Home / Romansa / Lidah Menantu / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Lidah Menantu: Chapter 31 - Chapter 40

83 Chapters

Bab 31

POV DiniMak sudah selesai makan dan mencuci piring. Setelah itu langsung menuju ke arah depan mungkin ke kamarnya. Ditinggalkannya aku seorang diri. Haduh, mengapa pake hamil segala. Padahal sudah minum pil KB masih kebobolan juga. Gara-gara kehamilan ini semua kebohonganku terbongkar. Anak ini dari dalam perut saja sudah membawa sial dalam hidupku. Sekarang, Mas Imron ada alasan untuk menceraikanku. Aku tidak mau diceraikan sebelum Bagas dan Wita bercerai. Enak saja mereka mau berbahagia di atas penderitaanku. Tidak akan kubiarkan itu terjadi. Aku tak mau gagal lagi. Sudah cukup, dulu aku meninggalkan Bagas karena dia yang belum mapan dan Bapak juga yang bersikeras tidak menyetujui. Aku nggak mau lagi. Sudah sejauh ini aku melangkah aku gak akan mundur. Pantang menyerah sebelum Bagas jatuh ke pelukanku. Mana Mas Imron sudah bertekad untuk memulangkan aku ke rumah Bapak. Gimana ini ya. Harus dengan cara apa aku mencegah Mas Imron. ***Aku masih berusaha menghabiskan sisa nasi di p
Read more

Bab 32

Pov Dini 2"Itu!" tunjuk Mak ke arah luar di seberang jalan. Kulihat dari jauh, itu bukannya … Nabila … iya bener itu Nabila. Ngapain dia di situ. "Itu Abil, kan Im?" tanya Mak memastikan. Kulihat Mas Imron menajamkan pandangannya dan tak berapa lama dia menganggukkan kepalanya. "Im, putar arah saja sebentar. Kita samperin Abil, Le!" ucap Mak. "Gak usah, Mas! Ini kalau muter malah jauh lagi kita! Weslah!" larangku. "Im, mana tau Abil butuh bantuan," tukas Mak. Emang ya wanita tua ini nyusahin aja. Nyebelin banget. Harusnya jaga dong perasaanku sebagai menantunya. Jangan kek gini caranya. Apalagi aku sedang mengandung cucunya. "Ya sudah, kita putar balik lagi!" ucap Mas Imron akhirnya. "Mas, nanti malah kesorean nyampenya!" rajukku. Mas Imron tidak menghiraukan perkataanku. Dia tetap memutar arah. Aku akhirnya diam. Kutekuk wajahku biar mereka tau aku kesal. Sama saja, Mas Imron juga nyebelin. Mentang-mentang sudah ada wanita lain. Ucapanku tidak didengar. Mobil yang kami n
Read more

Bab 33

Pov Dini 3"Mak !!!" teriakku emosi sambil menoleh ke belakang. Kutatap wajah wanita tua itu dengan penuh kebencian. Sedangkan Nabila terlihat terkejut. "Apa-apaan kamu, Din?! Kenapa kamu membentak Mak seperti itu?! Emang kenyataannya kayak gitu, kan? Kamu gak perlu marah!" Mas Imron menimpali. "Tapi, Mas, Nabila bukan bagian dari keluarga kita! Kenapa, Mak harus berterus terang seperti itu?!" jawabku masih dengan nada emosi. "Siapa yang bilang, Nabila bukan bagian keluarga?! Justru dibandingkan kamu, jauh dari sebelumnya kami sudah mengenal Nabila. Jadi wajar kalau, Mak ngomong seperti itu!" jawab Mas Imron lagi. Aku tak terima. Mas Imron malah membela wanita tua itu. Pasti, Nabila sedang mentertawakanku dalam hati. Mungkin dia sangat bahagia sekarang karena sebentar lagi keinginannya untuk menjadi istri Mas Imron terkabul. Begitu juga dengan wanita tua itu. Dia, kan sangat berharap Mas Imron menikah dengan Nabila. Takkan kubiarkan mereka bahagia di atas penderitaanku. Sudah cuk
Read more

