All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2161 - Chapter 2170

2578 Chapters

195. Bagian 10

Dalam kejutnya melihat Bunda Dewi, Dewi Awan Putih bertanya-tanya bagaimana Bunda Dewi tahu-tahu berada di tempat itu. Walau ingin mengetahui, namun Dewi Awan Putih tidak berani menanya. Malah sebaliknya Bunda Dewi berkata padanya dengan penuh kelembutan.“Hai Dewi Awan Putih kerabatku yang cantik. Setelah cukup lama kau meninggalkan negeri kita, sungguh aneh menemukan dirimu di dalam rimba belantara ini. Lebih aneh lagi tadi kau dalam keadaan terguling di tanah. Menangis. Dari suara tangismu agaknya ada suatu keperihan yang sangat mendalam di relung hatimu. Dewi Awan Putih katakan padaku apa yang terjadi. Katakan jika ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk menolongmu.”Ditegur begitu rupa kesedihan Dewi Awan Putih jadi bertambah, membuat dia kembali menangis tersedu-sedu dan tutupkan lagi dua tangannya ke wajahnya yang berurai air mata. Bunda Dewi dekati kerabatnya itu. Sambil membelai rambut hitam Dewi Awan Putih dia berkata. “Dewi Awan Putih, segala
Read more

195. Bagian 11

Dewi Awan Putih gigit bibirnya menahan agar tidak terisak. Setelah menguatkan hatinya baru dia berkata. “Hai Bunda Dewi, itu sebabnya tadi aku mengingatkanmu pada pembicaraan kita beberapa waktu lalu...”“Hemmm... Aku mengerti sekarang,” ujar Bunda Dewi pula. “Rupanya kau telah jatuh cinta pada pemuda itu...”“Hai Bunda Dewi, aku tidak tahu perasaan apa yang ada dalam hatiku terhadap pemuda itu. Karena selama ini hal-hal seperti itu tidak pernah aku alami. Lagipula bukankah itu merupakan satu pantangan besar yang berat hukumannya jika sampai dilanggar...”“Jadi benar kau telah jatuh cinta pada pemuda bernama Bintang itu?”“Bunda Dewi,” sahut Dewi Awan Putih yang bermata biru itu. “Ingat pembicaraan kita dulu. Waktu itu aku menanyakan padamu, apakah kau sependapat denganku bahwa dunia kita semakin lama semakin mengalami banyak perbedaan. Bahwa batas antara kita bangsa Dewi dan ma
Read more

195. Bagian 12

“Dewi Awan Putih, aku tahu kau tidak akan mengecewakan aku dan kerabat para Dewi lainnya. Aku tahu kau akan mengambil keputusan sesuai dengan semua nasihat yang kusampaikan tadi. Aku tidak punya waktu berlama-lama di sini dan harus kembali ke Negeri Atas Langit. Kuharap kau juga segera kembali ke sana. Semakin berlama-lama kau di negeri ini semakin buruk akibatnya bagimu...”Setelah berucap begitu dengan lembut Bunda Dewi cium kening Dewi Awan Putih lalu melesat ke udara dan lenyap di ketinggian langit sebelah timur.Hanya sesaat setelah Bunda Dewi meninggalkan tempat itu, dari balik batu rerimbunan semak belukar lebat, beranjak pula seseorang yang telah lama mendekam di situ. Dia telah mendengar seluruh pembicaraan antara Bunda Dewi dengan Dewi Awan Putih. Apa yang didengarnya itu membuat hatinya tergoncang hebat. Dia baru menyadari betapa dalam kasih sayangnya terhadap pemuda itu setelah mengetahui benar-benar ada gadis lain yang mencintai si pemuda. Dala
Read more

