All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2341 - Chapter 2350

2578 Chapters

203. Bagian 15

"Kau orang pandai! Kau pasti bisa menolongnya! Paling tidak mencabut pisau di dadanya lalu mengobati lukanya!" kata Tringgiling Liang Batu pula. Jin Obat Seribu perhatikan pisau bergagang batu berbentuk singa berkepala dua yang menancap di dada kiri Ruhmundinglaya. Lalu gelengkan kepalanya. "Aku tak bisa menolongnya. Pisau itu bukan pisau biasa. Begitu menembus sasaran, ujungnya akan terbelah menjadi tiga membentuk cakar terbalik. Jika dicabut bagian tubuh yang tertancap akan terbongkar. Malah bisa-bisa jantungnya ikut tertarik keluar!" "Ganas sekali! Jin Obat Seribu, apa kau tahu siapa yang mencelakai nenek ini dengan pisau itu?!" "Tak bisa kuduga. Tak pernah kulihat senjata bergagang dua kepala singa seperti itu sebelumnya. Tapi, sejak Istana Surga Dunia dibangun oleh Jin Muka Seribu, berbagai keanehan dan angkara murka muncul di Negeri Jin ini. Bukan mustahil ini pekerjaan Jin Muka Seribu atau orang-orangnya. Jika orang-orang Istana Surga Dunia ber
Read more

203. Bagian 16

Hatinya berkata. "Memang tidak mungkin gadis bernama Ruhcinta itu mengasihi cucuku. Dibanding dengan pemuda asing dari negeri manusia, cucuku ketinggalan segala-galanya. Bukan cuma ketinggalan ilmu kesaktian dan kepandaian silat, tapi dalam ujud nyata saja tak mungkin menandingi Bintang. Kasihan cucuku. Semoga para Dewa menabahkan hatinya. Semoga rahmat dan berkah akan jatuh atas dirinya dalam cara yang lain."   * * *   NENEK berjubah coklat yang di atas kepalanya ada gulungan asap merah berbentuk kerucut hentikan larinya, berpaling ke belakang, pada nenek yang sekujur tubuhnya tertutup ratusan katak hijau. "Ruhmasigi! Kita sudah menghabiskan banyak hari secara percuma! Hanya gara-gara mengikuti kemauanmu. Menyelidik arti mimpi gilamu itu! Padahal bukankah lebih penting mencari Ruhmundinglaya, orang yang konon hendak menyampaikan sesuatu berita besar pada kita?" Nenek bernama Ruhmasigi yang di Negeri Jin dikenal dengan sebutan Jin Le
Read more

203. Bagian 17

"Anak-anak, aku perlu bantuan kalian!" Ruhmasigi berucap pada katak-kataknya. "Beset tubuh katak hijau besar itu. Aku ingin melihat apa yang ada dalam perutnya!" Ruhmasigi kerenyitkan kening. Setelah ditunggu tak seekorpun dari katak-katak hijau itu melakukan apa yang tadi dikatakan si nenek. Padahal jangankan seekor katak besar, seekor kudapun jika diserbu dan dibeset oleh ratusan katak itu pasti akan berubah menjadi tulang belulang dalam waktu singkat! "Anak-anak! Apa kalian telah jadi tuli semua hingga tidak melakakan apa yang aku perintahkan?!" Ruhmasigi alias Jin Paekatakhijau berucap dengan suara keras. Tetap saja tak ada seekor katakpun yang bergerak. "Hai!" Ruhmasigi berseru dan delikkan matanya. "Jangan membuat aku marah! Puluhan tahun aku bersama kalian! Tak pernah ada satu perintahkupun tidak kalian laksanakan! Mengapa hari ini kalian semua diam membisu, tak bersuara tak bergerak! Tidak menjalankan apa yang aku perintahkan?!" "Ruhmasigi, ku
Read more