Bab 34

Pov Dini 4"Dini!!! Benar apa yang dikatakan Ibu mertuamu, kalau kamu sudah berbohong?!" Bapak bertanya dengan nada emosi. Aku tak sanggup rasanya melihat wajah Bapak. Untuk mengangguk saja rasanya berat. Semua tubuhku terasa kaku mendengar bentakan Bapak. "Dini! Jawab!!!" teriak Bapak kali ini sambil berdiri kembali. "Pak, yang sabar! Dini memang sedang hamil, Pak! Kita harus jaga sikap juga. Orang hamil gak boleh tertekan!" Terdengar suara Ibu membela. Ah, Ibu memang is the best. Terlihat Ibu mengusap-usap lengan Bapak. "Jadi benar selama ini kamu sudah berbohong! Ya Allah Dini, tega sekali kamu membohongi Bapak dan semua orang! Bapak sampai pusing memikirkan masa depanmu dan kamu seenaknya saja melakukan kebohongan tanpa ada beban! Apa yang ada dipikiranmu itu, hah!!! Kembali Bapak membentak. " Pak, sudah ja—""Kamu diam, Bu! Jangan bela anak ini terus! Ini akibat kamu terlalu memanjakannya, jadi dia seenaknya melakukan apa yang dia mau!"Bapak kembali duduk dengan napas membu
Read more

Bab 35

Pov Dini 5Dini!!! Kamu memang sudah tidak waras ya? Apa perlu Bapak tampar kamu lagi, biar otakmu yang bergeser itu bisa kembali normal?! Aku kembali menundukkan kepala. Sakit akibat tamparan tadi belum hilang, masak mau ditampar lagi. "Kamu, Bu!" tunjuk Bapak pada Ibu. "Kamu sudah tau semua tentang ini?" tanya Bapak. "Mmm … itu … anu … anu … ""Anu … anu apa?! Kamu pasti sudah tau, kan? Jangan-jangan kamu bersekongkol dengan Dini merekayasa semua kebohongan ini?! Benarkan?!!" Bapak menatap Ibu curiga. Duh, kok, Bapak pinter banget sih menebak semuanya. Kasian Ibu dibentak Bapak di depan besannya. "Kalau masalah kehamilan Dini, Ibu gak tau, Pak!" jawab Ibu. "Bukan masalah hamilnya yang Bapak tanyain! Dini berbohong pada Imron karena ingin mendekati Bagas, apa Ibu tau hal ini?!"Ibu hanya menunduk, tak berani lagi menjawab pertanyaan Bapak. "Jadi, benarkan tebakan Bapak! Ibu sudah tau! Kenapa, toh Bu … Bu? Kamu kok yo malah ikut-ikutan sableng kayak anakmu ini!"Hah, Bapak
Read more

Bab 36

Pov Dini"Kamu mau tau, Bu, kenapa Bapak sama sekali tidak merestui Dini dan Bagas?!""Kenapa, Pak? Sedari dulu, Dini ingin bertanya pada Bapak! Dini yakin bukan hanya karena Bagas yang tidak mapan, kan?" Bapak mengangguk lemah. Terlihat Bapak menyimpan beban yang begitu berat. Apa sebenarnya alasan kuat dibalik penolakan Bapak. "Sebenarnya … Bagas itu adalah anak dari saudara tiri Bapak, Mas Teja namanya.""Apa, Pak?! Jadi Dini sama Bagas sepupuan gitu?" tanyaku kaget. "Ya, jatuhnya sepupu tiri, bisa dikatakan seperti itu. . Dulu, sewaktu Mbah lanang dan Mbah Uti menikah masing-masing dari mereka membawa anak hasil pernikahan terdahulu. Mbah lanang membawa Mas Teja sedangkan Mbah Uti membawa Bapak," jelas Bapak. "Terus hubungannya dengan kita apa, Pak? Kalau sepupu, kan apalagi sepupu tiri, Dini dan Bagas kan tetap bisa menikah. Tetapi, kenapa Bapak menghalanginya?" tanya Ibu kebingungan. "Bapak tidak menyetujuinya karena harta yang kita miliki ini awalnya milik Mas Teja yang o
Read more

Bab 37

Pov Dini"Maaf, Mbak Dini, saya hari ini belum bisa melayani Mbak Dini karena saya ada pertemuan penting. Jadi, Mbak Dini sama Mira saja ya!" tolak Nabila. "Sudah kubilang aku gak mau! Kamu itu cuma pelayan jadi jangan sok ngeboss! Panggil ownernya kemari! Aku gak suka ada pelayan yang gak sopan!" bentakku. Nabila hanya tersenyum dan itu semakin membuatku kesal. Mira mendekatiku. Kemudian berbisik ke telingaku. Seketika aku membelalakkan mataku. Benarkah yang dikatakan Mira, bahwa Nabila adalah pemilik butik ini. Gak mungkin, aku gak percaya. Cewek kampung itu bisa punya butik sebesar ini. Palingan jadi simpanan om-om. Yakin aku. "Jadi, kamu ownernya?!" tanyaku sinis. Nabila kembali tersenyum dan itu membuatku bertambah muak. "Alhamdulillah iya, Mbak. Saya minta maaf ya Mbak, saya benar-benar gak bisa melayani Mbak hari ini. Barang kali next time, Mbak Dini ke sini akan saya layani," jawab Nabila dengan lembut. Tapi di pendengaranku suaranya yang lembut itu seolah mengejekku. S
Read more

