Jurus demi jurus berlalu, tanpa Ayu Mayrissa sadari, dirinya sudah terpancing oleh gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Bintang, akibatnya, banjir keringat membasahi wajah dan sekujur tubuhnya, nafasnya terdengar terengah-engah.
Sementara itu Ayu Qilla yang melihat semua itu semakin kagum kepada sosok Bintang, dulu saat dirinya menggunakan jurus dan ilmu yang sama saat menghadapi Jaya Sampoerna, Jaya Sampoerna dapat dengan mudah dikalahkannya, kalau saja saat itu Jaya Sampoerna tidak berlaku curang dengan menggunakan ilmu halimun.
Memasuki jurus ke 140, kembali tiba-tiba saja sosok Ayu Mayrissa melenting menjauh dari pertarungan, terlihat bagaimana kini sosok Ayu Mayrissa yang baru saja mendarat diatas bebatuan, berdiri dengan sangat payah, sosok Ayu Mayrissa seperti orang yang kehabisan tenaga.
“Cukup Mayrissa! hentikan seranganmu!” pinta Bintang dengan lembut. Sementara Ayu Mayrissa yang terlihat sekuat tenaga mengumpulkan sisa-sisa tenagan
Gusti Prabu Blambang Sewu terlihat menarik nafas panjang, lalu menceritakan apa yang menimpa dirinya dan pasukan lelembutnya di hutan belantara sebelah selatan Bukit Bayangan.Hampir semua orang yang ada ditempat bergidik mendengar cerita Gonggong, kecuali Jonggrang dan Gusti Prabu Blambang Sewu sendiri. Bagaimana tidak, hampir seluruh mahluk lelembut anak buah Gusti Prabu Blambang Sewu tewas karena dimakan oleh Raksasa Gunung Bromo dan para anak buahnya. Untuk mengetahui tentang hal ini, baca chapter 77 (Duel Pertempuran Jagat Berdarah).“Dasamuka, Raksasa Dari Gunung Bromo” ulang Gusti Prabu Blambang Sewu setelah mendengar seluruh cerita Gonggong.“Sepertinya Dasamuka dan para anak buahnya berada dipihak yang berseberangan dengan kita... Jonggrang, bagaimana menurutmu untuk mengatasi Raksasa Dari Gunung Bromo ini?” tanya Gusti Prabu Blambang Sew
Tak lama, sesosok wanita mengenakan pakaian serba merah dengan cadar yang juga berwarna merah memasuki ruangan itu. Sosok itu memang tak lain dan tak bukan adalah Ayu Mayrissa.Ayu Mayrissa tampak menjura hormat dihadapan Gusti Prabu Blambang Sewu. Sejenak wajah Ayu Mayrissa tampak berubah melihat sosok Buto Ijo yang ada diruangan itu.“Jangan takut Mayrissa, mahluk lelembut itu adalah sahabat Jonggrang.” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu. “Mari duduk sini Mayrissa, dekat kakang.” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu mempersilahkan Ayu Mayrissa untuk duduk disebelahnya. Ayu Mayrissa tersadar dari keadaannya dan segera menuruti perintah kakangnya tersebut. Walau dihatinya Ayu Mayrissa masih bergidik takut melihat sosok Buto Ijo tersebut.“Apa yang terjadi?!”“Aku gagal kakang!” ucap Ayu Mayrissa dengan nada kesal.“Tapi perlu kesal begitu, sudah kakang bilang, kau memang bukan t
Kita coba menanjak sedikit keatas, diatas di puncak bukit terdapat bagian mata dari bukit buaya itu yang sebenarnya adalah sebuah goa, goa yang cukup besar untuk dilewati 10 orang sekaligus, disepanjang lorong goa terlihat barisan kristal-kristal putih yang menerangi disepanjang jalan lorong, dimana disepanjang lorong juga terlihat barisan prajurit siluman biaya berdiri berjejer.Kita masuk lebih dalam, ternyata diujung lorong goa tersebut tersebuah ruangan yang sangat-sangat luas, begitu luasnya hingga saat kita memandangnya keatas, kita tak menemukan ujung dari atap goa tersebut, jika kita memandang kedepan, kita juga tidak akan dapat menemukan ujung dari goa tersebut, yang ada justru sebuah bangunan besar yang bisa dikatakan sebagai benteng besar yang sebenarnya merupakan istana bagi lelembut siluman buaya. Dimana bangunan tersebut dibangun dengan sangat tinggi menjulang yang juga membentuk seperti kepala buaya yang tengah menatap kearah langit, sedangkan disekeliling bang