203. Bagian 18

"Tak dapat kupastikan apa adanya," jawab Jin Paekatakhijau. Lalu dia menambahkan. "Tapi jika ada seseorang merampasnya, pasti benda itu sangat berharga. Jangan-jangan...” Si nenek mendadak hentikan ucapannya. Wajahnya yang keriput berubah. "Kau tidak meneruskan ucapanmu. Wajahmu kulihat berubah. Apa yang ada dalam pikiranmu Hai sahabatku Ruhmasigi?" "Aku ingat pada peristiwa beberapa waktu lalu. Konon Jin Tangan Seribu pernah diutus Jin Muka Seribu pergi ke negeri manusia untuk mencari sebuah cincin sakti yang dulunya merupakan milik Maharaja Jin Terdahulu. Dengan mempergunakan cincin itu siapapun bisa menembus alam manapun lalu kembali lagi ke sini setiap saat yang dikehendakinya” "Aku memang pernah mendengar riwayat itu," kata Ruhniknik alias Jin Penjunjung Roh pula. "Tetapi setahuku Jin Tangan Seribu tidak berhasil mendapatkan cincin sakti itu. Lalu bagaimana cincin sakti itu bisa berada di sini, jika dugaanmu memang benar bahwa benda yang tadi dirampas or
Read more

203. Bagian 19

"Hemmm... Aku berharap kau tetap berada dalam keadaan seperti itu," kata Jin Tangan Seribu pula. "Namun perlu kau ketahui Hai cucuku. Pengaruh zaman mendatangkan banyak perubahan di alam kehidupan kita. Perubahan ini berpengaruh pula pada sifat dan sikap serta tindakan kita, termasuk kalian bangsa Dewi. Perbedaaan antara kaum Dewi dan makhluk biasa semakin menipis. Pengaruh dunia luar semakin terasa. Kuharap kau berlaku hati-hati. Termasuk berhati-hati dengan pemuda asing bernama Bintang itu. Aku mendengar banyak sekali kabar buruk menyangkut diri pemuda itu” "Semua ucapan Kakek akan saya perhatikan," kata Dewi Awan Putih pula. "Bagus, sekarang kau boleh menceritakan padaku Perihal mimpimu." "Saya kedatangan mimpi, tiga malam berturut- turut. Dalam mimpi itu muncul seorang tua memperlihatkan sebuah benda berbentuk cincin berbatu hijau. Setiap dia hendak memberikan batu itu kepada saya, saya tersentak bangun dan mimpi saya terputus. Saya lalu merenung apa arti
Read more

203. Bagian 20

Pamanyala berani menghadang Pasedayu karena dia mengetahui bahwa seluruh kesaktian yang ada pada Pasedayu telah dirampas oleh Jin Muka Seribu lewat Sendok Pemasung Nasib. Dugaan Pamanyala meleset. Karena selama berada di Lembah Seribu Kabut diam-diam Pasedayu menciptakan satu ilmu kesaktian yang didasarkan pada kekuatan alam sekitarnya. Dalam keadaan terdesak Pamanyala bermaksud hendak melarikan diri. Namun tidak terduga muncullah Jin Lumpur Hijau membantu. Dikeroyok dua orang, Pasedayu jadi tak berdaya. Apalagi setelah Pamanyala mengeluarkan ilmu kesaktiannya berupa kobaran api raksasa menelikung seputar Pasedayu. Pada saat-saat dimana Pasedayu akan ditumpas habis dan menemui ajal, tiba-tiba muncullah Bintang bersama dua kawannya yakni Bayu dan Arya. Untuk menyelamatkan si kakek, Bintang keluarkan ilmu kesaktian bernama Segel Dewa Air, Angin Es Beku. Kobaran api ganas Pamanyala bukan saja padam tapi kakek jahat ini  bersama-sama  Jin Lumpur Hijau serta merta berub
Read more

204. Cincin Maharaja Jin

DALAM Episode sebelumnya diceritakan bagaimana Ruhcinta, mengalami bencana, dikeroyok oleh kaki tangan Jin Muka Seribu yakni Ruhjahilio dan Pajahilio yang dikenal dengan julukan Sepasang Jin Bercinta. Dalam pertempuran hebat dua kakek nenek jahat ini menyerang dengan mempergunakan sejenis bubuk beracun sehingga Ruhcinta roboh pingsan tak sadarkan diri. Sebelum bencana lebih hebat menimpa gadis murid Jin Lembah Paekatakhijau ini muncullah Si Jin Budiman alias Patampi memberikan pertolongan. Orang yang wajahnya selama ini selalu ditutup tanah liat hitam itu kini menampakkan diri dengan wajah aslinya.Jin Muka Seribu yang ada di tempat itu coba menghadang ketika Si Jin Budiman menyelamatkan Ruhcinta. Tapi gagal. Penguasa Istana Surga Dunia ini kemudian melarikan diri menghindari bentrokan dengan Bintang. Bintang sendiri yang merasa khawatir akan keselamatan Ruhcinta, bersama Jin Selaksa Angin alias Ruhpingitan segera melakukan pengejaran sementara Bayu, Arya dan Betina Bercula m
Read more