Bab 38

POV Dini"Jadi … aku ada kesempatan dong buat dapetin kamu lagi," ucap Erik dengan yakin. Hah, apa dia masih mengharapkan aku. Baru saja jadi janda sudah ada yang mendekati. Oh, Tuhan takdir apa yang sudah kau berikan kepadaku. "Gimana, Din?" tanya Erik lagi. "Eh … aku … anu … mmm …" Aku bingung harus menjawab apa. Kalau aku berterus terang kondisiku sekarang, jangan-jangan nanti Erik ilfeel lagi denganku. Kalau Erik dianggurin ya sayang juga rasanya. Ah bingung aku mau jawab apa. Ya Tuhan, aku ingin menghilang lagi saat ini. Doraemon datanglah batinku. "Din," panggil Erik lagi. "Eh, iya …Rik!" jawabku sedikit terkejut. "Gimana, Dini sayang …masih adakan kesempatan buat aku?""Mmm …aku gak bisa jawab sekarang, Rik! Kita jalani saja dulu. Kita juga baru ketemu lagi setelah sekian lama. Mungkin, untuk sekarang kita saling mengenal lebih dekat lagi!" jawabku ragu. "Oke …kalau itu yang kamu mau, aku terima. Aku akan pastikan kali ini kamu gak akan nolak aku lagi, karena
Read more

Bab 39

Pov Dini"Din, aku bolehkan sering-sering main ke rumahmu dan ngajak kamu keluar?" tanya Erik. "Boleh kok, Rik! Kenapa enggak?!" jawabku. "Syukurlah, kirain bakalan ada yang marah!" Erik menggodaku. Aku tersenyum dan menundukkan kepala. "Ya sudah kalau gitu, aku pamit dulu, ya!" "Oke, Rik! Kamu hati-hati, ya!" "Siap sayang," sahut Erik. Kemudian kami sama-sama berdiri dan berjalan beriringan. Aku mengantarkannya sampai ke depan. Kemudian Erik menghadap ke arahku. Kami saling bertatapan dan tanpa di duga Erik mengecup keningku. "Dini!!!" suara seseorang mengagetkanku dan Erik. Kami menoleh dan ternyata Bapak sudah berdiri dengan raut wajah menahan emosi. "Bapak …" ucapku dengan perasaan yang tidak karuan. Bapak pasti bakalan marah lagi nih. "Pak …perkenalkan saya Erik, saya teman dekat Dini," Erik memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan untuk menyalami Bapak. "Mmm …" jawab Bapak singkat sembari menyambut uluran tangan Erik. "Baru datang atau sudah mau pulang?" tan
Read more

Bab 40

"Rik … kamu di mana?" panggilku. Mataku mencari-cari sosok Erik. Kubuka lebar pintu dan masuk ke dalam.Klik. Pintu tertutup dengan sendirinya. Aku terkejut. Kucoba membuka pintu namun hasilnya nihil. "Rik, kamu di mana, Rik?" Aku merasa cemas. Kutelusuri apartemen ini. Apartemen ini cukup besar dan lengkap. Aku baru sekali ini masuk ke sini. Aku menuju ke kamar. Kemungkinan Erik pasti di sana. "Rik …kubuka pintu kamarnya. Namun kosong. Kucoba masuk ke dalam mencari di kamar mandi. Barang kali dia di dalam sana dan butuh bantuan. Saat aku mencoba membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba dari arah dalam … "Duar!!!" Erik muncul dengan tiba-tiba. Aku terlonjak kaget, sampai badanku tersentak ke belakang. "Erik, apa-apaan sih, kamu! Gak lucu tau, gak?" Erik masih tertawa. Mungkin ekspresi kagetku di matanya sangat lucu. Aku merengut seraya memutar badan. "Eits, Din, mau kemana? Aku cuma bercanda!" Erik menahan lenganku. "Bercanda kamu kelewatan! Aku udah cemas takut kamu kenapa-na
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status