Menantu 13by Inda_melSetelah itu aku menuju taksi dan bermaksud duduk di sebelah Bagas. Tapi, ternyata Dini sudah berada disebelah Bagas. Bagas terlihat memejamkan mata dan sepertinya tidak menyadari kalau yang berada disampingnya adalah Dini. Apalah maunya anak ini. Tidak henti-hentinya membuat masalah. Duduk berdekatan dengan yang bukan muhrimnya dan dia tidak merasa malu di depanku berbuat seperti itu. "Din, kamu duduk di depan!" perintahku. Dini bersikap cuek seolah-olah dia tidak mendengar ucapanku. "Din!" panggilku. "Apaan sih, Mak! Udahlah, Mak aja yang duduk di depan, gak ada masalah, kan?" jawabnya santai. "Mak bilang kamu duduk depan, ngerti gak sih!" ucapku dengan nada yang sedikit tinggi. Terlihat Bagas membuka matanya dan terkejut saat melihat Dini duduk di sampingnya. 
Read more

Bab 14

Lidah Menantu 14By Inda_mel"Lain kali Ayah harus hati-hati! Bikin Bunda kuatir, tau gak?!" sungut Wita. "Iya, istriku. Maafkan suamimu ya, karena dah buat kuatir," ujar Bagas sambil menangkupkan kedua tangannya. Wita dan aku tersenyum mendengar perkataan Bagas. Kulirik Dini yang berdiri tak jauh dari kami. Bibirnya manyun dan menatap dengan raut wajah tak suka. Aku rasa mungkin Dini cemburu. Entahlah, aku juga tidak tau jalan pikiran Dini. Dan aku juga tidak mau tahu. Yang pasti sepulang Imron minggu ini, masalah Dini harus ada penyelesaian. "Kita pulang sekarang aja, Yah? tanya Wita pada Bagas. "Iya, Bun. Ntar kesorean kasihan anak-anak terlalu lama ditinggal," jawab Bagas. Bagas bangkit dari pembaringan. Masih kelihatan dia meringis menahan sakit.""Ayok, Yah Bunda bantuin berdiri!" ucap Wita sambil memegang pinggang Bagas. "Pelan-pelan, Le!" ujarku
Read more

Bab 15

Lidah Menantu 15By Inda_melKami mengangguk dan tak lama sopir itu pergi meninggalkan rumah. Bagas dipapah Wita ke dalam rumah diikuti oleh anak-anak mereka. Saat aku hendak masuk ke dalam, Narsih menggamit lenganku. Menahan agar jangan masuk ke dalam. "Sah, bentar jangan masuk dulu, ada yang aku mau  tanyain?" Dahiku mengernyit. Kenapa sepertinya Narsih begitu serius. Sebenarnya hal apa yang ingin ditanyakan Narsih. Aku ditariknya agak menjauh dari teras. Kelihatannya benar-benar penting. Karena yang aku tau, Narsih tidak pernah mencampuri urusan orang lain. Kalau dia sudah bersikap begini pastilah memang ada hal penting yang ingin ditanyakan. "Ada apa? Jenengan mau nanya apa?" tanyaku pada Narsih. Usia kami berdua memang sebaya hanya beda bulan saja. Makanya bila kami bertemu, kami memanggil dengan nama saja. "Aku bukan bermaksud untuk ikut campur,
Read more

Bab 16

Lidah Menantu 16By Inda_mel"Pantesan ya, Mak! Dari awal Dini pindah ke rumah Mak, dia selalu berkata ketus sama Wita. Kelihatan tidak menyukai Wita!" ucap Wita lirih. "Iya, Wit! Emang kelihatan sekali Dini tidak menyukai kamu, Nduk! Mungkin dia masih mengharapkan Bagas kembali padanya," ucapku lagi. Raut wajah Wita masih kelihatan emosi. Nampak dia sedang berpikir keras karena kulihat dahinya berkerut-kerut. "Mak, jangan-jangan Dini itu  …""Jangan-jangan apa, Nduk?" tanyaku penasaran. "Ini sih kemungkinan, Mak. Wita rasa Dini nikah sama mas Imron cuma bagian dari rencana Dini untuk mendekati mas Bagas lagi," ujar Wita. "Bisa jadi, Nduk! Karena tadi itu, Dini sempat ngomong kalau dia cuma inginkan Bagas bukan masmu," timpalku. Wita menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah-olah tak percaya kalau Dini sangggup ngomong gitu. "Mak, apa ndak sebaik
Read more