Dalam hidupnya, Raja Siluman Buaya hanya gentar pada satu orang yang pernah mengalahkannya dalam pertarungan, yaitu kakak seperguruan Raja Alam Lelembut yang bernama Raja Naga Samudra, dan kekalahan Raja Siluman Buaya saat bertarung dengan Raja Naga Samudra menjadi rahasia Raja Siluman Buaya yang sampai saat ini disimpannya dengan rapat. Setelah moksanya Raja Alam Lelembut dan Raja Naga Samudra, barulah Raja Siluman Buaya berani untuk melebarkan kekuasaannya untuk menundukkan kerajaan-kerajaan siluman di Jawa dwipa.Seorang prajurit siluman buaya yang bertugas menjaga perbatasan alam ghaib siluman buaya dengan alam manusia tampak menghadap. Dihadapan Raja Siluman Buaya, prajurit ini tampak menjura hormat.“ADA APA?!”“Ampun maharaja, digerbang perbatasan dua dunia ada seorang wanita dan Buto Ijo peliharaannya yang ingin bertemu maharaja.” ucap prajurit itu lagi.“SIAPA DIA?!”“Dia mengaku
“Jangan mudah tergoda dengan sosoknya maharaja, walaupun terlihat muda, Jonggrang itu umurnya sudah 1 abad lebih.” ucap Badug Seketi memperingatkan seraya kembali menutup gambaran yang terdapat di cermin saktinya.“PRAJURIT!”“Siap maharaja.”“PERSILAHKAN WANITA ITU UNTUK MASUK, TAPI BUTO IJO TIDAK BOLEH MASUK... KALAU MELAWAN, BUNUH SAJA!”“Siap maharaja.”-o0o-Sementara itu di perbatasan Alam Nyata dan alam gaib terlihat berdiri sosok Jonggrang bersama Gonggong, si Buto Ijo. Jonggrang terlihat dalam posisi duduk bersemadi dengan mata terpejam, sedangkan Gonggong berdiri setia disampingnya.GGRRR...! GGRRR...!! GGRRR...!!!Tiba-tiba saja Gonggong terlihat gelisah dan menggeram-geram seperti merasakan sesuatu. Hal ini membuat Jonggrang membuka kedua matanyaPlassshhh...!!!Tiga tombak dihadapan Jonggrang dan Gonggong muncul seberkas sinar yang awalnya ha
JONGGRANG kini sudah berhadapan langsung dengan Raja Siluman Buaya yang duduk disinggasana kebesarannya dengan menjura hormat dengan Kaki kanannya menekuk sedang lutut kirinya menyentuh tanah dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Terimalah salam hormat dari Jonggrang tuan maharaja.” ucap Jonggrang dengan lembut. Dihadapannya terlihat Raja Siluman Buaya menatapi sosok Jonggrang dengan mata yang jelalatan, karena memang sosok dan penampilan Jonggrang terbilang sangat seksi dan terbuka sehingga memancing hasrat siapapun yang memandangnya.Blubb ... bluubb ... !Tiba-tiba saja dari bawah sosok Raja Siluman Buaya menyembur asap tebal bergulung-gulung dan membungkus sosok Raja Siluman Buaya. Empat-lima helaan napas, asap pun buyar. Dan kini sosok Raja Siluman Buaya sudah menjelma menjadi sosok lelaki berparawakan gagah dengan tubuh kekar perkasa. Dadanya yang bidang penuh bulu tampak tidak mengenakan penutup apapun sehingga terlihat jelas
HARI ITU di ibukotaraja Blambang Sewu, tampak enam ekor kuda yang dipacu perlahan melewati jalanan kotaraja, penunggangnya adalah para lelaki dengan perawakan gagah berpakaian pendekar. Tapi yang paling mencolok adalah sosok pemuda yang berada paling depan, usianya mungkin baru 25 tahunan, wajahnya gagah, tatapan matanyapun tajam, pakaian yang dikenakannya sedikit berbeda dari kelima orang lelaki yang ada dibelakangnya, terkesan mewah menandakan kalau pemuda tampan ini bukan orang sembarangan dan kemungkinan berasal dari keluarga yang kaya.Dari pakaian yang dikenakan oleh kelima lelaki penunggang kuda dibelakangnya yang sangat mirip satu sama lain, dapat dipastikan kalau mereka berasal dari satu perguruan, pakaian dipunggung belakang mereka, terdapat sebuah bordiran gambar sebatang tombak, juga dibagian depan, tepatnya didada sebelah kiri, juga tampak bordiran sebatang tombak. Bahkan dipunggung masing-masing juga tampak sepasang tombak pendek tersampir, berbeda deng
Tanpa sungkan dan rasa malu, keduanya kemudian saling berpelukan, sehingga banyak yang melihat hal itu harus meneguk ludah mereka. Rupanya keduanya adalah sepasang kekasih.“Begitu menerima surat dari dinda, kanda langsung kemari”“Mayrissa.., rindu sama kanda”“Kanda juga”Setelah berpuas diri saling melepas rindu.“Ayo kanda, kita bertemu dengan kanda prabu.” ucap Ayu Mayrissa. Pemuda tampan yang menjadi kekasih Ayu Mayrissa tampak mengangguk.Bersama kelima orang yang ikut bersamanya, mereka segera memasuki istana Blambang Sewu.Di aula istana, tampak Gusti prabu Blambang Sewu bersama yang lain tengah menunggu. Mayrissa membawa ke-6nya kehadapan Gusti Prabu Blambang Sewu. Dihadapan Gusti Prabu Blambang Sewu, Ayu Mayrissa menjura hormat dengan kedua tangan yang menyatu didepan dada.Berbeda dengan ke-6 yang ikut bersama Ayu Mayrissa, ke-6 tamp
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig