Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1681 - Bab 1690

2578 Bab

173. Bagian 3

Malam itu, secara diam-diam Jiwo Satrio menyelinap ke kamar Ayu Mayrissa. Memang keduanya berpacaran sudah sangat lama, kalau bukan karena larangan mahaguru Padepokan Dharma Semesta, mungkin keduanya sudah lama menikah.Untuk beberapa saat kemudian, sayup-sayup dari dalam kamar terdengar desahan-desahan kenikmatan yang dapat dipastikan kalau didalamnya tengah terjadi pergulatan birahi diantara dua anak manusia, Jiwo Satrio dan Ayu Mayrissa, tapi hal itu tak berlangsung lama, karena tak seberapa lama kemudian dari dalam kamar sudah sunyi. Tak terdengar lagi suara-suara kenikmatan dari dalamnya.Terlihat didalam kamar, sosok Jiwo Satrio tengah terkapar dengan mata terpejam diatas ranjang, sementara disebelah Jiwo Satrio tampak sosok Ayu Mayrissa yang tengah mengenakan pakaiannya kembali. Setelah merapikan dirinya kembali, Ayu Mayrissa kembali menatap kearah Jiwo Satrio yang masih terbaring disebelahnya. Entah apa arti pandangan Ayu Mayrissa yang tampak menatap dengan pen
Baca selengkapnya

173. Bagian 4

ALAM GHAIB, alam siluman buaya. Saat ini Raja Siluman Buaya tengah berdikusi dengan penasehat kerajaannya Badug Seketi.“BADUG SEKETI!”“Saya maharaja”“SEBARKAN PERINTAHKU ! RAJA ALAM LELEMBUT DAN RAJA NAGA SAMUDRA SUDAH TIDAK ADA LAGI.. MULAI SAAT INI.. SELURUH SILUMAN BUAYA TAK PERLU LAGI TAKUT KEPADA MANUSIA”“Tapi bagaimana dengan Ratu Alam Lelembut maharaja?”“ANAK KEMARIN SORE, BISA APA DIA?! HA..HA..! SUDAH SAATNYA BANGSA SILUMAN BUAYA MENDOMINASI DUNIA INI” “Lalu bagaimana dengan penawaran Blambang Sewu, maharaja?”“PALING LAMBAT BESOK AKU HARUS SEGERA MEMBERIKAN JAWABAN BADUG SEKETI..  ITU JANJIKU PADA JONGGRANG...BAGAIMANA MENURUTMU?!” ucap Raja Siluman Buaya“Kita bisa memanfaatkan kekuatan Blambang Sewu agar semua manusia dan semua bangsa lelembut tahu, kita bangsa siluman buaya adalah pen
Baca selengkapnya

173. Bagian 5

“Gusti prabu” hampir bersamaan Jiwo Satrio dan Ayu Mayrissa menjura hormat dihadapan Gusti Prabu Blambang Sewu.“Mayrissa.. Jiwo Satrio, mari silahkan duduk” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu menyambut keduanya. Lalu bersama-sama mereka memperhatikan jalannya pertarungan antara para pendekar Blambang Sewu.Dhuar...! Dhuar...! Dhuar...!Beberapa kali ledakan terjadi akibat pertarungan kedua pendekar Blambang Sewu yang sudah mengerahkan kesaktian mereka.Satu demi satu pertarungan latih tanding itu terjadi, bahkan beberapa orang pendekar yang tergabung dalam kekuatan Blambang Sewu mencoba menantang para senopati Blambang Sewu untuk mengambil hati Gusti Prabu Blambang Sewu, agar bila mereka menang, Gusti Prabu Blambang Sewu akan mempertimbangkan mereka untuk diangkat menjadi senopati agul di Blambang Sewu, tapi semua diakhiri dengan kemenangan para senopati
Baca selengkapnya

