Sekali mengibaskan tangan, kabut tebal yang menutupi area pertarungan langsung sirna. Kini terlihatlah sosok Jiwo Satrio yang masih berdiri gagah dengan tombak akherat ditangannya, Tiga tombak dihadapannya tampak sosok senopati Blambang Sewu yang sudah jatuh terduduk dengan darah yang bersimbah dihadapannya, tapi bukan keadaan senopati Blambang Sewu yang menjadi perhatian semua orang yang ada ditempat itu, melainkan keris yang ada ditangan senopati Blambang Sewu yang terlihat kini sudah patah gompal, tidak terlihat patahannya ditempat itu. Senopati Blambang Sewu sendiri tampak menatap nanar pada pusaka keris yang ada ditangannya yang telah gompal menjadi 2 bagian.
Wuuttt...!
Senopati Blambang Sewu langsung menghempaskan keris pusaka gompal yang ada ditangannya kearah samping, senopati Blambang Sewu sendiri terlihat langsung mengangkat wajahnya menatap tajam kearah Jiwo Satrio, matanya perlahan memerah diser
Siapa yang menahan serangan senopati Blambang Sewu? Jiwo Satrio masih berada ditempatnya, karena Jiwo Satrio langsung menghentikan gerakannya saat melihat satu bayangan yang berkelebat cepat memotong pergerakan senopati Blambang Sewu tadi.Seorang laki-laki berperawakan tinggi tegap penuh wibawa kini telah berdiri dihadapan senopati Blambang Sewu, sosok itu begitu gagah dengan kumis besar yang melintang diatas bibirnya. Sementara itu senopati Blambang Sewu yang serangannya baru saja dihentikan tampak sangat terkejut melihat siapa yang telah menahan serangannya tadi. Dengan cepat tinjunya ditarik dan seketika itu pula warna hijau ditangannya menghilang. Sedangkan warna keperakan tangan yang tadi mencengkram tinju senopati Blambang Sewu juga sudah tampak kembali ke warna kulit semula.“Patih Angkarawana” ucap senopati Blambang Sewu seraya langsung menjura hormat dengan kaki kanan menekuk sedang lutut kirin
Kali ini terlihat Jiwo Satrio benar-benar tak setengah-setengah lagi dalam serangannya, tombak akherat ditangannya terus melaju dengan cepat kearah Patih Angkarawana yang juga saat itu melaju dengan sangat cepat kearahnya.Tranggg.. Tranggg...!Cratt...!Betapa terkejutnya Jiwo Satrio saat tombak akheratnya menghantam kedua tangan Patih Angkarawana yang sudah berwarna keperakan tersebut. Bukannya buntung kedua tangan Patih Angkarawana saat dihantam tombak akherat, tapi justru tombak akherat seperti menghantam besi yang sangat keras hingga menimbulkan Percikan bunga api muncrat dengan kuat. Bahkan sangking terkejutnya, Jiwo Satrio sampai melompat mundur dan memandang kearah Patih Angkarawana dengan tatapan tak percaya.“Kau masih terlalu hijau anak muda, kau lihat sendiri, tombak akheratmu mungkin yang terbaik di wilayah barat, tapi disini bukan apa-apa” ucap Patih Angkarawana lagi hingga membuat waj
Belum hilang rasa terkejut Jiwo Satrio melihat serangan tombaknya hanya melewati tubuh Patih Angkarawana yang berputar-putar diatas diatas tusukan tombaknya.Taappp...!Satu tangan Patih Angkarawana telah mencengkram pergelangan tangan Jiwo Satrio.Buhgg.. !Satu hentakan keras juga telah menghantam punggung Jiwo Satrio hingga membuat tubuh Jiwo Satrio langsung menghantam tanah yang ada dibawahnya dengan keras. Sementara itu sosok Patih Angkarawana terlihat melenting menjauh. Saat Patih Angkarawana menjejakkan kakinya ketanah, terlihat tombak akherat sudah ada ditangannya.Patih Angkarawana kini tampak menatapi dengan seksama tombak akherat ditangannya, sementara itu Jiwo Satrio terlihat mulai bangkit dari jatuhnya."Huaghh!!"Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulutnya. Jiwo Satrio tampak menatap nanar kearah Patih Angkarawana.“Kau kalah Jiwo Satrio” ucap Patih Angkarawana s
“AKU BADUG BRANTAS, UTUSAN MAHARAJA SILUMAN BUAYA!” ucap sosok siluman buaya yang ternyata adalah Badug Brantas dengan suara berat dan keras.“Selamat datang di Blambang Sewu, Badug Brantas”“MAHARAJA MENGUNDANGMU UNTUK DATANG KE ISTANA SILUMAN BUAYA!” ucap Badug Brantas tertuju kepada Gusti Prabu Blambang Sewu, tampak jelas dari sikapnya, Badug Brantas benar-benar tak memandang Gusti Prabu Blambang Sewu. Gusti Prabu Blambang Sewu dan Jonggrang terlihat saling pandang mendengar hal itu. Tapi tak lama kemudian Gusti Prabu Blambang Sewu terlihat langsung bangkit berdiri dari tempat duduknya.“Baik! ayo kita kesana!” ucap Gusti Prabu Blambang Sewu dengan penuh wibawa.“Gusti prabu” ucap Jonggrang berusaha menahannya. “Sekali Gusti prabu masuk ke alam lelembut siluman buaya, Gusti prabu tidak akan bisa keluar tanpa izin dari Raja Si
“KUBERI WAKTU Gusti PRABU MEMIKIRKAN TENTANG HAL INI SAMPAI BEBERAPA HARI KEDEPAN.. PIKIRKANLAH TENTANG KEKUASAAN YANG AKAN KITA DAPATKAN BILA KITA MENGGABUNGKAN KEKUATAN.. DI JAWA DWIPA INI, BANGSA SILUMAN BUAYA JUMLAHNYA RIBUAN BAHKAN MUNGKIN LEBIH.” ucap Raja Siluman Buaya lagi mencoba melunakkan hati Gusti Prabu Blambang Sewu.Setelah kembali ke istana Blambang Sewu. Beberapa malam kemudian, Gusti Prabu Blambang Sewu memanggil Jiwo Satrio ke kamarnya untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting, bahkan dalam pertemuan itu hanya Jonggrang yang ikut dalam pertemuan itu.-o0o-HARI yang dijanjikanpun tiba. Gusti Prabu Blambang Sewu, Jiwo Satrio, Ayu Mayrissa dan Jonggrang juga belasan orang prajurit tampak ikut menyertai perjalanan Gusti Prabu Blambang Sewu menuju ke Lawang Sanga, tempat yang menjadi pusat kerajaan alam lelembut siluman buaya. Tapi saat beberapa kilo
Ratusan ekor buaya yang ada ditempat itu yang awalnya menghadap kearah Gusti Prabu Blambang Sewu dan rombongan, kini tampak berbalik arah mengadap kearah kedua sosok yang baru saja muncul dari dalam pusaran air tersebut.Raja Siluman Buaya tampak berjalan dengan sangat gagah diatas air, eh salah, rupanya Raja Siluman Buaya menggunakan para buaya yang memenuhi sungai itu untuk dijadikan sebagai pijakan dan kini Raja Siluman Buaya tampak berjalan kearah Gusti Prabu Blambang Sewu dan rombongan. Badug Seketi yang ada dibelakangnya juga mengikuti langkah Raja Siluman Buaya dengan menggunakan tubuh-tubuh para buaya yang berjejer rapi disepanjang sungai tersebut.Satu demi satu tubuh buaya yang ada ditempat itu digunakan sebagai pijakan oleh Raja Siluman Buaya dan Badug Seketi, hingga kini keduanya sampai juga ditepian sungai tersebut.Blubb .. Blubb .. bluubb .. !Belasan ekor buaya tiba-tiba saja menjelma menjadi sosok siluman buaya dan merek
Tukk.,.!Tiba-tiba saja satu totokan telah mendera sosok Ayu Mayrissa sehingga seketika saja sosok Ayu Mayrissa berdiri kaku, wajah Ayu Mayrissa berubah, karena yang melakukan itu adalah Jiwo Satrio, kekasihnya sendiri.“Maafkan kanda, dinda” hanya itu yang terucap dimulut Jiwo Satrio. Ayu Mayrissa semakin bingung dengan apa yang terjadi. “Gusti prabu menawarkan jabatan senopati agul Blambang Sewu kepada kanda, atas apa yang kanda lakukan hari ini” sambung Jiwo Satrio lagi sehingga semakin membuat Ayu Mayrissa bingung. Ayu Mayrissa kemudian mengalihkan pandangannya kearah Gusti Prabu Blambang Sewu.“Maafkan kakang, Mayrissa. Raja Siluman Buaya menawarkan diri untuk menjadi bagian dari keluarga kita.. Raja Siluman Buaya akan menjadikanmu selir di istana siluman buaya” jelas Gusti Prabu Blambang Sewu sehingga langsung membuat wajah Ayu Mayrissa berubah pucat. Ingin menggelengkan kepalanya, tap
Perlahan terlihat kedua mata Bintang yang sejak tadi tertutup, kini mulai terbuka kembali.“Ini tak mungkin! Aku tak bisa menembus batas alam nyata dan alam lelembut siluman buaya” batin Bintang dengan wajah berubah. Setelah sekian lama rupanya Bintang tengah berusaha untuk masuk kedalam alam lelembut siluman buaya, tapi rupanya Bintangpun tak berhasil.“Kekuatan apa yang sebenarnya menutupi alam siluman buaya ini? sehingga kekuatanku tak sanggup menembusnya” batin Bintang dipenuhi tanda tanya. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?!” batin Bintang lagi. Untuk sesaat Bintang tampak mengelap keringat yang ada dikeningnnya, tapi tiba-tiba saja gerakan tangan Bintang terhenti di mutiara naga yang ada dikeningnya.“Oh iya, kenapa tidak kutanyakan hal ini kepada dinda Ratu Samudra.. ya.. ya.. dinda Ratu Samudra pasti tahu mengenai hal ini“ ucap Bintang dengan wajah berubah sumringah. Memutuskan seperti itu, Bint