195. Bagian 13

Plaaakkk!Tamparan Ruhjelita mendarat di pipi kiri Ksatria Pengembara hingga Bintang sempoyongan. Melihat Bintang mengerenyit kesakitan sambil usap-usap pipinya yang terasa sakit pedas, Ruhjelita jadi sadar dan menyesal atas perbuatannya. Saking menyesalnya gadis ini langsung memeluk Bintang seraya berkata. “Maafkan diriku. Aku tidak berniat menyakiti dirimu. Aku... pikiranku sangat kacau. Semua yang kau ucapkan seperti mempermainkan diriku. Aku menyesal... Maafkan...”Bintang pegang dua lengan Ruhjelita. Tapi semburan tawanya tidak terbendung. Akhirnya Bintang ini tersadar ke dinding goa dan tertawa gelak-gelak sampai keluar air mata. Ruhjelita mula-mula memandang dengan wajah beringas. Lalu cemberut. Namun kemudian dia ikut-ikutan tertawa walau sambil banting-banting kaki.Tiba-tiba Ruhjelita hentikan tawanya. Wajahnya yang cantik kembali kelihatan beringas. Lalu berubah sayu sedih. Dia menarik nafas panjang dan dalam lalu berkata. “Bagaimana
Read more

195. Bagian 14

LEMBAH SERIBU KABUT. Saking marahnya Maithatarun hantamkan kaki batunya hingga sebatang pohon besar patah dan tumbang menggemuruh. Di atas batu Jin Terjungkir Langit mendesah berulang kali sambil menjambak-jambak rambutnya yang putih terjulai.“Tololnya diriku! Bagaimana mungkin aku berlaku ayal dan lengah! Hingga benda yang sangat berharga itu sampai dirampas dan dilarikan orang. Hai, titipan amanat orang aku sia-siakan. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan!” Maithatarun alias Jin Kaki Batu menatap orang tua yang tegak kaki ke atas kepala ke bawah di atas batu. “Jin Terjungkir Langit, aku mohon maaf atas kelalaianku ini. Aku bersumpah akan mencari si pencuri dan dapatkan kembali Sendok Pemasung Nasib itu.”“Aku memang ikut menyesali kejadian ini...” kata Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu. “Tapi mau dibilang apa. Mungkin ini sudah takdir para Dewa bahwa hidupku seumur-umur akan sengsara seperti ini.” Jin Terjungk
Read more

195. Bagian 15

“Jahanam Pamanyala! Siapa lagi kalau bukan dia yang punya pekerjaan! Belum puas dia rupanya! Caranya tadi menghantam dengan gelombang api jelas hendak memisahkan aku dengan Jin Kaki Batu. Tepat pada saat aku melihat sebuah tanda di lengan lelaki itu. Mungkin sekali Pamanyala tidak menginginkan aku mendapatkan jejak anak-anakku!”Pasedayu alias Jin Terjungkir Langit memandang ke arah lenyapnya Maithatarun. “Jin Kaki Batu...” desisnya. “Firasatku mengatakan kau memang salah seorang dari mereka. Tidak ada manusia lain di dunia ini yang memiliki tanda bunga dalam lingkaran seperti yang kau miliki di belakang lenganmu sebelah kanan. Kau... Hai para Dewa, mengapa kau putus petunjuk ini? Ke mana aku harus mencarinya? Maithatarun... Jin Kaki Batu, aku yakin kau salah seorang dari mereka. Kalaupun aku tidak menemukan tiga lainnya, kau seorang sudah cukup menjadi pengobat hati dan derita sengsara puluhan tahun ini. Maithatarun... Nama gagah walau bukan aku
Read more

195. Bagian 16

Jin Terjungkir Langit yang tidak jerih menghadapi serangan lawan putar tubuhnya bagian pinggang ke kaki dalam gerakan setengah lingkaran lalu menendang. Dua larik sinar kebiru-biruan menebar. Hawa dingin menyambar. Satu larik menangkis dan menghambat datangnya dua gelombang kobaran api serangan lawan. Satu larik lagi menyusup ke bawah lalu menderu di atas permukaan tanah, menyambar ke arah Pamanyala.Deesssss!Asap mengepul ke udara begitu larikan sinar kebiruan saling bentrok dengan dua gelombang api. Pamanyala terkejut sekali ketika melihat bagaimana serangannya terdorong hebat lalu pecah ke kiri dan ke kanan akibat bentrokan dengan kekuatan lawan. Di saat itu pula larikan sinar biru kedua menyambar ke arah kakinya.Kakek berbadan geroak bolong ini tersentak kaget. Sambil berteriak keras dia melompat ke atas lalu meniup dengan kekuatan tenaga dalam penuh. Empat larik kobaran api laksana gurita menyerbu Jin Terjungkir Langit. Orang tua yang diserang tetap berla
Read more