173. Bagian 6

Walaupun sebenarnya semua murid-murid Perguruan Tombak akherat yang selama ini menjadi lawan Jiwo Satrio lebih banyak mengalah saat bertarungan dengannya, sedangkan pertarungan didunia persilatan bisa dikatakan Jiwo Satrio sangat mnim sekali pengalaman, sehingga dalam pertarungan kali ini, Jiwo Satrio tak menyadari kalau lawannya saat ini, senopati Blambang Sewu masih belum serius menghadapinya, sejauh ini senopati Blambang Sewu hanya ingin menguji kekuatan dan kemampuan lawannya.Sehingga saat memasuki jurus-jurus inti, terlihat keunggulan senopati Blambang Sewu, Jiwo Satrio mulai terdesak jurus demi jurus, bahkan dalam hal tenagapun, Jiwo Satrio mulai keteterangan, beberapa kali keduanya berbenturan jurus, Jiwo Satrio terlihat terjajar hingga 5 langkah kebelakang, sementara senopati Blambang Sewu hanya terjajar 2 langkah saja.Hal ini tentu saja mengejutkan Jiwo Satrio, perubahan jurus dan peningkatan tenaga dalam lawannya
Baca selengkapnya

173. Bagian 7

Begitu keris tercabut, bilah keris kini juga telah mengeluarkan pedaran cahaya merah yang tak kalah angker dari tombak ditangan Jiwo Satrio.Di tempatnya, Jiwo Satrio juga terkejut melihat lawannya yang juga ternyata memiliki keris pusaka, tapi Jiwo Satrio yakin tombak akherat ditangannya jauh lebih unggul dari semua pusaka yang ada didunia ini. Makanya Jiwo Satrio terlihat begitu percaya diri.Wuuttt...! Wuuttt...! Wuuttt...!Jiwo Satrio memutar-mutar tombak ditangannya lalu kemudian membuka kuda-kuda jurusnya. Dihadapannya senopati Blambang Sewu juga tak mau kalah. Kuda-kuda dipasang, siap kembali melakukan pertarungan.Hiaaa...!Wutttt.. wuttt.. wuttt...!Jiwo Satrio mendahului menyerang kedepan.Hiaaah...!Wutttt.. wuttt.. wuttt...!Senopati Blambang Sewu ikut melesat kedepan.Tranggg.. trangg.. trangg...!Benturan terlihat terjadi diantara tombak ditangan Jiwo Satrio dan keri
Baca selengkapnya

173. Bagian 8

Sekali mengibaskan tangan, kabut tebal yang menutupi area pertarungan langsung sirna. Kini terlihatlah sosok Jiwo Satrio yang masih berdiri gagah dengan tombak akherat ditangannya, Tiga tombak dihadapannya tampak sosok senopati Blambang Sewu yang sudah jatuh terduduk dengan darah yang bersimbah dihadapannya, tapi bukan keadaan senopati Blambang Sewu yang menjadi perhatian semua orang yang ada ditempat itu, melainkan keris yang ada ditangan senopati Blambang Sewu yang terlihat kini sudah patah gompal, tidak terlihat patahannya ditempat itu. Senopati Blambang Sewu sendiri tampak menatap nanar pada pusaka keris yang ada ditangannya yang telah gompal menjadi 2 bagian.Wuuttt...!Senopati Blambang Sewu langsung menghempaskan keris pusaka gompal yang ada ditangannya kearah samping, senopati Blambang Sewu sendiri terlihat langsung mengangkat wajahnya menatap tajam kearah Jiwo Satrio, matanya perlahan memerah diser
Baca selengkapnya

173. Bagian 9

Siapa yang menahan serangan senopati Blambang Sewu? Jiwo Satrio masih berada ditempatnya, karena Jiwo Satrio langsung menghentikan gerakannya saat melihat satu bayangan yang berkelebat cepat memotong pergerakan senopati Blambang Sewu tadi.Seorang laki-laki berperawakan tinggi tegap penuh wibawa kini telah berdiri dihadapan senopati Blambang Sewu, sosok itu begitu gagah dengan kumis besar yang melintang diatas bibirnya. Sementara itu senopati Blambang Sewu yang serangannya baru saja dihentikan tampak sangat terkejut melihat siapa yang telah menahan serangannya tadi. Dengan cepat tinjunya ditarik dan seketika itu pula warna hijau ditangannya menghilang. Sedangkan warna keperakan tangan yang tadi mencengkram tinju senopati Blambang Sewu juga sudah tampak kembali ke warna kulit semula.“Patih Angkarawana” ucap senopati Blambang Sewu seraya langsung menjura hormat dengan kaki kanan menekuk sedang lutut kirin
Baca selengkapnya

