Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1671 - Bab 1680

2578 Bab

172. Bagian 11

Jurus demi jurus terlewati, tak terasa sudah puluhan jurus yang dilancarkan oleh Ayu Mayrissa untuk menyerang Bintang, tapi tak satupun yang mengenai sasaran, hingga saat memasuki jurus ke 67, sosok Ayu Mayrissa melenting keluar dari pertarungan.Daghh...! Begitu kakinya menatap tanah, Ayu Mayrissa langsung bergerak cepat memutar payung pelangi ditangannya.Sragghhh...!Pisau pendek mucul diujung gagang payung pelangi langsung menghilang, selanjutnya Ayu Mayrissa terlihat memutar-mutar payung pelanginya dengan sangat cepat, dan ;Wuusshhh...!!!Tiba-tiba saja dari ujung gagang payung pelangi menyembur gulungan api yang sangat dahsyat kearah Bintang, rupanya keistimewaan payung pelangi selain bisa digunakan sebagai pertahanan, penyerangan, juga bisa digunakan sebagai senjata rahasia.Gulungan api yang dahsyat menyambar kearah Bintang. Bintang sendiri tampak tetap diam ditempatnya, sepertinya Bintang memang tak berniat untuk menghindari serang
Baca selengkapnya

172. Bagian 12

Jurus demi jurus berlalu, tanpa Ayu Mayrissa sadari, dirinya sudah terpancing oleh gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Bintang, akibatnya, banjir keringat membasahi wajah dan sekujur tubuhnya, nafasnya terdengar terengah-engah.Sementara itu Ayu Qilla yang melihat semua itu semakin kagum kepada sosok Bintang, dulu saat dirinya menggunakan jurus dan ilmu yang sama saat menghadapi Jaya Sampoerna, Jaya Sampoerna dapat dengan mudah dikalahkannya, kalau saja saat itu Jaya Sampoerna tidak berlaku curang dengan menggunakan ilmu halimun.Memasuki jurus ke 140, kembali tiba-tiba saja sosok Ayu Mayrissa melenting menjauh dari pertarungan, terlihat bagaimana kini sosok Ayu Mayrissa yang baru saja mendarat diatas bebatuan, berdiri dengan sangat payah, sosok Ayu Mayrissa seperti orang yang kehabisan tenaga.“Cukup Mayrissa! hentikan seranganmu!” pinta Bintang dengan lembut. Sementara Ayu Mayrissa yang terlihat sekuat tenaga mengumpulkan sisa-sisa tenagan
Baca selengkapnya

172. Bagian 13

Gusti Prabu Blambang Sewu terlihat menarik nafas panjang, lalu menceritakan apa yang menimpa dirinya dan pasukan lelembutnya di hutan belantara sebelah selatan Bukit Bayangan.Hampir semua orang yang ada ditempat bergidik mendengar cerita Gonggong, kecuali Jonggrang dan Gusti Prabu Blambang Sewu sendiri. Bagaimana tidak, hampir seluruh mahluk lelembut anak buah Gusti Prabu Blambang Sewu tewas karena dimakan oleh Raksasa Gunung Bromo dan para anak buahnya. Untuk mengetahui tentang hal ini, baca chapter 77 (Duel Pertempuran Jagat Berdarah).“Dasamuka, Raksasa Dari Gunung Bromo” ulang Gusti Prabu Blambang Sewu setelah mendengar seluruh cerita Gonggong.“Sepertinya Dasamuka dan para anak buahnya berada dipihak yang berseberangan dengan kita... Jonggrang, bagaimana menurutmu untuk mengatasi Raksasa Dari Gunung Bromo ini?” tanya Gusti Prabu Blambang Sew
Baca selengkapnya