204. Bagian 2

"Wuuttt!"Selarik sinar hitam berbentuk kipas dipenuhi cahaya- cahaya terang seperti tebaran bunga api berkiblat di udara!"Pukulan Menebar Budi!" teriak Ksatria Pengembara.Tahu keganasan pukulan sakti itu dia segera lepaskan jembakannya pada rambut Si Jin Budiman. Lalu melompat satu tombak ke belakang seraya lepaskan pukulan Tapak Guntur."Bummm!""Bummm!"Dua letusan menggelegar di tempat itu. Air telaga muncrat setinggi tiga tombak. Belasan burung belibis menjerit keras ketakutan lalu beterbangan ke udara.Bintang jatuh terhenyak di tanah. Mukanya pucat dan dadanya berdenyut sakit. Jin Selaksa Angin tersandar ke sebatang pohon. Lututnya goyah lalu nenek ini jatuh berlutut. Di bagian lain Si Jin Budiman terpental dan terguling-guling di tanah. Mukanya mengelam. Sosoknya menghuyung ketika dia coba berdiri. Di sela bibirnya tampak lelehan darah."Masih hidup manusia keji ini rupanya!" kertak Jin Selaksa Angin. Dia menggebrak k
Read more

204. Bagian 3

Jin Selaksa Angin menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya itu dengan mata basah. Sejak tadi dia menahan diri agar tidak memancarkan kentut. Sementara Jin Paekatakhijau guru Ruhcinta tersengguk-sengguk menahan tangis.Beberapa saat kemudian ayah dan anak itu tegak berhadap-hadapan, hanya terpisah dua langkah. Keduanya saling memandang berhamburan air mata."Anakku Ruhcinta. " ucap Patampi dengan suara bergetar dan dada menggemuruh. Dua tangannya diulurkan hendak menyentuh bahu gadis itu. "Apa yang aku lakukan bukan kekejian berselubung nafsu mesum. Aku terpaksa menekan urat besar di dadamu. Aku terpaksa harus menyedot racun jahat lewat mulutmu. Hanya itu satu-satunya jalan menolong dirimu dari racun jahat yang ditebar kaki tangan Jin Muka Seribu."Ruhcinta sendiri tegak tak bergerak. Telinganya terbuka, tapi dia seolah tidak mendengar apa yaru diucapkan Patampi. Mulutnya ikut terbuka. Bibirnya bergeletar. Ingin ia mengucapkan kata "Ayah" tetapi lidahnya serasa
Read more

204. Bagian 4

"Kau memang pantas berbuat baik pada Si Jin Budiman itu. Siapa tahu satu hari dia kelak akan menjadi ayah mertuamu! Hik... hik. hik!""Butt prett!""Mulutmu enak saja bicara Nek!" gerutu Bintang mendengar ucapan si nenek muka kuning.Jin Selaksa Angin tersenyum geli. "Tadi aku dengar kau lagi-lagi menyebut nama Gusti Allah Yang Maha Kuasa. Kapan kau mau menerangkan siapa adanya Gusti Allah itu. Lalu dimana aku bisa menemuiNya?"Kini Bintang yang tertawa. "Nanti Nek, kalau kau sudah bertemu dengan suamimu Pasedayu, pada saat itulah kau akan merasakan kekuasaan dan kasihnya Gusti Allah”"Jadi aku harus bertemu dulu dengan kakek sial itu, baru bisa tahu Gusti Allah?"Bintang tersenyum. Sulit baginya menerangkan pada Jin Selaksa Angin. Sebaliknya karena tidak mendapat jawab si nenek muka kuning lalu pancarkan kentutnya."Buttt prett!"Habis kentut tiba-tiba si nenek berbalik.Bintang memandang dengan heran lalu bertany
Read more
PREV
1
...
233234235236237
...
258
DMCA.com Protection Status