173. Bagian 10

Kali ini terlihat Jiwo Satrio benar-benar tak setengah-setengah lagi dalam serangannya, tombak akherat ditangannya terus melaju dengan cepat kearah Patih Angkarawana yang juga saat itu melaju dengan sangat cepat kearahnya.Tranggg.. Tranggg...!Cratt...!Betapa terkejutnya Jiwo Satrio saat tombak akheratnya menghantam kedua tangan Patih Angkarawana yang sudah berwarna keperakan tersebut. Bukannya buntung kedua tangan Patih Angkarawana saat dihantam tombak akherat, tapi justru tombak akherat seperti menghantam besi yang sangat keras hingga menimbulkan Percikan bunga api muncrat dengan kuat. Bahkan sangking terkejutnya, Jiwo Satrio sampai melompat mundur dan memandang kearah Patih Angkarawana dengan tatapan tak percaya.“Kau masih terlalu hijau anak muda, kau lihat sendiri, tombak akheratmu mungkin yang terbaik di wilayah barat, tapi disini bukan apa-apa” ucap Patih Angkarawana lagi hingga membuat waj
Baca selengkapnya

173. Bagian 11

Belum hilang rasa terkejut Jiwo Satrio melihat serangan tombaknya hanya melewati tubuh Patih Angkarawana yang berputar-putar diatas diatas tusukan tombaknya.Taappp...!Satu tangan Patih Angkarawana telah mencengkram pergelangan tangan Jiwo Satrio.Buhgg.. !Satu hentakan keras juga telah menghantam punggung Jiwo Satrio hingga membuat tubuh Jiwo Satrio langsung menghantam tanah yang ada dibawahnya dengan keras. Sementara itu sosok Patih Angkarawana terlihat melenting menjauh. Saat Patih Angkarawana menjejakkan kakinya ketanah, terlihat tombak akherat sudah ada ditangannya.Patih Angkarawana kini tampak menatapi dengan seksama tombak akherat ditangannya, sementara itu Jiwo Satrio terlihat mulai bangkit dari jatuhnya."Huaghh!!"Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulutnya. Jiwo Satrio tampak menatap nanar kearah Patih Angkarawana.“Kau kalah Jiwo Satrio” ucap Patih Angkarawana s
Baca selengkapnya

173. Bagian 12

“AKU BADUG BRANTAS, UTUSAN MAHARAJA SILUMAN BUAYA!” ucap sosok siluman buaya yang ternyata adalah Badug Brantas dengan suara berat dan keras.“Selamat datang di Blambang Sewu, Badug Brantas”“MAHARAJA MENGUNDANGMU UNTUK DATANG KE ISTANA SILUMAN BUAYA!” ucap Badug Brantas tertuju kepada Gusti Prabu Blambang Sewu, tampak jelas dari sikapnya, Badug Brantas benar-benar tak memandang Gusti Prabu Blambang Sewu. Gusti Prabu Blambang Sewu dan Jonggrang terlihat saling pandang mendengar hal itu. Tapi tak lama kemudian Gusti Prabu Blambang Sewu terlihat langsung bangkit berdiri dari tempat duduknya.“Baik! ayo kita kesana!” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu dengan penuh wibawa.“Gusti prabu” ucap Jonggrang berusaha menahannya. “Sekali Gusti prabu masuk ke alam lelembut siluman buaya, Gusti prabu tidak akan bisa keluar tanpa izin dari Raja Si
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
167168169170171
...
258
DMCA.com Protection Status