172. Bagian 14

Tak lama, sesosok wanita mengenakan pakaian serba merah dengan cadar yang juga berwarna merah memasuki ruangan itu. Sosok itu memang tak lain dan tak bukan adalah Ayu Mayrissa.Ayu Mayrissa tampak menjura hormat dihadapan Gusti Prabu Blambang Sewu. Sejenak wajah Ayu Mayrissa tampak berubah melihat sosok Buto Ijo yang ada diruangan itu.“Jangan takut Mayrissa, mahluk lelembut itu adalah sahabat Jonggrang.” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu. “Mari duduk sini Mayrissa, dekat kakang.” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu mempersilahkan Ayu Mayrissa untuk duduk disebelahnya. Ayu Mayrissa tersadar dari keadaannya dan segera menuruti perintah kakangnya tersebut. Walau dihatinya Ayu Mayrissa masih bergidik takut melihat sosok Buto Ijo tersebut.“Apa yang terjadi?!”“Aku gagal kakang!” ucap Ayu Mayrissa dengan nada kesal.“Tapi perlu kesal begitu, sudah kakang bilang, kau memang bukan t
Baca selengkapnya

172. Bagian 15

Kita coba menanjak sedikit keatas, diatas di puncak bukit terdapat bagian mata dari bukit buaya itu yang sebenarnya adalah sebuah goa, goa yang cukup besar untuk dilewati 10 orang sekaligus, disepanjang lorong goa terlihat barisan kristal-kristal putih yang menerangi disepanjang jalan lorong, dimana disepanjang lorong juga terlihat barisan prajurit siluman biaya berdiri berjejer.Kita masuk lebih dalam, ternyata diujung lorong goa tersebut tersebuah ruangan yang sangat-sangat luas, begitu luasnya hingga saat kita memandangnya keatas, kita tak menemukan ujung dari atap goa tersebut, jika kita memandang kedepan, kita juga tidak akan dapat menemukan ujung dari goa tersebut, yang ada justru sebuah bangunan besar yang bisa dikatakan sebagai benteng besar yang sebenarnya merupakan istana bagi lelembut siluman buaya. Dimana bangunan tersebut dibangun dengan sangat tinggi menjulang yang juga membentuk seperti kepala buaya yang tengah menatap kearah langit, sedangkan disekeliling bang
Baca selengkapnya

172. Bagian 16

Dalam hidupnya, Raja Siluman Buaya hanya gentar pada satu orang yang pernah mengalahkannya dalam pertarungan, yaitu kakak seperguruan Raja Alam Lelembut yang bernama Raja Naga Samudra, dan kekalahan Raja Siluman Buaya saat bertarung dengan Raja Naga Samudra menjadi rahasia Raja Siluman Buaya yang sampai saat ini disimpannya dengan rapat. Setelah moksanya Raja Alam Lelembut dan Raja Naga Samudra, barulah Raja Siluman Buaya berani untuk melebarkan kekuasaannya untuk menundukkan kerajaan-kerajaan siluman di Jawa dwipa.Seorang prajurit siluman buaya yang bertugas menjaga perbatasan alam ghaib siluman buaya dengan alam manusia tampak menghadap. Dihadapan Raja Siluman Buaya, prajurit ini tampak menjura hormat.“ADA APA?!”“Ampun maharaja, digerbang perbatasan dua dunia ada seorang wanita dan Buto Ijo peliharaannya yang ingin bertemu maharaja.” ucap prajurit itu lagi.“SIAPA DIA?!”“Dia mengaku
Baca selengkapnya

172. Bagian 17

“Jangan mudah tergoda dengan sosoknya maharaja, walaupun terlihat muda, Jonggrang itu umurnya sudah 1 abad lebih.” ucap Badug Seketi memperingatkan seraya kembali menutup gambaran yang terdapat di cermin saktinya.“PRAJURIT!”“Siap maharaja.”“PERSILAHKAN WANITA ITU UNTUK MASUK, TAPI BUTO IJO TIDAK BOLEH MASUK... KALAU MELAWAN, BUNUH SAJA!”“Siap maharaja.”-o0o-Sementara itu di perbatasan Alam Nyata dan alam gaib terlihat berdiri sosok Jonggrang bersama Gonggong, si Buto Ijo. Jonggrang terlihat dalam posisi duduk bersemadi dengan mata terpejam, sedangkan Gonggong berdiri setia disampingnya.GGRRR...! GGRRR...!! GGRRR...!!!Tiba-tiba saja Gonggong terlihat gelisah dan menggeram-geram seperti merasakan sesuatu. Hal ini membuat Jonggrang membuka kedua matanyaPlassshhh...!!!Tiga tombak dihadapan Jonggrang dan Gonggong muncul seberkas sinar yang awalnya ha
Baca selengkapnya