195. Bagian 17

Sebelum ajal berpantang mati. Begitu kata ujar-ujar. Dalam keadaan siap meregang nyawa karena Jin Terjungkir Langit tidak mungkin tertolong lagi, tiba-tiba terjadi satu keanehan. Langit di atas lembah seolah redup padahal tidak ada mendung tidak ada hamparan kabut. Lalu udara mendadak berubah menjadi dingin. Makin lama hawa dingin ini semakin menggila hingga dua kakek yang mengeroyok Jin Terjungkir Langit mulai menggigil kedinginan.“Gila! Apa yang terjadi! Api di sekujur tubuhku meredup padam. Aku merasa dingin luar biasa!” Pamanyala menggigil. Rahangnya sampai bergemeletakan. “Jin Lumpur Hijau! Apa kau juga merasa dingin?!”Tak ada jawaban. Pamanyala berpaling dan kagetlah dia. Jin Lumpur Hijau dilihatnya seolah telah berubah menjadi patung. Sekujur tubuhnya kaku tegang dibungkus hawa dingin dan mengepulkan asap. Makhluk ini telah berubah menjadi patung es! Tak bisa bergerak, tak bisa bersuara. Sepasang matanya yang hijau melotot membeliak tap
Read more

195. Bagian 18

“Hueekkk!” Arya memaki habis-habisan lalu meludah muntah-muntah!Bintang cepat-cepat rapikan celananya ketika dilihatnya ada orang mendatangi. Ternyata orang tua yang berjalan dengan mempergunakan dua tangannya itu.“Orang muda, aku tidak tahu mengapa kau barusan menolongku. Hai! Aku mengucapkan terima kasih kau telah menyelamatkan nyawaku...” Jin Terjungkir Langit sibakkan rambut putihnya. Matanya yang kelabu dikedip-kedipkannya pada Bintang. Mulutnya menyunggingkan senyum dan dua kakinya digerak-gerakkan. “Kau memiliki ilmu aneh. Sanggup membuat dua kakek jahat itu kaku tegang seolah dibungkus es. Siapakah kau adanya ?”Bintang balas tersenyum. “Aku bernama Bintang...”“Hai! Tunggu! Logat suaramu terdengar lucu. Kau... Aku pernah menyirap kabar. Kau pastilah pemuda asing yang katanya datang dari negeri manusia itu!”“Aku dan teman-teman ini...” kata Bintang sambil menunjuk pa
Read more

195. Bagian 19

Jin Terjungkir Langit tertawa lalu berkata.“Anak muda, kau lihat sendiri. Kau telah berhasil membalikkan diriku kepala ke atas kaki menginjak tanah. Sekarang coba kalian lepaskan tangan-tangan kalian dari bahu dan kakiku!”Bintang ikuti ucapan Jin Terjungkir Langit. Begitu Bintang lepaskan tangannya dari bahu orang tua itu, dan Bayu serta Arya lepaskan pula pegangan mereka pada sepasang kaki si kakek, sosok Jin Terjungkir Langit secara aneh mumbul ke atas lalu perlahan-lahan kepalanya berputar ke samping, terus turun ke bawah. Dengan sendirinya kedua kakinya naik ke atas. Sebelum kepalanya menyentuh tanah, orang tua itu cepat ulurkan tangan ke bawah untuk menopang tubuhnya.Bintang memperhatikan apa yang terjadi dengan perasaan aneh. Bayu mencolek tangan Arya lalu berkata. “Ada keanehan pada orang satu ini. Kurasa jangan-jangan kantong menyannya besar seperti bola dan ada hawa di dalamnya. Mungkin itu yang membuat tubuhnya sebelah bawah selalu
Read more
PREV
1
...
215216217218219
...
258
DMCA.com Protection Status