Bab 17

"Iya, Mak! Imron tidak bisa cerai dengan Dini karena Imron sudah ada perjanjian dengan Dini!" ujar Imron lagi. "Apa? Perjanjian?" tanyaku bertambah heran. Apalagi ini? Kenapa Imron tidak pernah bercerita tentang perjanjian ini. "Itu … itu, Mak, Imron membuat perjanjian itu karena  ….""Karena apa, Le?! tanyaku cemas. "Gini, Mak. Sebenarnya sebelum nikah dengan Dini, Imron pernah melakukan kesalahan. Imron menabrak Dini yang waktu itu hendak menyeberang. Dini tiba-tiba saja muncul di depan, saat Imron sedang menyetir. Dan kecelakaan itu menyebabkan Dini tidak bisa punya anak. Keluarganya meminta Imron bertanggung jawab jika tidak Imron akan dipenjara, Mak," jelas Imron panjang lebar. Ya Allah, cobaan apalagi ini. Kenapa bertubi-tubi masalah yang kau berikan kepada keluarga kami. "Jadi, karena itu kamu tiba-tiba tiba saja membawa Dini dan bilang ingin menika
Read more

Bab 19

Aku dan Wita terkejut melihat sosok itu. Ya Allah, ternyata … dia sepertinya tidak asing. Siapa ya orang ini. Kenapa aku jadi pelupa begini. "Heh! Kamu siapa?! Ikut campur urusan orang saja! Datang-datang langsung buat onar!" sungut Bu Leli. "Maaf, Bu, justru Ibu sendiri yang sekarang berbuat onar di rumah orang. Saya bisa tuntut Ibu dengan laporan perbuatan tidak menyenangkan," ucap orang itu. Kulihat Bu Leli nyalinya agak menciut. Dia seperti ingin ambil langkah seribu. "Lebih baik Ibu pergi deh daripada dilaporin, mau nginep di penjara?" goda Wita."Huh, awas kamu ya, Wit!" ancam Bu Leli kemudian berbalik badan kembali pulang ke rumahnya. Sepeninggal Bu Leli, aku dan Wita spontan kembali melihat sosok yang tiba-tiba tiba datang. Dia mengulurkan tangan hendak mencium tanganku. Kusambut tangannya sembari mengingat siapa orang yang berada di hadapanku ini. "Mak, apa kabar? Mak seh
Read more

Bab 18

Esok harinya, aku berencana berpamitan pada Wita dan Bagas untuk pulang ke rumah. Setelah semalam, aku menginap di rumah Wita. Selesai sarapan dan bermain bersama Zidan dan Zakia, aku sampaikan rencanaku itu. "Wit, Mak mau pamit balik dulu ke rumah ya!" ucapku. Wita menghentikan kegiatannya mencuci piring dan menoleh kepadaku. "Mak mau pulang? Sekarang?" tanya Wita. "Iya, rencananya sekitar jam sembilan nantilah, masih sejam lagi, kan?" jawabku sambil melirik ke jam dinding. Wita terlihat menghembuskan napas dengan kasar. Kemudian mencuci tangan dan mengeringkannya dengan lap yang tergantung di wastafel, kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan denganku. "Mak, apa ndak sebaiknya Mak di sini dulu? Sambil menunggu Mas Imron datang," usul Wita. "Mak, nunggu masmu di rumah saja. Biar sekalian masak buat masmu," ucapku mencari alasan. Memang aku sengaja ingin pulang ke rumah secepatnya, karena aku kuatir Dini membuat ulah lagi dan semakin m
Read more

Bab 20

Aku dan Abil pun terkejut dengan ucapan Wita. Kami berdua berpandangan dan spontan melirik ke arah Wita. Yang dilirik malah cuek, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dini mendekat ke arah Abil. Menelisik penampilan Abil dari atas sampe ke bawah. Abil kelihatan risih dipandangi seperti itu. "Kenapa kamu mandangi Kak Abil kayak gitu?! Kalau dibandingin kamu cantikan Kak Abil kali! Dan yang terpenting, dia sopan sama orang tua," ucap Wita dengan senyum menyindir. "Mmm … ada bibit pelakor kayaknya ni! Kamu gak malu ya, mau jadi istri pria yang sudah berkeluarga?! Apa kamu udah gak laku lagi sampe nyosor laki orang!" sahut Dini sinis. Nabila hanya tersenyum mendengar pertanyaan Dini. "Kamu, gak usah senyum-senyum! Muak aku ngelihat wajah sok sucimu itu! Dasar pelakor!" sungut Dini. "Apa Mbak gak ngerasa, bahwa ucapan mbak itu cocoknya ditujukan untuk mbak sendiri?" sindir Abil. "Apa ma
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status