172. Bagian 18

JONGGRANG kini sudah berhadapan langsung dengan Raja Siluman Buaya yang duduk disinggasana kebesarannya dengan menjura hormat dengan Kaki kanannya menekuk sedang lutut kirinya menyentuh tanah dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Terimalah salam hormat dari Jonggrang tuan maharaja.” ucap Jonggrang dengan lembut. Dihadapannya terlihat Raja Siluman Buaya menatapi sosok Jonggrang dengan mata yang jelalatan, karena memang sosok dan penampilan Jonggrang terbilang sangat seksi dan terbuka sehingga memancing hasrat siapapun yang memandangnya.Blubb ... bluubb ... !Tiba-tiba saja dari bawah sosok Raja Siluman Buaya menyembur asap tebal bergulung-gulung dan membungkus sosok Raja Siluman Buaya. Empat-lima helaan napas, asap pun buyar. Dan kini sosok Raja Siluman Buaya sudah menjelma menjadi sosok lelaki berparawakan gagah dengan tubuh kekar perkasa. Dadanya yang bidang penuh bulu tampak tidak mengenakan penutup apapun sehingga terlihat jelas
Baca selengkapnya

173. Raja Siluman Buaya

HARI ITU di ibukotaraja Blambang Sewu, tampak enam ekor kuda yang dipacu perlahan melewati jalanan kotaraja, penunggangnya adalah para lelaki dengan perawakan gagah berpakaian pendekar. Tapi yang paling mencolok adalah sosok pemuda yang berada paling depan, usianya mungkin baru 25 tahunan, wajahnya gagah, tatapan matanyapun tajam, pakaian yang dikenakannya sedikit berbeda dari kelima orang lelaki yang ada dibelakangnya, terkesan mewah menandakan kalau pemuda tampan ini bukan orang sembarangan dan kemungkinan berasal dari keluarga yang kaya.Dari pakaian yang dikenakan oleh kelima lelaki penunggang kuda dibelakangnya yang sangat mirip satu sama lain, dapat dipastikan kalau mereka berasal dari satu perguruan, pakaian dipunggung belakang mereka, terdapat sebuah bordiran gambar sebatang tombak, juga dibagian depan, tepatnya didada sebelah kiri, juga tampak bordiran sebatang tombak. Bahkan dipunggung masing-masing juga tampak sepasang tombak pendek tersampir, berbeda deng
Baca selengkapnya

173. Bagian 2

Tanpa sungkan dan rasa malu, keduanya kemudian saling berpelukan, sehingga banyak yang melihat hal itu harus meneguk ludah mereka. Rupanya keduanya adalah sepasang kekasih.“Begitu menerima surat dari dinda, kanda langsung kemari”“Mayrissa.., rindu sama kanda”“Kanda juga”Setelah berpuas diri saling melepas rindu.“Ayo kanda, kita bertemu dengan kanda prabu.” ucap Ayu Mayrissa. Pemuda tampan yang menjadi kekasih Ayu Mayrissa tampak mengangguk.Bersama kelima orang yang ikut bersamanya, mereka segera memasuki istana Blambang Sewu.Di aula istana, tampak Gusti prabu Blambang Sewu bersama yang lain tengah menunggu. Mayrissa membawa ke-6nya kehadapan Gusti Prabu Blambang Sewu. Dihadapan Gusti Prabu Blambang Sewu, Ayu Mayrissa menjura hormat dengan kedua tangan yang menyatu didepan dada.Berbeda dengan ke-6 yang ikut bersama Ayu Mayrissa, ke-6 tamp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
166167168169170
...
258
DMCA.com Protection Status